Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan

Kamis, Oktober 2

All the Pretty Girls - J.T. Ellison

Diposting oleh Orestilla di 10.12.00 0 komentar


Letnan Divisi Pembunuhan Kota Nashville, Tayor Jackson dan kekasihnya, profiler FBI, Dr. John Baldwin, dihadapkan pada kasus pembunuhan berantai yang sangat menggemparkan. Tersangka membunuh gadis-gadis cantik bermata coklat kemudian memutilasi mereka dengan memotong kedua tangannya. Tak cukup sampai disana saja, potongan tangan tersebut akan ditemukan di lokasi pembunuhan berikutnya. Begitu berulang-ulang kali sehingga membuat panik jajaran kepolisian dan FBI. Tersangka dijuluki Pencekik dari Selatan.

Julukan yang juga dijadikan sebagai sub judul buku ini, yang membuat saya langsung membawanya pulang ke rumah setelah berkunjung ke sebuah toko buku beberapa bulan yang lalu.


Perilaku tersangka yang berpindah tempat setiap kali membunuh, membuat petugas kelimpungan. Bagaimana tidak? Dia seperti sudah mengatur dari awal dari mana dan kemana akan bergerak untuk melakukan pembunuhan berikutnya. Sedikit demi sedikit, Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mulai mengumpulkan informasi untuk menangkap si tersangka. Sayang, di tengah penyelidikan, agen lapangan Jerry Grimes malah menghabisi dirinya sendiri dengan menarik pelatuh tepat di pelipisnya. Grimes merasa depresi dengan kasus yang tak juga terpecahkan, sementara daftar korban semakin bertambah setiap harinya. Kasus ini akan dimulai dengan berita orang hilang di sebuah tempat, kemudian penemuan mayat beberapa hari berikutnya.

Selang beberapa waktu, Baldwin menemukan bukti baru bahwasanya setiap kali melakukan pembunuhan, tersangka akan meninggalkan secarik kertas yang berisi penggalan puisi-puisi klasik. Puisi yang juga dikirimkan secara berkala melalui email kepada seorang reporter bernama Whitney Connolly. Begitu Whitney menerima pesan berisi puisi di emailnya, maka dalam hitungan hari setelah itu akan ditemukan mayat perempuan muda yang telah selesai dimutilasi tangannya. Ketika Whitney merasa kenal dengan si tersangka dan merasa keselamatan saudara kembarnya, Quinn Connolly terancam, Whitney malah tewas dalam kecelakaan mengerikan. Kecelakaan yang ia alami ketika melakukan perjalanan menuju kediaman Quinn. Kecelakaan yang membawa jawaban pasti tentang si pelaku pembunuhan berantai tersebut.

Whitney dan Quinn semasa kecilnya pernah berada dalam satu lingkungan dengan Taylor Jackson. Taylor mengingat bahwa dulu mereka begitu terkenal di sekolah karena kasus penculikan yang menimpa keduanya. Kasus tersebut hilang begitu saja seperti tersapu angin. Si pencekik dari selatan, membawa keduanya bertemu kembali. Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mendapati bahwa setiap pembunuhan terjadi di seluruh tempat yang disinggahi oleh suami Quinn, Jake Buckley yang bekerja sebagai wakil presiden Health Partners. Dan kebetulan lagi, tujuh dari delapan korban memiliki hubungan dengan dunia media. Ditambah lagi, kebiasaan Jake yang sering mengirimkan puisi kepada Quinn ketika mereka berpacaran dulu, membuat Jake berubah menjadi tersangka utama.

Namun, ada beberapa hal yang mereka lewatkan begitu saja. Keterangan Jake yang menyanggah pembunuhan tersebut serta DNA nya yang tidak cocok dengan contoh yang pernah ditemukan di salah satu lokasi, membuat Baldwin harus bergerak sekali lagi. Lincoln Ross, berhasil mengetahui alamat si tersangka ketika mengirimkan email kepada Whitney, bahkan ketika Whitney telah tewas dalam kecelakaan. Ketika mereka mendatangi tempat tersebut yang merupakan sebuah kedai kopi, berbicara dengan seorang seniman yang dengan tak sengaja telah melukis orang yang malam sebelumnya berada di tempat tersebut dan menggunakan komputer yang memang disediakan untuk tamu, Baldwin dihadapkan pada kenyataan baru bahwasanya sang pembunuh yang mereka cari selama ini adalah Reese Connolly, adik kandung Whitney dan Quinn.

Pembunuhan ini pula yang akhirnya menguar rahasia besar keluarga Connolly. Begitu mengetahui bahwa Reese yang membunuh gadis-gadis tersebut, terkuak lagi fakta terkait hilangnya Whitney dan Quinn sewaktu mereka masih kecil. Dalam peristiwa itu, Quinn diperkosa oleh pelaku dan hamil. Dia lah yang kemudian melahirkan Reese. Namun kedua orangtuanya menutupi fakta tersebut dari dunia, termasuk Reese sendiri. Mereka kemudian mengakui Reese sebagai adik kandungnya hingga ketika berumur 14 tahun, Reese mengetahui kisah kelam kelahirannya. Setelah menemui ayah kandungnya yang meringkuk di penjara karena dijatuhi hukuman 30 tahun, Reese memulai pembunuhan. Ia juga mengirimi Whitney (yang semula dianggap ibu kandungnya) penggalan bait puisi seperti yang ditinggalkannya di lokasi pembunuhan. Ia berharap Whitney akan terkenal dengan pemberitaan yang ia buat terkait pembunuhan tersebut. Bentuk kasih sayang yang disampaikan seorang anak pada ibunya. Tapi Reese keliru dan ia telah membuat sebuah kesalahan fatal.

Reese sengaja mengambinghitamkan Jake karena ia tahu bahwasanya rumah tangga Jake dan Quinn sudah tidak utuh lagi. Dengan memonitor jadwal perjalanan dinas Jake, Reese bisa melakukan pembunuhan tersebut dengan lancar. Bahkan ia juga sempat menyimpan mayat perempuan yang sudah tercabik-cabik di dalam bagasi Jake, sebelum Jake diciduk oleh polisi.

Alamat email Reese yang berupa kode (yang digunakannya untuk mengirim pesan kepada Whitney), akhirnya berhasil dipecahkan oleh Baldwin dan Taylor.

IM1855195C@yahoo.com
I/M/1/8/5/5/1/9/5/C
IM/18/5/5/19/C
I’m 18 5 5 19 C
I’m R E E S E C
I’m Reese Connolly
I’m Reese Chase (Chase nama belakang ayah kandungnya, yang memerkosa Whitney 20 tahun yang lalu).

Beberapa puisi yang ditulis oleh Reese untuk korban-korban sekaligus petunjuk penting bagi Whitney merupakan salinan dari puisi milik William Wordsworth berjudul She Was a Phantom of Delight, William Butler Yeats dan John Done berjudul The Flea.

She Was A Phantom of Delight by William Wordsworth

She was a Phantom of delight
When first she gleamed upon my sight;
A lovely Apparition, sent
To be a moment's ornament;
Her eyes as stars of Twilight fair;
Like Twilight's, too, her dusky hair;
But all things else about her drawn
From May-time and the cheerful Dawn;
A dancing Shape, an Image gay,
To haunt, to startle, and way-lay.
I saw her upon nearer view,
A Spirit, yet a Woman too!
Her household motions light and free,
And steps of virgin-liberty;
A countenance in which did meet
Sweet records, promises as sweet;
A Creature not too bright or good
For human nature's daily food;
For transient sorrows, simple wiles,
Praise, blame, love, kisses, tears, and smiles.
And now I see with eye serene
The very pulse of the machine;
A Being breathing thoughtful breath,
A Traveller between life and death;
The reason firm, the temperate will,
Endurance, foresight, strength, and skill;
A perfect Woman, nobly planned,
To warn, to comfort, and command;
And yet a Spirit still, and bright
With something of angelic light.

( Ia adalah hantu kenikmatan
Kala mataku pertama menangkapnya;
Penampakan yang menawan, dikirim
Tuk menjadi hiasan sesaat nan cantik;
Matanya bersinar;
bagai bintang senja, pun, bagai senja rambut gelapnya;
Namun segala hal lain tentangnya
Berasal dari Mei dan fajar yang ceria;
Sebuah sosok menari, sebauh bentuk yang riang,
Tuk menghantui, mengejutkan, dan menghadang.
Ku melihatnya lebih dekat,
Sesosok rok, namun juga seorang wanita!
Geraknya lembut dan lepas,
Dengan langkah dara nan bebas;
Raut wajahnya saat bersua
Kenangan manis, janji manis jua;
Makhluk yang tak terlalu cerdas atau baik
Tuk santapan sifat manusia sehari-hari;
Tuk duka yang sementara, tipu muslihat yang sederhana,
Pujian, tudingan, cinta, kecupan, airmata, dan senyuman.
Dan kini kulihat dengan pandang tenang
Detak mesin yang terdengar;
Sebuah sosok hembuskan nafas bijak,
Pengelana antara arwah dan nyawa;
Sasaran yang tegas, kehendak yang terkendali,
Kesabaran, ramalan, kekuatan, dan keahlian;
Seorang wanita sempurna, diciptakan dengan keanggunan,
Tuk memperingatkan, untuk menghibur, dan menguasai;
dan masih jiwa yang murni, dan berbinar
Dengan cahaya bak malaikat bersinar. )

Melalui novel ini, Ellison membawa kita pada peristiwa pembunuhan nan kelam dan penuh teka-teki. Rentetan bukti yang ditemukan serta proses olah TKP yang tak semudah membalikkan telapak tangan, membuat kita merasa seolah-olah sedang berada di sana. Menyaksikan kekejaman si pembunuh secara langsung. Kehadiran penggalan-penggalan puisi klasik dari beberapa maestro terkemuka, memberi warna lain dalam kisah ini. Bacalah dan dapatkan sensasi yang luar biasa ketika membacanya.
4 bintang untuk All the Pretty Girls.

Salam!

Judul
:
All the Pretty Girls
Penulis
:
J.T. Ellison
Halaman
:
342
Penerbit
:
Violet Books, 2011

Senin, Juni 2

PREY

Diposting oleh Orestilla di 09.13.00 3 komentar


Saat ini tengah malam. Seluruh rumah gelap. Ketiga anakku terserang rasa mual yang parah. Anak laki-laki dan anak perempuanku terdengar muntah di kamar mandi yang berlainan. Beberapa menit lalu kutengok mereka untuk memeriksa apa yang mereka muntahkan. Aku khawatir tentang si kecil, namun ia pun terpaksa kubuat mengeluarkan isi perut. Hanya itu harapan yang dimilikinya.
Keadaanku lumayan baik, paling tidak untuk sementara waktu. Aku tidak tahu apakah kami akan selamat: sebagian besar orang yang terlibat urusan ini sudah mati. Dan begitu banyak hal yang tidak kuketahui dengan pasti.
Fasilitasnya telah kami hancurkan, tetapi aku tidak yakin tindakan kami itu tidak terlambat.
Aku masih menunggu Mae. Ia pergi ke lab di Palo Alto dua belas jam lalu, Moga-moga ia berhasil. Moga-moga ia membuat orang-orang di sana mengerti betapa gawat situasinya. Aku menunggu-nunggu dihubungi lab, tetapi sampai sekarang belum ada kabar apa pun.
Telingaku berdering-dering, dan itu pertanda buruk. Aku juga merasakan getaran di rongga dada dan rongga perut. Moga-moga aku tidak jatuh pingsan. Anak-anak membutuhkanku, terutama si kecil. Mereka ketakutan. Dan itu wajar saja.
Aku pun demikian.
Ketika duduk dalam kegelapan ini, rasanya sulit dipercaya bahwa seminggu yang lalu masalahku yang terbesar adalah mendapatkan pekerjaan. Betapa konyol rasanya sekarang.
Tetapi begitulah, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.


Narasi pembuka pada novel ini mengingatkan saya akan satu hal. Coba tebak!
Apa?
Iya.
ALIEN.
Haha.
Dan saya salah. Hahaha.
Tapi tentu saja cerita yang dirangkum Crichton dalam 598 halamannya yang mendebarkan tetap menarik dan menguras keringat (sekali lagi tema science fiction membuat saya merasa tengah menonton adegan demi adegan dalam sebuah film).
Si “aku” dalam cerita ini adalah Jack Forman, seorang bapak dari tiga orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan) yang baru saja berhenti dari pekerjaannya sebagai kepala divisi program di perusahaan MediaTronics. Ia bersama timnya bertugas membuat program pemrosesan parallel terdistribusi atau program berbasis agen.
Tidak mengerti?
Sama! Saya juga bingung dengan semua istilah yang ditampilkan ketika memulai halaman pertama novel ini. Namun percaya saja, semakin banyak halaman yang kita baca, semakin banyak ilmu yang kita renda dan yaaaa tentu saja semakin banyak tanya yang akhirnya terjawab dengan sendirinya. Betapa mengagumkannya buku ini.
Jack yang tengah menikmati sibuknya menjadi bapak rumah tangga akhirnya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang tengah disibukkan oleh ulah partikel-partikel yang menggila karena kesalahan pemrograman. Dan kebetulan yang tragis sekali karena perusahaan tersebut juga menjadi ladang bisnis istrinya sendiri, Julia.
Partikel yang menggila..
Kumpulan nano partikel yang sedianya disiapkan sebagai kamera khusus yang akan digunakan oleh Pentagon untuk mengamati wilayah musuh dalam penyempurnaan taktik perang, berubah haluan menjadi monster yang akhirnya merenggut banyak nyawa, termasuk beberapa orang pintar yang terlibat dalam tim pemrograman tersebut. Dalam novel ini, kumpulan nano partikel (robot mikro) yang diproduksi di gurun Nevada, digambarkan serupa debu yang beterbangan. Mereka berhasil lolos dari laboratorium dan mulai bereproduksi. Robot mikro ini juga mampu hidup mandiri layaknya manusia.
Pada awalnya, nano partikel ini diprogram sebagai predator. Program yang dahulunya dirancang oleh Jack. Kemudian mereka mulai berevolusi dan semakin mematikan dalam hitungan jam.
Kumpulan nano partikel akan memasuki tubuh makhluk hidup yang ia temui, menggerogotinya dan membunuhnya dalam hitungan detik. Mengerikan memang. Novel ini memperlihatkan kepada kita bagaimana teknologi mampu menjadi pembunuh keji layaknya virus.
Novel ini memang hanya sebuah rekaan. Namun program-program riset yang mendasarinya benar-benar ada. Terdapat 44 referensi yang bisa menuntun pembaca yang berminat untuk mempelajari genetika, nanoteknologi dan kecerdasan terdistribusi. Salah satunya adalah Evolutionary Design by Computers oleh Peter Bentley.
Bicara ilmu pengetahuan, ada banyak poin yang bisa kita petik di dalam novel ini. Yang paling membuat saya takjub ada di halaman 448. Tentang Rayap Afrika.
Rayap Afrika mampu membuat gundukan tanah menyerupai kastil selebar puluhan meter, dengan menara-menara yang menjulang setinggi 1,8 meter. Sebagai perbandingan, andai rayap seukuran manusia, maka gundukan tersebut menjadi pencakar langit dengan tinggi 1.600 meter dan lebar 8.000 meter. Dan sama seperti pencakar langit, sarang rayap juga memiliki arsitektur internal yang rumit, yang berfungsi memasukkan udara segar, membuang kelebihan CO2 dan panas, dan sebagainya. Di dalam struktur itu terdapat kebun untuk menumbuhkan makanan, tempat tinggal bagi kalangan petinggi, serta hunian bagi sampai dengan dua juta ekor rayap. Setiap sarang berbeda dari yang lain; masing-masing dibangun secara khusus berdasarkan tuntutan dan kelebihan lokasi tertentu.


Bagaimana akhir cerita si nano partikel?
Jack dan sahabatnya, Mae, mampu menghentikan pembiakan robot mikro ini dengan meledakkan tempat pembiakannya. Sementara itu mereka harus rela kehilangan hampir seluruh rekan kerja yang sudah terjangkiti sedari awal, termasuk Julia. Namun ada beberapa kisah menarik yang tak akan saya beberkan dalam laman ini. Kenapa? Karena saya ingin teman-teman semua menyelesaikan sendiri novel keren ini. Hahaha.
Untuk yang menyenangi bidang teknologi dan biologi, saya sarankan untuk menuntaskannya sesegera mungkin. Selamat membaca.
Salam!

Judul
:
Prey
Penulis
:
Michael Crichton
Halaman
:
598
Penerbit
:
Gramedia Pustaka Utama

Kamis, Februari 13

Monte Francis - By Their Father's Hand

Diposting oleh Orestilla di 11.04.00 0 komentar



Sebelum berceloteh panjang tentang buku ini, boleh saya memaki?
“Dasar laki-laki gila….!!!!”
Iya. Sesaat sebelum menyelesaikan buku ini, saya dilanda prahara batin. Serius. Saya sempat berpikir seandainya saya berada di posisi yang sama, gadis-gadis itu..anak-anak kecil itu..manusia-manusia polos yang belum tahu sama sekali akan hidup dengan segudang problematikanya yang tiada akhir. Ah. Membayangkannya saja sudah membuat saya bergidik ngeri, apalagi bayangan itu menjadi realita. Akan terkenang dengan sangat pahit tentunya di hati saya.
Monte Francis saya nilai sebagai seorang penulis yang mau membebani pundaknya dengan resiko besar dengan mengangkat kisah ini dalam sebuah buku. Membeberkan fakta-fakta gila yang berkembang di sebuah kota besar seperti California, tentunya bukanlah pekerjaan gampang. Monte merakit sedikit demi sedikit hasil penelitian dan penyelidikan kepolisian untuk mengumpulkan kisah tragis ini dalam lembaran. Walaupun tak semua hasil penyelidikan tersebut berhasil ia dapatkan. Setidaknya, sedikit dari yang Monte peroleh, sudah cukup untuk memaki dan mengumpat di dalam hati.
***
12 Maret 2004, Fresno, California geger hanya dalam beberapa jam setelah aksi pembunuhan-bunuh diri yang menimpa 9 (sembilan) orang anggota keluarga, 2 (dua) diantaranya adalah perempuan dewasa, sementara 7 (tujuh) lainnya masih sangat kecil, bahkan ada bayi yang baru berusia beberapa bulan. Tersangka utama dari kasus tersebut adalah Marcus Wesson. Ayah, paman, sekaligus kakek dari mereka yang terbunuh.
Setelah diusut lebih jauh, terbongkarlah rahasia besar yang sulit dicerna oleh akal sehat. Marcus Wesson, hidup bersama istri, anak, cucu, keponakan, yang ia nikahi. Hubungan inces yang sulit untuk dijelaskan dalam bagan keluarga. Marcus menikahi anak kandungnya dan keponakannya sampai melahirkan bayi yang menjadi anak sekaligus cucunya sendiri. Anak-anak tersebut kemudian diasingkan dari kehidupan sosial, mereka dididik dengan pembelajaran yang dirumuskan sendiri oleh sang penguasa, Marcus Wesson. Sementara anak-anak gadisnya yang telah beranjak dewasa bekerja di beberapa restoran untuk menghidupi keluarga besar tersebut, Marcus hanya duduk-duduk santai dirumahnya. Jangan bayangkan sebuah rumah mewah yang mampu menampung 14 orang anggota keluarga mereka. Marcus hanya mampu menyediakan sebuah kapal bobrok yang ia beli dengan harga murah dengan kerusakan di sana sini. Kapal yang ia letakkan di sebuah pantai, menyediakan perahu kecil yang akan membawa anggota keluarga mereka menepi jika ingin membeli kebutuhan pangan ataupun bekerja.
Marcus juga melengkapi anak-anaknya dengan peti mati sebagai tempat tidur. Kepercayaan baru yang ia ciptakan dengan menggabungkan Tuhan dan Vampir, membuat Marcus yakin bahwa ia adalah seorang bampir yang sekaligus bertindak sebagai Tuhan di muka bumi. Maka mulailah ia mencuci otak seluruh anggota keluarganya, sehingga tak seorang pun yang berani melawan perintahnya. Pun begitu halnya dengan perkawinan. Marcus menikahi anak-anak dan keponakannya dengan sebuah ritual yang ia siapkan sedemikian hingga. Tujuannya adalah untuk memperoleh ras vampir murni. Sayang, beberapa diantara gadis-gadis tersebut akhirnya menyadari bahwa ayah mereka adalah seorang gila psikopat yang akan merenggut masa depan mereka nantinya. Sofina dan Ruby adalah yang berhasil kabur dari genggaman Marcus. Namun mereka tidak bisa membawa pergi putra maupun putrinya.
Setelah menimbang banyak hal, akhirnya Sofina dan Ruby memutuskan untuk menjemput anak-anak mereka. Pada saat itu Marcus dan keluarganya tidak lagi tinggal di Sudan (nama kapal bobrok) karena mereka terusir, tetapi di sebuah rumah yang tak layak huni dengan jumlah anggota keluarga demikian banyaknya. Dalam wawancara dengan beberapa orang tetangga, juga diketahui bahwa tak ada satu orang pun dari mereka yang mengetahui keberadaan anak-anak kecil dalam keluarga tersebut. Mereka hanya sering melihat perempuan-perempuan dewasa dengan pakaian hitam yang selalu melekat di badan mereka.
Kedatangan Sofina dan Ruby membuat beberapa anggota keluarga tersebut marah besar. Mereka memang menganggap Sofina dan Ruby sebagai pengkhianat. Mereka berdua dipandang sebagai manusia yang akan menjadi petaka dengan memisahkan keluarga mereka. jauh sebelum kejadian berdarah ini, Marcus telah menanamkan sebuah prinsip pada keluarganya. Apabila suatu hari nanti ada yang ingin memisahkan mereka, baik itu pemerintah melalui DPA (Dewan Perlindungan Anak) atau pihak lain, maka anak yang lebih dewasa akan membunuh anak-anak kecil untuk kemudian membunuh dirinya sendiri. Mereka percaya pada semua perkataan Marcus, bahwa mereka adalah anak Tuhan yang akan kembali pada-Nya daripada harus hidup terpisah.
Yang paling ditakutkan Sofina dan Ruby pun terjadi hari itu. Eksekutornya adalah Sebhrenah, anak sekaligus istri Marcus Wesson. Dia menembaki anak-anak dengan timah peluru di mata kanan mereka (kecuali anaknya sendiri yang ditembak di mata kiri) kemudian menembak dirinya sendiri. Mayat-mayat yang bersimbah darah tersebut ditumpuk di sudut salah satu kamar. Setelah pembunuhan-bunuh diri itu terjadi, Marcus menyerahkan dirinya kepada polisi. Namun di dalam persidangan, baik itu Marcus, istri dan anak-anaknya yang lain (yang masih hidup), percaya bahwa yang menjadi pembunuh dalam kejadian tersebut adalah Sofina dan Ruby. Karena jika hari itu mereka tidak datang, tidak akan ada yang terbunuh.
Penyangkalan yang berbelit-belit dan tidak masuk akal pada akhirnya membawa Marcus Wesson pada hukuman mati. Di dalam sel terakhirnya itulah Marcus menyelesaikan autobiografinya, yang tak pernah diterbitkan.
***
Di halaman terakhir buku ini, terlihat beberapa potong potret keluarga Marcus. Juga penampakannya ketika ditangkap dan disidang. Ia berkulit hitam, berperawakan sangar, tubuhnya tinggi besar dengan rambut panjang yang digimbal. Sementara anak-anak hasil perkawinannya dengan sang istri, anak dan keponakannya memiliki raut wajah yang sangat mirip dengannya. Anak-anak polos yang hidupnya harus berakhir dengan sebuah penjagalan memilukan. Kejadian ini disebut-sebut sebagai pembunuhan massal paling kejam di Fresno.
Saya kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan kebiadaban laki-laki ini.
Siapkan saja mental yang kuat untuk menuntaskan kisah ini hingga tamat.

Marcus Wesson
7 (tujuh) anak-anak lucu yang meninggal bersimbah darah
Pohon keluarga Marcus Wesson. Lihat bagaimana hubungan inces tersebut berlaku dalam keluarga ini
Rumah pembantaian 12 Maret 2004
Peti mati yang disediakan oleh Marcus untuk anak-anaknya

Judul
:
By Their Father’s Hand
Penulis
:
Monte Francis
Halaman
:
330
Penerbit
:
Gramedia

Salam!
 
Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review Buku. Tampilkan semua postingan

Kamis, Oktober 2

All the Pretty Girls - J.T. Ellison

Diposting oleh Orestilla di 10.12.00 0 komentar


Letnan Divisi Pembunuhan Kota Nashville, Tayor Jackson dan kekasihnya, profiler FBI, Dr. John Baldwin, dihadapkan pada kasus pembunuhan berantai yang sangat menggemparkan. Tersangka membunuh gadis-gadis cantik bermata coklat kemudian memutilasi mereka dengan memotong kedua tangannya. Tak cukup sampai disana saja, potongan tangan tersebut akan ditemukan di lokasi pembunuhan berikutnya. Begitu berulang-ulang kali sehingga membuat panik jajaran kepolisian dan FBI. Tersangka dijuluki Pencekik dari Selatan.

Julukan yang juga dijadikan sebagai sub judul buku ini, yang membuat saya langsung membawanya pulang ke rumah setelah berkunjung ke sebuah toko buku beberapa bulan yang lalu.


Perilaku tersangka yang berpindah tempat setiap kali membunuh, membuat petugas kelimpungan. Bagaimana tidak? Dia seperti sudah mengatur dari awal dari mana dan kemana akan bergerak untuk melakukan pembunuhan berikutnya. Sedikit demi sedikit, Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mulai mengumpulkan informasi untuk menangkap si tersangka. Sayang, di tengah penyelidikan, agen lapangan Jerry Grimes malah menghabisi dirinya sendiri dengan menarik pelatuh tepat di pelipisnya. Grimes merasa depresi dengan kasus yang tak juga terpecahkan, sementara daftar korban semakin bertambah setiap harinya. Kasus ini akan dimulai dengan berita orang hilang di sebuah tempat, kemudian penemuan mayat beberapa hari berikutnya.

Selang beberapa waktu, Baldwin menemukan bukti baru bahwasanya setiap kali melakukan pembunuhan, tersangka akan meninggalkan secarik kertas yang berisi penggalan puisi-puisi klasik. Puisi yang juga dikirimkan secara berkala melalui email kepada seorang reporter bernama Whitney Connolly. Begitu Whitney menerima pesan berisi puisi di emailnya, maka dalam hitungan hari setelah itu akan ditemukan mayat perempuan muda yang telah selesai dimutilasi tangannya. Ketika Whitney merasa kenal dengan si tersangka dan merasa keselamatan saudara kembarnya, Quinn Connolly terancam, Whitney malah tewas dalam kecelakaan mengerikan. Kecelakaan yang ia alami ketika melakukan perjalanan menuju kediaman Quinn. Kecelakaan yang membawa jawaban pasti tentang si pelaku pembunuhan berantai tersebut.

Whitney dan Quinn semasa kecilnya pernah berada dalam satu lingkungan dengan Taylor Jackson. Taylor mengingat bahwa dulu mereka begitu terkenal di sekolah karena kasus penculikan yang menimpa keduanya. Kasus tersebut hilang begitu saja seperti tersapu angin. Si pencekik dari selatan, membawa keduanya bertemu kembali. Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mendapati bahwa setiap pembunuhan terjadi di seluruh tempat yang disinggahi oleh suami Quinn, Jake Buckley yang bekerja sebagai wakil presiden Health Partners. Dan kebetulan lagi, tujuh dari delapan korban memiliki hubungan dengan dunia media. Ditambah lagi, kebiasaan Jake yang sering mengirimkan puisi kepada Quinn ketika mereka berpacaran dulu, membuat Jake berubah menjadi tersangka utama.

Namun, ada beberapa hal yang mereka lewatkan begitu saja. Keterangan Jake yang menyanggah pembunuhan tersebut serta DNA nya yang tidak cocok dengan contoh yang pernah ditemukan di salah satu lokasi, membuat Baldwin harus bergerak sekali lagi. Lincoln Ross, berhasil mengetahui alamat si tersangka ketika mengirimkan email kepada Whitney, bahkan ketika Whitney telah tewas dalam kecelakaan. Ketika mereka mendatangi tempat tersebut yang merupakan sebuah kedai kopi, berbicara dengan seorang seniman yang dengan tak sengaja telah melukis orang yang malam sebelumnya berada di tempat tersebut dan menggunakan komputer yang memang disediakan untuk tamu, Baldwin dihadapkan pada kenyataan baru bahwasanya sang pembunuh yang mereka cari selama ini adalah Reese Connolly, adik kandung Whitney dan Quinn.

Pembunuhan ini pula yang akhirnya menguar rahasia besar keluarga Connolly. Begitu mengetahui bahwa Reese yang membunuh gadis-gadis tersebut, terkuak lagi fakta terkait hilangnya Whitney dan Quinn sewaktu mereka masih kecil. Dalam peristiwa itu, Quinn diperkosa oleh pelaku dan hamil. Dia lah yang kemudian melahirkan Reese. Namun kedua orangtuanya menutupi fakta tersebut dari dunia, termasuk Reese sendiri. Mereka kemudian mengakui Reese sebagai adik kandungnya hingga ketika berumur 14 tahun, Reese mengetahui kisah kelam kelahirannya. Setelah menemui ayah kandungnya yang meringkuk di penjara karena dijatuhi hukuman 30 tahun, Reese memulai pembunuhan. Ia juga mengirimi Whitney (yang semula dianggap ibu kandungnya) penggalan bait puisi seperti yang ditinggalkannya di lokasi pembunuhan. Ia berharap Whitney akan terkenal dengan pemberitaan yang ia buat terkait pembunuhan tersebut. Bentuk kasih sayang yang disampaikan seorang anak pada ibunya. Tapi Reese keliru dan ia telah membuat sebuah kesalahan fatal.

Reese sengaja mengambinghitamkan Jake karena ia tahu bahwasanya rumah tangga Jake dan Quinn sudah tidak utuh lagi. Dengan memonitor jadwal perjalanan dinas Jake, Reese bisa melakukan pembunuhan tersebut dengan lancar. Bahkan ia juga sempat menyimpan mayat perempuan yang sudah tercabik-cabik di dalam bagasi Jake, sebelum Jake diciduk oleh polisi.

Alamat email Reese yang berupa kode (yang digunakannya untuk mengirim pesan kepada Whitney), akhirnya berhasil dipecahkan oleh Baldwin dan Taylor.

IM1855195C@yahoo.com
I/M/1/8/5/5/1/9/5/C
IM/18/5/5/19/C
I’m 18 5 5 19 C
I’m R E E S E C
I’m Reese Connolly
I’m Reese Chase (Chase nama belakang ayah kandungnya, yang memerkosa Whitney 20 tahun yang lalu).

Beberapa puisi yang ditulis oleh Reese untuk korban-korban sekaligus petunjuk penting bagi Whitney merupakan salinan dari puisi milik William Wordsworth berjudul She Was a Phantom of Delight, William Butler Yeats dan John Done berjudul The Flea.

She Was A Phantom of Delight by William Wordsworth

She was a Phantom of delight
When first she gleamed upon my sight;
A lovely Apparition, sent
To be a moment's ornament;
Her eyes as stars of Twilight fair;
Like Twilight's, too, her dusky hair;
But all things else about her drawn
From May-time and the cheerful Dawn;
A dancing Shape, an Image gay,
To haunt, to startle, and way-lay.
I saw her upon nearer view,
A Spirit, yet a Woman too!
Her household motions light and free,
And steps of virgin-liberty;
A countenance in which did meet
Sweet records, promises as sweet;
A Creature not too bright or good
For human nature's daily food;
For transient sorrows, simple wiles,
Praise, blame, love, kisses, tears, and smiles.
And now I see with eye serene
The very pulse of the machine;
A Being breathing thoughtful breath,
A Traveller between life and death;
The reason firm, the temperate will,
Endurance, foresight, strength, and skill;
A perfect Woman, nobly planned,
To warn, to comfort, and command;
And yet a Spirit still, and bright
With something of angelic light.

( Ia adalah hantu kenikmatan
Kala mataku pertama menangkapnya;
Penampakan yang menawan, dikirim
Tuk menjadi hiasan sesaat nan cantik;
Matanya bersinar;
bagai bintang senja, pun, bagai senja rambut gelapnya;
Namun segala hal lain tentangnya
Berasal dari Mei dan fajar yang ceria;
Sebuah sosok menari, sebauh bentuk yang riang,
Tuk menghantui, mengejutkan, dan menghadang.
Ku melihatnya lebih dekat,
Sesosok rok, namun juga seorang wanita!
Geraknya lembut dan lepas,
Dengan langkah dara nan bebas;
Raut wajahnya saat bersua
Kenangan manis, janji manis jua;
Makhluk yang tak terlalu cerdas atau baik
Tuk santapan sifat manusia sehari-hari;
Tuk duka yang sementara, tipu muslihat yang sederhana,
Pujian, tudingan, cinta, kecupan, airmata, dan senyuman.
Dan kini kulihat dengan pandang tenang
Detak mesin yang terdengar;
Sebuah sosok hembuskan nafas bijak,
Pengelana antara arwah dan nyawa;
Sasaran yang tegas, kehendak yang terkendali,
Kesabaran, ramalan, kekuatan, dan keahlian;
Seorang wanita sempurna, diciptakan dengan keanggunan,
Tuk memperingatkan, untuk menghibur, dan menguasai;
dan masih jiwa yang murni, dan berbinar
Dengan cahaya bak malaikat bersinar. )

Melalui novel ini, Ellison membawa kita pada peristiwa pembunuhan nan kelam dan penuh teka-teki. Rentetan bukti yang ditemukan serta proses olah TKP yang tak semudah membalikkan telapak tangan, membuat kita merasa seolah-olah sedang berada di sana. Menyaksikan kekejaman si pembunuh secara langsung. Kehadiran penggalan-penggalan puisi klasik dari beberapa maestro terkemuka, memberi warna lain dalam kisah ini. Bacalah dan dapatkan sensasi yang luar biasa ketika membacanya.
4 bintang untuk All the Pretty Girls.

Salam!

Judul
:
All the Pretty Girls
Penulis
:
J.T. Ellison
Halaman
:
342
Penerbit
:
Violet Books, 2011

Senin, Juni 2

PREY

Diposting oleh Orestilla di 09.13.00 3 komentar


Saat ini tengah malam. Seluruh rumah gelap. Ketiga anakku terserang rasa mual yang parah. Anak laki-laki dan anak perempuanku terdengar muntah di kamar mandi yang berlainan. Beberapa menit lalu kutengok mereka untuk memeriksa apa yang mereka muntahkan. Aku khawatir tentang si kecil, namun ia pun terpaksa kubuat mengeluarkan isi perut. Hanya itu harapan yang dimilikinya.
Keadaanku lumayan baik, paling tidak untuk sementara waktu. Aku tidak tahu apakah kami akan selamat: sebagian besar orang yang terlibat urusan ini sudah mati. Dan begitu banyak hal yang tidak kuketahui dengan pasti.
Fasilitasnya telah kami hancurkan, tetapi aku tidak yakin tindakan kami itu tidak terlambat.
Aku masih menunggu Mae. Ia pergi ke lab di Palo Alto dua belas jam lalu, Moga-moga ia berhasil. Moga-moga ia membuat orang-orang di sana mengerti betapa gawat situasinya. Aku menunggu-nunggu dihubungi lab, tetapi sampai sekarang belum ada kabar apa pun.
Telingaku berdering-dering, dan itu pertanda buruk. Aku juga merasakan getaran di rongga dada dan rongga perut. Moga-moga aku tidak jatuh pingsan. Anak-anak membutuhkanku, terutama si kecil. Mereka ketakutan. Dan itu wajar saja.
Aku pun demikian.
Ketika duduk dalam kegelapan ini, rasanya sulit dipercaya bahwa seminggu yang lalu masalahku yang terbesar adalah mendapatkan pekerjaan. Betapa konyol rasanya sekarang.
Tetapi begitulah, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.


Narasi pembuka pada novel ini mengingatkan saya akan satu hal. Coba tebak!
Apa?
Iya.
ALIEN.
Haha.
Dan saya salah. Hahaha.
Tapi tentu saja cerita yang dirangkum Crichton dalam 598 halamannya yang mendebarkan tetap menarik dan menguras keringat (sekali lagi tema science fiction membuat saya merasa tengah menonton adegan demi adegan dalam sebuah film).
Si “aku” dalam cerita ini adalah Jack Forman, seorang bapak dari tiga orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan) yang baru saja berhenti dari pekerjaannya sebagai kepala divisi program di perusahaan MediaTronics. Ia bersama timnya bertugas membuat program pemrosesan parallel terdistribusi atau program berbasis agen.
Tidak mengerti?
Sama! Saya juga bingung dengan semua istilah yang ditampilkan ketika memulai halaman pertama novel ini. Namun percaya saja, semakin banyak halaman yang kita baca, semakin banyak ilmu yang kita renda dan yaaaa tentu saja semakin banyak tanya yang akhirnya terjawab dengan sendirinya. Betapa mengagumkannya buku ini.
Jack yang tengah menikmati sibuknya menjadi bapak rumah tangga akhirnya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang tengah disibukkan oleh ulah partikel-partikel yang menggila karena kesalahan pemrograman. Dan kebetulan yang tragis sekali karena perusahaan tersebut juga menjadi ladang bisnis istrinya sendiri, Julia.
Partikel yang menggila..
Kumpulan nano partikel yang sedianya disiapkan sebagai kamera khusus yang akan digunakan oleh Pentagon untuk mengamati wilayah musuh dalam penyempurnaan taktik perang, berubah haluan menjadi monster yang akhirnya merenggut banyak nyawa, termasuk beberapa orang pintar yang terlibat dalam tim pemrograman tersebut. Dalam novel ini, kumpulan nano partikel (robot mikro) yang diproduksi di gurun Nevada, digambarkan serupa debu yang beterbangan. Mereka berhasil lolos dari laboratorium dan mulai bereproduksi. Robot mikro ini juga mampu hidup mandiri layaknya manusia.
Pada awalnya, nano partikel ini diprogram sebagai predator. Program yang dahulunya dirancang oleh Jack. Kemudian mereka mulai berevolusi dan semakin mematikan dalam hitungan jam.
Kumpulan nano partikel akan memasuki tubuh makhluk hidup yang ia temui, menggerogotinya dan membunuhnya dalam hitungan detik. Mengerikan memang. Novel ini memperlihatkan kepada kita bagaimana teknologi mampu menjadi pembunuh keji layaknya virus.
Novel ini memang hanya sebuah rekaan. Namun program-program riset yang mendasarinya benar-benar ada. Terdapat 44 referensi yang bisa menuntun pembaca yang berminat untuk mempelajari genetika, nanoteknologi dan kecerdasan terdistribusi. Salah satunya adalah Evolutionary Design by Computers oleh Peter Bentley.
Bicara ilmu pengetahuan, ada banyak poin yang bisa kita petik di dalam novel ini. Yang paling membuat saya takjub ada di halaman 448. Tentang Rayap Afrika.
Rayap Afrika mampu membuat gundukan tanah menyerupai kastil selebar puluhan meter, dengan menara-menara yang menjulang setinggi 1,8 meter. Sebagai perbandingan, andai rayap seukuran manusia, maka gundukan tersebut menjadi pencakar langit dengan tinggi 1.600 meter dan lebar 8.000 meter. Dan sama seperti pencakar langit, sarang rayap juga memiliki arsitektur internal yang rumit, yang berfungsi memasukkan udara segar, membuang kelebihan CO2 dan panas, dan sebagainya. Di dalam struktur itu terdapat kebun untuk menumbuhkan makanan, tempat tinggal bagi kalangan petinggi, serta hunian bagi sampai dengan dua juta ekor rayap. Setiap sarang berbeda dari yang lain; masing-masing dibangun secara khusus berdasarkan tuntutan dan kelebihan lokasi tertentu.


Bagaimana akhir cerita si nano partikel?
Jack dan sahabatnya, Mae, mampu menghentikan pembiakan robot mikro ini dengan meledakkan tempat pembiakannya. Sementara itu mereka harus rela kehilangan hampir seluruh rekan kerja yang sudah terjangkiti sedari awal, termasuk Julia. Namun ada beberapa kisah menarik yang tak akan saya beberkan dalam laman ini. Kenapa? Karena saya ingin teman-teman semua menyelesaikan sendiri novel keren ini. Hahaha.
Untuk yang menyenangi bidang teknologi dan biologi, saya sarankan untuk menuntaskannya sesegera mungkin. Selamat membaca.
Salam!

Judul
:
Prey
Penulis
:
Michael Crichton
Halaman
:
598
Penerbit
:
Gramedia Pustaka Utama

Kamis, Februari 13

Monte Francis - By Their Father's Hand

Diposting oleh Orestilla di 11.04.00 0 komentar



Sebelum berceloteh panjang tentang buku ini, boleh saya memaki?
“Dasar laki-laki gila….!!!!”
Iya. Sesaat sebelum menyelesaikan buku ini, saya dilanda prahara batin. Serius. Saya sempat berpikir seandainya saya berada di posisi yang sama, gadis-gadis itu..anak-anak kecil itu..manusia-manusia polos yang belum tahu sama sekali akan hidup dengan segudang problematikanya yang tiada akhir. Ah. Membayangkannya saja sudah membuat saya bergidik ngeri, apalagi bayangan itu menjadi realita. Akan terkenang dengan sangat pahit tentunya di hati saya.
Monte Francis saya nilai sebagai seorang penulis yang mau membebani pundaknya dengan resiko besar dengan mengangkat kisah ini dalam sebuah buku. Membeberkan fakta-fakta gila yang berkembang di sebuah kota besar seperti California, tentunya bukanlah pekerjaan gampang. Monte merakit sedikit demi sedikit hasil penelitian dan penyelidikan kepolisian untuk mengumpulkan kisah tragis ini dalam lembaran. Walaupun tak semua hasil penyelidikan tersebut berhasil ia dapatkan. Setidaknya, sedikit dari yang Monte peroleh, sudah cukup untuk memaki dan mengumpat di dalam hati.
***
12 Maret 2004, Fresno, California geger hanya dalam beberapa jam setelah aksi pembunuhan-bunuh diri yang menimpa 9 (sembilan) orang anggota keluarga, 2 (dua) diantaranya adalah perempuan dewasa, sementara 7 (tujuh) lainnya masih sangat kecil, bahkan ada bayi yang baru berusia beberapa bulan. Tersangka utama dari kasus tersebut adalah Marcus Wesson. Ayah, paman, sekaligus kakek dari mereka yang terbunuh.
Setelah diusut lebih jauh, terbongkarlah rahasia besar yang sulit dicerna oleh akal sehat. Marcus Wesson, hidup bersama istri, anak, cucu, keponakan, yang ia nikahi. Hubungan inces yang sulit untuk dijelaskan dalam bagan keluarga. Marcus menikahi anak kandungnya dan keponakannya sampai melahirkan bayi yang menjadi anak sekaligus cucunya sendiri. Anak-anak tersebut kemudian diasingkan dari kehidupan sosial, mereka dididik dengan pembelajaran yang dirumuskan sendiri oleh sang penguasa, Marcus Wesson. Sementara anak-anak gadisnya yang telah beranjak dewasa bekerja di beberapa restoran untuk menghidupi keluarga besar tersebut, Marcus hanya duduk-duduk santai dirumahnya. Jangan bayangkan sebuah rumah mewah yang mampu menampung 14 orang anggota keluarga mereka. Marcus hanya mampu menyediakan sebuah kapal bobrok yang ia beli dengan harga murah dengan kerusakan di sana sini. Kapal yang ia letakkan di sebuah pantai, menyediakan perahu kecil yang akan membawa anggota keluarga mereka menepi jika ingin membeli kebutuhan pangan ataupun bekerja.
Marcus juga melengkapi anak-anaknya dengan peti mati sebagai tempat tidur. Kepercayaan baru yang ia ciptakan dengan menggabungkan Tuhan dan Vampir, membuat Marcus yakin bahwa ia adalah seorang bampir yang sekaligus bertindak sebagai Tuhan di muka bumi. Maka mulailah ia mencuci otak seluruh anggota keluarganya, sehingga tak seorang pun yang berani melawan perintahnya. Pun begitu halnya dengan perkawinan. Marcus menikahi anak-anak dan keponakannya dengan sebuah ritual yang ia siapkan sedemikian hingga. Tujuannya adalah untuk memperoleh ras vampir murni. Sayang, beberapa diantara gadis-gadis tersebut akhirnya menyadari bahwa ayah mereka adalah seorang gila psikopat yang akan merenggut masa depan mereka nantinya. Sofina dan Ruby adalah yang berhasil kabur dari genggaman Marcus. Namun mereka tidak bisa membawa pergi putra maupun putrinya.
Setelah menimbang banyak hal, akhirnya Sofina dan Ruby memutuskan untuk menjemput anak-anak mereka. Pada saat itu Marcus dan keluarganya tidak lagi tinggal di Sudan (nama kapal bobrok) karena mereka terusir, tetapi di sebuah rumah yang tak layak huni dengan jumlah anggota keluarga demikian banyaknya. Dalam wawancara dengan beberapa orang tetangga, juga diketahui bahwa tak ada satu orang pun dari mereka yang mengetahui keberadaan anak-anak kecil dalam keluarga tersebut. Mereka hanya sering melihat perempuan-perempuan dewasa dengan pakaian hitam yang selalu melekat di badan mereka.
Kedatangan Sofina dan Ruby membuat beberapa anggota keluarga tersebut marah besar. Mereka memang menganggap Sofina dan Ruby sebagai pengkhianat. Mereka berdua dipandang sebagai manusia yang akan menjadi petaka dengan memisahkan keluarga mereka. jauh sebelum kejadian berdarah ini, Marcus telah menanamkan sebuah prinsip pada keluarganya. Apabila suatu hari nanti ada yang ingin memisahkan mereka, baik itu pemerintah melalui DPA (Dewan Perlindungan Anak) atau pihak lain, maka anak yang lebih dewasa akan membunuh anak-anak kecil untuk kemudian membunuh dirinya sendiri. Mereka percaya pada semua perkataan Marcus, bahwa mereka adalah anak Tuhan yang akan kembali pada-Nya daripada harus hidup terpisah.
Yang paling ditakutkan Sofina dan Ruby pun terjadi hari itu. Eksekutornya adalah Sebhrenah, anak sekaligus istri Marcus Wesson. Dia menembaki anak-anak dengan timah peluru di mata kanan mereka (kecuali anaknya sendiri yang ditembak di mata kiri) kemudian menembak dirinya sendiri. Mayat-mayat yang bersimbah darah tersebut ditumpuk di sudut salah satu kamar. Setelah pembunuhan-bunuh diri itu terjadi, Marcus menyerahkan dirinya kepada polisi. Namun di dalam persidangan, baik itu Marcus, istri dan anak-anaknya yang lain (yang masih hidup), percaya bahwa yang menjadi pembunuh dalam kejadian tersebut adalah Sofina dan Ruby. Karena jika hari itu mereka tidak datang, tidak akan ada yang terbunuh.
Penyangkalan yang berbelit-belit dan tidak masuk akal pada akhirnya membawa Marcus Wesson pada hukuman mati. Di dalam sel terakhirnya itulah Marcus menyelesaikan autobiografinya, yang tak pernah diterbitkan.
***
Di halaman terakhir buku ini, terlihat beberapa potong potret keluarga Marcus. Juga penampakannya ketika ditangkap dan disidang. Ia berkulit hitam, berperawakan sangar, tubuhnya tinggi besar dengan rambut panjang yang digimbal. Sementara anak-anak hasil perkawinannya dengan sang istri, anak dan keponakannya memiliki raut wajah yang sangat mirip dengannya. Anak-anak polos yang hidupnya harus berakhir dengan sebuah penjagalan memilukan. Kejadian ini disebut-sebut sebagai pembunuhan massal paling kejam di Fresno.
Saya kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan kebiadaban laki-laki ini.
Siapkan saja mental yang kuat untuk menuntaskan kisah ini hingga tamat.

Marcus Wesson
7 (tujuh) anak-anak lucu yang meninggal bersimbah darah
Pohon keluarga Marcus Wesson. Lihat bagaimana hubungan inces tersebut berlaku dalam keluarga ini
Rumah pembantaian 12 Maret 2004
Peti mati yang disediakan oleh Marcus untuk anak-anaknya

Judul
:
By Their Father’s Hand
Penulis
:
Monte Francis
Halaman
:
330
Penerbit
:
Gramedia

Salam!
 
 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea