Senin, Oktober 21

Alitt Susanto - Skripshit

Diposting oleh Orestilla di 10.35.00

Kebanyakan orang mungkin lebih kenal shitlicious daripada Alitt Susanto. Haha. Iya. Pemilik akun twitter @shitlicious ini memang terdengar menarik dalam pemakaian kata dan terlihat mengesankan dalam video streaming tentang English Language yang ia lahirkan beberapa waktu lalu.
Berhubung minggu depan (tanggal 27 Oktober 2013) Alitt mau mengadakan workshop di Kota Padang Tercinta tepatnya di Auditorium Fakultas Ekonomi UNP dan berhubung saya pengen sekali bertemu muka langsung dengannya dan berhubung lagi saya pengen acara ini akan dihadiri oleh banyak orang, saya akan mereview buku pertama Alitt yang (sangat) laris dan membuat saya terpingkal-pingkal diawalnya kemudian mewek ketika menutup mata, eh maksudnya menutup buku. Tu kan terbukti kalau kadangkala gaya menulis kita bisa mengikuti gaya menulis penulis terakhir yang kita lahap bukunya. Makanya kalau sedang ada #ProyekNulis, saya memilih untuk tidak membaca buku apapun terlebih dahulu agar gaya penulisan saya tidak terintimidasi oleh penulis-penulis hebat tersebut. Aih. Apa-apaan ini. Sudah melenceng kesana kemari. Hayuk lanjut.
Buku Pelit (Personal Literature) karya Alitt ini memiliki 282 halaman full komedi dan inspirasi. Pemilihan kata yang Alitt gunakan sontak membuat saya tidak bisa berhenti tertawa. Kalau sedang galau, mending pilih buku ini sebagai penenang. Namun dibalik semua “kekacauan” itu, Alitt juga tidak pernah lupa menyelipkan satu,dua,tiga dan lebih banyak lagi pelajaran berharga.


Coba intip kalimat yang sudah saya stabilo-in ini, pertanda bahwa kalimat tersebut telah masuk dalam daftar “the Precious sentences” yang saya kumpulkan dari seluruh buku yang selesai saya eksekusi.
“Dunia kerja kadang nggak butuh orang-orang pandai, karena di luar sana sudah terlalu banyak orang pandai. Tapi, orang-orang kreatif selalu punya tempat di lapangan kerja manapun. Kreativitas adalah mata uang universal.”
Yap. Dari deretan kalimat tersebut saya menyimpulkan bahwasanya kreativitas itu berjual nilai lebih tinggi dibandingkan kepintaran. Namun kreatif saja juga tidak lah cukup. Akan lebih baik lagi jika kita bisa menjadi orang pintar yang kreatif. Setuju kan? Pintar juga tidak selalu dinilai dari tingkat pendidikan seseorang. Maka dari itu jangan pernah meremehkan orang hanya dengan memandang jenjang pendidikannya. Dunia sekarang sudah terlalu pintar mas mbak bro. Semua orang bisa belajar hanya dengan duduk tenang di depan layar komputer.
Dari sekian banyak chapter dalam buku ini, bagian yang paling saya suka adalah bagian-bagian terakhir yaitu chapter dengan judul Life is a journey dan Sebuah awal episode kedua. Karena di bagian ini Alitt bikin saya bener-bener nyesek. Apalagi alasannya kalo bukan karena sosok mama. Topik apapun tentang perempuan tangguh ini memang selalu mendatangkan rasa yang gimanaaa gitu kan ya? Nah, dalam dua chapter ini juga lah Alit memperlihatkan pada kita semua bahwasanya terkadang pemikiran negatif yang kita pupuk pada sosok mama hanya akan mendatangkan keburukan bagi kita pada akhirnya. Mengapa? Karena pada kenyataannya ridho Allah memang ada pada ridho kedua orangtua, salah satunya mama. Mama punya stok kasih sayang tak berhingga yang akan selalu ada kapan dan bagaimana pun kondisi yang kita hadapi. Penasaran? Beli bukunya deh. Karena nggak mungkin juga semuanya saya kupas tajam setajam silet di lama ini. Hehe.
Perjuangan Alitt untuk sukses, sakit manisnya dia ketika harus jatuh bangun melewati masa perkuliahan yang nggak orang lain rasakan, kondisi keluarga yang membutuhkan jiwa super besar untuk bisa hidup didalamnya serta kata “menyerah dan putus asa” yang tak pernah Alitt lontarkan menjadi sebuah pelajaran berharga untuk para pembacanya termasuk saya. Alasan-alasan itu pula yang akhirnya membuat saya semangat sekali untuk mengikuti workshopnya nanti. See you soon Lit.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, Oktober 21

Alitt Susanto - Skripshit

Diposting oleh Orestilla di 10.35.00

Kebanyakan orang mungkin lebih kenal shitlicious daripada Alitt Susanto. Haha. Iya. Pemilik akun twitter @shitlicious ini memang terdengar menarik dalam pemakaian kata dan terlihat mengesankan dalam video streaming tentang English Language yang ia lahirkan beberapa waktu lalu.
Berhubung minggu depan (tanggal 27 Oktober 2013) Alitt mau mengadakan workshop di Kota Padang Tercinta tepatnya di Auditorium Fakultas Ekonomi UNP dan berhubung saya pengen sekali bertemu muka langsung dengannya dan berhubung lagi saya pengen acara ini akan dihadiri oleh banyak orang, saya akan mereview buku pertama Alitt yang (sangat) laris dan membuat saya terpingkal-pingkal diawalnya kemudian mewek ketika menutup mata, eh maksudnya menutup buku. Tu kan terbukti kalau kadangkala gaya menulis kita bisa mengikuti gaya menulis penulis terakhir yang kita lahap bukunya. Makanya kalau sedang ada #ProyekNulis, saya memilih untuk tidak membaca buku apapun terlebih dahulu agar gaya penulisan saya tidak terintimidasi oleh penulis-penulis hebat tersebut. Aih. Apa-apaan ini. Sudah melenceng kesana kemari. Hayuk lanjut.
Buku Pelit (Personal Literature) karya Alitt ini memiliki 282 halaman full komedi dan inspirasi. Pemilihan kata yang Alitt gunakan sontak membuat saya tidak bisa berhenti tertawa. Kalau sedang galau, mending pilih buku ini sebagai penenang. Namun dibalik semua “kekacauan” itu, Alitt juga tidak pernah lupa menyelipkan satu,dua,tiga dan lebih banyak lagi pelajaran berharga.


Coba intip kalimat yang sudah saya stabilo-in ini, pertanda bahwa kalimat tersebut telah masuk dalam daftar “the Precious sentences” yang saya kumpulkan dari seluruh buku yang selesai saya eksekusi.
“Dunia kerja kadang nggak butuh orang-orang pandai, karena di luar sana sudah terlalu banyak orang pandai. Tapi, orang-orang kreatif selalu punya tempat di lapangan kerja manapun. Kreativitas adalah mata uang universal.”
Yap. Dari deretan kalimat tersebut saya menyimpulkan bahwasanya kreativitas itu berjual nilai lebih tinggi dibandingkan kepintaran. Namun kreatif saja juga tidak lah cukup. Akan lebih baik lagi jika kita bisa menjadi orang pintar yang kreatif. Setuju kan? Pintar juga tidak selalu dinilai dari tingkat pendidikan seseorang. Maka dari itu jangan pernah meremehkan orang hanya dengan memandang jenjang pendidikannya. Dunia sekarang sudah terlalu pintar mas mbak bro. Semua orang bisa belajar hanya dengan duduk tenang di depan layar komputer.
Dari sekian banyak chapter dalam buku ini, bagian yang paling saya suka adalah bagian-bagian terakhir yaitu chapter dengan judul Life is a journey dan Sebuah awal episode kedua. Karena di bagian ini Alitt bikin saya bener-bener nyesek. Apalagi alasannya kalo bukan karena sosok mama. Topik apapun tentang perempuan tangguh ini memang selalu mendatangkan rasa yang gimanaaa gitu kan ya? Nah, dalam dua chapter ini juga lah Alit memperlihatkan pada kita semua bahwasanya terkadang pemikiran negatif yang kita pupuk pada sosok mama hanya akan mendatangkan keburukan bagi kita pada akhirnya. Mengapa? Karena pada kenyataannya ridho Allah memang ada pada ridho kedua orangtua, salah satunya mama. Mama punya stok kasih sayang tak berhingga yang akan selalu ada kapan dan bagaimana pun kondisi yang kita hadapi. Penasaran? Beli bukunya deh. Karena nggak mungkin juga semuanya saya kupas tajam setajam silet di lama ini. Hehe.
Perjuangan Alitt untuk sukses, sakit manisnya dia ketika harus jatuh bangun melewati masa perkuliahan yang nggak orang lain rasakan, kondisi keluarga yang membutuhkan jiwa super besar untuk bisa hidup didalamnya serta kata “menyerah dan putus asa” yang tak pernah Alitt lontarkan menjadi sebuah pelajaran berharga untuk para pembacanya termasuk saya. Alasan-alasan itu pula yang akhirnya membuat saya semangat sekali untuk mengikuti workshopnya nanti. See you soon Lit.

0 komentar on "Alitt Susanto - Skripshit"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea