Selasa, Oktober 22

#TulisNusantara

Diposting oleh Orestilla di 10.38.00


Minggu 20 Oktober 2013 yang lalu di Aula Imam Bonjol LPMP Universitas Negeri Padang, saya dan puluhan pecinta rangkaian kata mengikuti seminar #TulisNusantara yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan NulisBuku dan Plot Point.


yang ikut lumayan banyak kan? berarti Padang masih punya banyak generasi muda yang cinta nulis dan pasti juga cinta baca :)

Acaranya dimulai dari mbak Windy Ariestanty (penulis Life Travelers) dan mas Arief Ash Shiddiq (pengajar workshop dari Plot Point). Ada beberapa poin penting dan beberapa kutipan yang berhasil saya rangkum dan akan saya sampaikan di laman ini. Khususnya untuk teman-teman yang belum berkesempatan hadir. Banyak pertanyaan peserta workshop yang memberikan pencerahan bagi saya yang notabene masih terlalu muda dan amatir dalam hal tulis menulis (Oke.Jangan tanyakan umur saya).


Apa yang penting buat kamu, belum tentu penting buat pembaca [WindyAriestanty]. Kalimat ini menjelaskan pada kita bahwasanya menulis tidak lah hanya memikirkan apa yang kita suka, apa yang kita rasa. Mulailah menjamah keinginan pembaca, apalagi tulisan yang ingin dikomersialkan seperti dalam pengerjaan novel atau menyelesaikan #ProyekNulis dari penerbit ataupun penulis. Simple rumusnya tapi percaya deh SUSAH banget merealisasikannya di dunia nyata. Haha. Tapi ya itu tadi. Setidaknya mulai dari sekarang, saya (kita) akan mencoba berbenah setiap kali jemari menyentuh keyboard. Berbenah ide, berbenah kreativitas dalam menjalin kata agar menjadi kalimat dan selanjutnya narasi yang tidak lagi membosankan di mata pembaca. Keep fightiiiinng.
Bagi teman-teman yang saat ini memiliki sejumlah naskah yang ingin dikirim, ada tips cantik juga dari mbak Windy yang cantik. Sebelum naskah-naskah tersebut dilayangkan ke penerbit atau panitia penyelenggara lomba menulis yang kamu ikuti, ada baiknya naskah-naskah itu dibaca kembali, jangan sampai banyak yang typo, EYD-nya diperbaiki sesuai dengan aturan, dan yang penting endapkan naskah tersebut minimal 3 hari lamanya. Kenapa? Karena biasanya ketika pada hari keempat kita intip lagi, akan ada banyak kesalahan yang tidak kita temui dalam proses penulisan. Simpel? Iya. Coba deh dari sekarang kita kerjakan. Mulai!
Ini bukan masalah teknik tapi lebih pada psikologi penulis. Apa itu? Pujian. Iya. Puja-puji yang biasanya bikin hati kita melonjak girang, sesungguhnya adalah jelmaan dari pedang bermata dua. Jangan terlena oleh pujian yang dilontarkan orang lain ketika membaca tulisan yang berhasil kita lahirkan. Jangan pernah terlena. Ada baiknya pujian tersebut kita jadikan cambuk untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi. Okesipp. Simple? Banget. Terlena saja dilarang, apalagi menyombongkan diri. Jika hari ini naskah kita berhasil dilirik penerbit, di luar sana sudah ada penulis besar yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa. So, diatas langit masih ada langit. Jangan sombong. Allah juga nggak suka lo. Inga. Inga. Tong!


Writing is rewriting. The biggest mistake you can make as a writer is to toil away for months or years on your own, honing your masterpiece in solitude, polishing and repolishing your prose until every word is perfect. The writing process begins when you show your first draft to people and start getting feedback. Beethoven went through 70 drafts of his symphonies. As William Zinsser put it: “Rewriting is where the game is won or lost; rewriting is the essence of writing.


Ada yang ingin menjadi seorang penulis tetapi sayangnya ia malas membaca. Bagaimana tanggapan mbak Windy menyikapi pertanyaan seperti ini? Ini dia jawabannya. “Menulis tanpa membaca hanya akan membuat tulisan kita kering dan tidak akan berkembang.” Dan sebagai seorang penulis, bahagiakah kita akan hal tersebut? Tentu saja tidak. Bahkan jawaban dari pihak NulisBuku.com untuk pertanyaan yang sama lebih membuat saya tertawa terbahak daripada tercengang, “Sulit. Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seseorang yang malas membaca buku untuk menjadi penulis yang baik. Maka solusinya adalah dengan membiasakan diri, hati dan pikiran terlebih dahulu untuk membaca. Apapun itu bentuknya. Nggak harus novel ratusan halaman atau sastra berat yang malah akhirnya membuat kita jatuh tertidur. Mulailah dengan bacaan ringan seperti buku kumpulan cerpen. Atau yang lebih gampang lagi, komik. Bagaimana? Bisa kan ya?
Itu dia beberapa hal yang saya catat dari pembicara Windy Ariestanty. Berikutnya mas Arief menjelaskan tentang semesta cerita yang nantinya akan menjadi “suguhan” kita pada pembaca.  Semesta cerita akan menentukan: 1) karakter apa saja yang tumbuh didalamnya; 2) karakter apa yang sulit hidup didalamnya; 3) nilai apa saja yang tumbuh didalamnya (mana yang dominan dan mana yang minoritas). Karakter bisa merubah dunia cerita. Pun begitu sebaliknya. Mau contoh? Ini yang kemaren saya contohkan dalam waktu 1 menit.
“Tania berasal dari keluarga kaya raya. Namun ia hidup boros dan konsumtif. Sekarang ia jatuh miskin dan hidup melarat.”
Paragraf dengan 3 kalimat tersebut memperlihatkan bahwa karakter telah mengubah dunia cerita. Ayo selesaikan paragraf milikmu. Ingat! Hanya dengan 3 kalimat dan waktu 1 menit ya manteman.
Bagi yang ingin mengikuti kompetensi menulis “Merayakan Warna Warni Indonesia” diberikan dua jimat keberuntungan oelh mas Arief. Pertama; gambaran elemen budaya yang meliputi: 1) rituals, traditions, ceremonies; 2) history; 3) architecture, artifact, symbols; dan 4) people and relationship, roles, network. Kedua; membuat cerita dari budaya yang ada juga hendaknya: 1) menceritakan interaksi yang terjasi antara karakter dan budaya; 2) menggambarkan dengan jelas bagaimana budaya bisa berubah karena karakter atau budaya itu sendiri atau keduanya saling berubah karena relasi yang terjadi.
Gimana? gimana? Udah pada mudeng dikit kan? Udahan ni? Ntar kalo kebanyakan nulis tips, temen-temen malah pada bosen trus jadi nggak ngeh sama trik-trik yang udah diajarkan ke kami (dan saya lanjutkan lagi untuk kita). Semoga masukan-masukan kecil tapi penting seperti ini akan mampu meningkatkan kualitas tulisan kita kedepannya. Amiin. Semangat nulisnya jangan sampai padam yaaaaaa…Salam!



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Selasa, Oktober 22

#TulisNusantara

Diposting oleh Orestilla di 10.38.00


Minggu 20 Oktober 2013 yang lalu di Aula Imam Bonjol LPMP Universitas Negeri Padang, saya dan puluhan pecinta rangkaian kata mengikuti seminar #TulisNusantara yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan NulisBuku dan Plot Point.


yang ikut lumayan banyak kan? berarti Padang masih punya banyak generasi muda yang cinta nulis dan pasti juga cinta baca :)

Acaranya dimulai dari mbak Windy Ariestanty (penulis Life Travelers) dan mas Arief Ash Shiddiq (pengajar workshop dari Plot Point). Ada beberapa poin penting dan beberapa kutipan yang berhasil saya rangkum dan akan saya sampaikan di laman ini. Khususnya untuk teman-teman yang belum berkesempatan hadir. Banyak pertanyaan peserta workshop yang memberikan pencerahan bagi saya yang notabene masih terlalu muda dan amatir dalam hal tulis menulis (Oke.Jangan tanyakan umur saya).


Apa yang penting buat kamu, belum tentu penting buat pembaca [WindyAriestanty]. Kalimat ini menjelaskan pada kita bahwasanya menulis tidak lah hanya memikirkan apa yang kita suka, apa yang kita rasa. Mulailah menjamah keinginan pembaca, apalagi tulisan yang ingin dikomersialkan seperti dalam pengerjaan novel atau menyelesaikan #ProyekNulis dari penerbit ataupun penulis. Simple rumusnya tapi percaya deh SUSAH banget merealisasikannya di dunia nyata. Haha. Tapi ya itu tadi. Setidaknya mulai dari sekarang, saya (kita) akan mencoba berbenah setiap kali jemari menyentuh keyboard. Berbenah ide, berbenah kreativitas dalam menjalin kata agar menjadi kalimat dan selanjutnya narasi yang tidak lagi membosankan di mata pembaca. Keep fightiiiinng.
Bagi teman-teman yang saat ini memiliki sejumlah naskah yang ingin dikirim, ada tips cantik juga dari mbak Windy yang cantik. Sebelum naskah-naskah tersebut dilayangkan ke penerbit atau panitia penyelenggara lomba menulis yang kamu ikuti, ada baiknya naskah-naskah itu dibaca kembali, jangan sampai banyak yang typo, EYD-nya diperbaiki sesuai dengan aturan, dan yang penting endapkan naskah tersebut minimal 3 hari lamanya. Kenapa? Karena biasanya ketika pada hari keempat kita intip lagi, akan ada banyak kesalahan yang tidak kita temui dalam proses penulisan. Simpel? Iya. Coba deh dari sekarang kita kerjakan. Mulai!
Ini bukan masalah teknik tapi lebih pada psikologi penulis. Apa itu? Pujian. Iya. Puja-puji yang biasanya bikin hati kita melonjak girang, sesungguhnya adalah jelmaan dari pedang bermata dua. Jangan terlena oleh pujian yang dilontarkan orang lain ketika membaca tulisan yang berhasil kita lahirkan. Jangan pernah terlena. Ada baiknya pujian tersebut kita jadikan cambuk untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi. Okesipp. Simple? Banget. Terlena saja dilarang, apalagi menyombongkan diri. Jika hari ini naskah kita berhasil dilirik penerbit, di luar sana sudah ada penulis besar yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa. So, diatas langit masih ada langit. Jangan sombong. Allah juga nggak suka lo. Inga. Inga. Tong!


Writing is rewriting. The biggest mistake you can make as a writer is to toil away for months or years on your own, honing your masterpiece in solitude, polishing and repolishing your prose until every word is perfect. The writing process begins when you show your first draft to people and start getting feedback. Beethoven went through 70 drafts of his symphonies. As William Zinsser put it: “Rewriting is where the game is won or lost; rewriting is the essence of writing.


Ada yang ingin menjadi seorang penulis tetapi sayangnya ia malas membaca. Bagaimana tanggapan mbak Windy menyikapi pertanyaan seperti ini? Ini dia jawabannya. “Menulis tanpa membaca hanya akan membuat tulisan kita kering dan tidak akan berkembang.” Dan sebagai seorang penulis, bahagiakah kita akan hal tersebut? Tentu saja tidak. Bahkan jawaban dari pihak NulisBuku.com untuk pertanyaan yang sama lebih membuat saya tertawa terbahak daripada tercengang, “Sulit. Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seseorang yang malas membaca buku untuk menjadi penulis yang baik. Maka solusinya adalah dengan membiasakan diri, hati dan pikiran terlebih dahulu untuk membaca. Apapun itu bentuknya. Nggak harus novel ratusan halaman atau sastra berat yang malah akhirnya membuat kita jatuh tertidur. Mulailah dengan bacaan ringan seperti buku kumpulan cerpen. Atau yang lebih gampang lagi, komik. Bagaimana? Bisa kan ya?
Itu dia beberapa hal yang saya catat dari pembicara Windy Ariestanty. Berikutnya mas Arief menjelaskan tentang semesta cerita yang nantinya akan menjadi “suguhan” kita pada pembaca.  Semesta cerita akan menentukan: 1) karakter apa saja yang tumbuh didalamnya; 2) karakter apa yang sulit hidup didalamnya; 3) nilai apa saja yang tumbuh didalamnya (mana yang dominan dan mana yang minoritas). Karakter bisa merubah dunia cerita. Pun begitu sebaliknya. Mau contoh? Ini yang kemaren saya contohkan dalam waktu 1 menit.
“Tania berasal dari keluarga kaya raya. Namun ia hidup boros dan konsumtif. Sekarang ia jatuh miskin dan hidup melarat.”
Paragraf dengan 3 kalimat tersebut memperlihatkan bahwa karakter telah mengubah dunia cerita. Ayo selesaikan paragraf milikmu. Ingat! Hanya dengan 3 kalimat dan waktu 1 menit ya manteman.
Bagi yang ingin mengikuti kompetensi menulis “Merayakan Warna Warni Indonesia” diberikan dua jimat keberuntungan oelh mas Arief. Pertama; gambaran elemen budaya yang meliputi: 1) rituals, traditions, ceremonies; 2) history; 3) architecture, artifact, symbols; dan 4) people and relationship, roles, network. Kedua; membuat cerita dari budaya yang ada juga hendaknya: 1) menceritakan interaksi yang terjasi antara karakter dan budaya; 2) menggambarkan dengan jelas bagaimana budaya bisa berubah karena karakter atau budaya itu sendiri atau keduanya saling berubah karena relasi yang terjadi.
Gimana? gimana? Udah pada mudeng dikit kan? Udahan ni? Ntar kalo kebanyakan nulis tips, temen-temen malah pada bosen trus jadi nggak ngeh sama trik-trik yang udah diajarkan ke kami (dan saya lanjutkan lagi untuk kita). Semoga masukan-masukan kecil tapi penting seperti ini akan mampu meningkatkan kualitas tulisan kita kedepannya. Amiin. Semangat nulisnya jangan sampai padam yaaaaaa…Salam!



0 komentar on "#TulisNusantara"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea