Bicara mimpi, bicara tentang angan pada sesuatu yang
terpahat oleh janji hati
Bicara mimpi, bicara tentang siang hari yang tak lagi panas
seperti hari ini
Bicara mimpi, bicara tentang keriangan bumi tanpa polusi
tentang aroma sejuk dan menenangkan hasil lambaian jutaan
pohon di luar rumah
tentang sunyi senyap bahagia karena bumi tak harus pekak
oleh bising kendaraan nan pongah
tentang kecipak air yang padanya mengalir derai tawa dan
senyum merekah indah
Bicara mimpi layaknya bicara sesuatu yang mungkin saja kelak
nyata terjadi
***
Dalam satu lamunan pada satu siang yang panasnya terik
menggelegar, saya tuangkan angan dan harapan pada bait singkat puisi tadi. Ah.
Seandainya saja bumi tak harus dilalui oleh ribuan bahkan jutaan rakitan mesin
berpolusi seperti yang setiap hari kita temui. Mungkin akan kita dapati hari
yang tenang, tidak bising layaknya yang sedang terdengar dari luar jendela.
Mungkin tak akan kita kenali serangkaian kalimat “lapisan ozon semakin
menipis”. Mungkin kita tidak akan tenggelam dalam gerah panas terik
berkepanjangan. Seandainya tiba-tiba saja seluruh penguasa di tiap negara
menyerukan aturan untuk tidak lagi menggunakan kendaraan berpolusi, mungkin
bumi bisa berteriak riang kemudian berpesta pora lagi seperti dulu kala.
Mungkin. Karena semenjak saya dilahirkan ke dunia, bumi sudah meringis dan
menangis lirih. Kini tangisannya sudah mulai menuju tahap klimaks, sebentar
lagi mungkin saja ia akan menjerit. Jangan. Jangan biarkan rintihannya menjadi
pengantar menuju gerbang kematian. Bukankah bila hal itu terjadi, kita lah yang
akan terlebih dahulu mati?
Ayo lanjutkan bicara mimpi.
Terkadang tiba-tiba saja saya berpikir, seandainya kita mau
menuruti aturan tersebut kemudian beramai-ramai membeli sepeda berbagai bentuk,
merek dan harga. Mungkin tak akan ada lagi teriakan demonstran yang menggugat
pemerintah dalam kebijakannya menaikkan harga BBM. Mungkin saudara-saudara kita
yang selalu siap sedia dengan masker tahan abunya akan tersenyum senang karena
tak akan ada lagi kebakaran hutan yang kadang kala disebabkan oleh peningkatan
suhu bumi secara drastis. Mungkin tak ada lagi sumpah serapah menghiasi langit
bumi karena kemacetan yang biasanya mengular tiba-tiba menghilang. Mungkin
jumlah pasien bisa berkurang karena manusia mulai terbiasa hidup sehat dengan
berjalan kaki dan mengayuh sepeda. Mungkin bumi dan lingkungannya mau kembali
merengkuh kita dalam kenikmatan hidup tanpa lagi ada jeda.
Atau mungkin kita bisa usahakan penggunaan mobil “SELO” yang
kemaren dikendarai oleh Bapak Dahlan Iskan? Mobil listrik buatan anak negeri
ini cukup ramah lingkungan karena dimotori oleh kekuatan listrik. Namun bandrol
harga 1 Milyar Rupiah sepertinya akan menjadi kendala yang besar untuk orang
banyak.
Hiks. Seandainya ini tak hanya mimpi. Setidaknya gunakan
saja mobil dan motor kita jika memang amat sangat diperlukan. Selamat pagi, Salam
bumi!
Tulisan
ini ditulis dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang diselenggarakan oleh
@jungjawa dan @unidzalika Info selanjutnya bisa intip link ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)