Minggu 20 Oktober 2013 yang
lalu di Aula Imam Bonjol LPMP Universitas Negeri Padang, saya dan puluhan
pecinta rangkaian kata mengikuti seminar #TulisNusantara yang diselenggarakan
oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan
NulisBuku dan Plot Point.
yang ikut lumayan banyak kan? berarti Padang masih punya banyak generasi muda yang cinta nulis dan pasti juga cinta baca :) |
Acaranya dimulai dari mbak
Windy Ariestanty (penulis Life Travelers) dan mas Arief Ash Shiddiq (pengajar
workshop dari Plot Point). Ada beberapa poin penting dan beberapa kutipan yang
berhasil saya rangkum dan akan saya sampaikan di laman ini. Khususnya untuk
teman-teman yang belum berkesempatan hadir. Banyak pertanyaan peserta workshop
yang memberikan pencerahan bagi saya yang notabene masih terlalu muda dan
amatir dalam hal tulis menulis (Oke.Jangan tanyakan umur saya).
Apa yang penting buat kamu,
belum tentu penting buat pembaca [WindyAriestanty]. Kalimat ini menjelaskan
pada kita bahwasanya menulis tidak lah hanya memikirkan apa yang kita suka, apa
yang kita rasa. Mulailah menjamah keinginan pembaca, apalagi tulisan yang ingin
dikomersialkan seperti dalam pengerjaan novel atau menyelesaikan #ProyekNulis
dari penerbit ataupun penulis. Simple rumusnya tapi percaya deh SUSAH banget
merealisasikannya di dunia nyata. Haha. Tapi ya itu tadi. Setidaknya mulai dari
sekarang, saya (kita) akan mencoba berbenah setiap kali jemari menyentuh
keyboard. Berbenah ide, berbenah kreativitas dalam menjalin kata agar menjadi
kalimat dan selanjutnya narasi yang tidak lagi membosankan di mata pembaca.
Keep fightiiiinng.
Bagi teman-teman yang saat
ini memiliki sejumlah naskah yang ingin dikirim, ada tips cantik juga dari mbak
Windy yang cantik. Sebelum naskah-naskah tersebut dilayangkan ke penerbit atau
panitia penyelenggara lomba menulis yang kamu ikuti, ada baiknya naskah-naskah
itu dibaca kembali, jangan sampai banyak yang typo, EYD-nya diperbaiki sesuai
dengan aturan, dan yang penting endapkan naskah tersebut minimal 3 hari
lamanya. Kenapa? Karena biasanya ketika pada hari keempat kita intip lagi, akan
ada banyak kesalahan yang tidak kita temui dalam proses penulisan. Simpel? Iya.
Coba deh dari sekarang kita kerjakan. Mulai!
Ini bukan masalah teknik
tapi lebih pada psikologi penulis. Apa itu? Pujian. Iya. Puja-puji yang
biasanya bikin hati kita melonjak girang, sesungguhnya adalah jelmaan dari
pedang bermata dua. Jangan terlena oleh pujian yang dilontarkan orang lain
ketika membaca tulisan yang berhasil kita lahirkan. Jangan pernah terlena. Ada
baiknya pujian tersebut kita jadikan cambuk untuk menciptakan karya yang lebih
baik lagi. Okesipp. Simple? Banget. Terlena saja dilarang, apalagi menyombongkan
diri. Jika hari ini naskah kita berhasil dilirik penerbit, di luar sana sudah
ada penulis besar yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa.
So, diatas langit masih ada langit. Jangan sombong. Allah juga nggak suka lo.
Inga. Inga. Tong!
Writing is rewriting. The biggest mistake you can make as a
writer is to toil away for months or years on your own, honing your masterpiece
in solitude, polishing and repolishing your prose until every word is perfect.
The writing process begins when you show your first draft to people and start
getting feedback. Beethoven went through 70 drafts of his symphonies. As
William Zinsser put it: “Rewriting is where the game is won or lost; rewriting
is the essence of writing.
Ada yang ingin menjadi
seorang penulis tetapi sayangnya ia malas membaca. Bagaimana tanggapan mbak
Windy menyikapi pertanyaan seperti ini? Ini dia jawabannya. “Menulis tanpa
membaca hanya akan membuat tulisan kita kering dan tidak akan berkembang.” Dan
sebagai seorang penulis, bahagiakah kita akan hal tersebut? Tentu saja tidak. Bahkan
jawaban dari pihak NulisBuku.com untuk pertanyaan yang sama lebih membuat saya
tertawa terbahak daripada tercengang, “Sulit. Lebih mudah seekor unta masuk
melalui lubang jarum daripada seseorang yang malas membaca buku untuk menjadi
penulis yang baik. Maka solusinya adalah dengan membiasakan diri, hati dan
pikiran terlebih dahulu untuk membaca. Apapun itu bentuknya. Nggak harus novel
ratusan halaman atau sastra berat yang malah akhirnya membuat kita jatuh
tertidur. Mulailah dengan bacaan ringan seperti buku kumpulan cerpen. Atau yang
lebih gampang lagi, komik. Bagaimana? Bisa kan ya?
Itu dia beberapa hal yang
saya catat dari pembicara Windy Ariestanty. Berikutnya mas Arief menjelaskan
tentang semesta cerita yang nantinya akan menjadi “suguhan” kita pada
pembaca. Semesta cerita akan menentukan:
1) karakter apa saja yang tumbuh didalamnya; 2) karakter apa yang sulit hidup
didalamnya; 3) nilai apa saja yang tumbuh didalamnya (mana yang dominan dan
mana yang minoritas). Karakter bisa merubah dunia cerita. Pun begitu
sebaliknya. Mau contoh? Ini yang kemaren saya contohkan dalam waktu 1 menit.
“Tania berasal dari keluarga
kaya raya. Namun ia hidup boros dan konsumtif. Sekarang ia jatuh miskin dan
hidup melarat.”
Paragraf dengan 3 kalimat
tersebut memperlihatkan bahwa karakter telah mengubah dunia cerita. Ayo
selesaikan paragraf milikmu. Ingat! Hanya dengan 3 kalimat dan waktu 1 menit ya
manteman.
Bagi yang ingin mengikuti
kompetensi menulis “Merayakan Warna Warni Indonesia” diberikan dua jimat
keberuntungan oelh mas Arief. Pertama;
gambaran elemen budaya yang meliputi: 1) rituals, traditions, ceremonies; 2)
history; 3) architecture, artifact, symbols; dan 4) people and relationship,
roles, network. Kedua; membuat
cerita dari budaya yang ada juga hendaknya: 1) menceritakan interaksi yang
terjasi antara karakter dan budaya; 2) menggambarkan dengan jelas bagaimana
budaya bisa berubah karena karakter atau budaya itu sendiri atau keduanya saling berubah karena
relasi yang terjadi.
Gimana? gimana? Udah pada
mudeng dikit kan? Udahan ni? Ntar kalo kebanyakan nulis tips, temen-temen malah
pada bosen trus jadi nggak ngeh sama trik-trik yang udah diajarkan ke kami (dan
saya lanjutkan lagi untuk kita). Semoga masukan-masukan kecil tapi penting
seperti ini akan mampu meningkatkan kualitas tulisan kita kedepannya. Amiin.
Semangat nulisnya jangan sampai padam yaaaaaa…Salam!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)