Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Senin, November 11

Boy and The Secret of #OrigamiHati

Diposting oleh Orestilla di 08.26.00 1 komentar


Pertama kali bertemu dalam seminar nasional beberapa minggu lalu yang sempat saya kupas di laman ini, seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya menemukan seorang penulis muda berbakat yang rendah hati dan yang lebih baik lagi, berdarah Minang asli. Sebuah kebanggaan tersendiri.


Dalam seminar itu pula, Boy dengan senang hati meluangkan sedikit waktunya yang berharga untuk membaca naskah pertama saya yang yaaaa sudah beberapa kali ditolak penerbit. Haha. Maklum saya masih amatir. Dan menulis bagi saya adalah sebuah kegiatan favorit yang saya dalami secara ortodidak.
Maka kami berjanji untuk bertemu.
Tepatnya 3 hari yang lalu.
Saya sengaja berkunjung ke Kota Padang hanya untuk bertemu si pemilik #OrigamiHati. Berbekal niat yang kuat demi menimba ilmu menulis, saya berangkat dari kota kecil yang sudah saya diami hampir 23 tahun ini. Perjalanan kurang bersahabat karena hujan sudah mengintip sedari awal. Belum lagi macet panjang karena ada ruas jalan yang sedang diperbaiki. Namun itu semua tak mengurangi kegembiraan saya yang dalam waktu beberapa jam ke depan akan bertatap muka langsung (sekali lagi) dengan Boy Candra. Karena saya pikir, jarang-jarang lo ada penulis yang mau menyempatkan waktu bertemu face to face, diantara kesibukannya menyelesaikan narasi berikutnya.
Saya sampai di Kota Padang jam 6 sore. Setelah selesai melaksanakan shalat Maghrib, saya beranjak ke tempat yang sudah kami sepakati sebelumnya. Tapi ada satu hal yang tidak saya perhatikan sedari awal. Apa itu? Pertama; saya sudah mention Boy berkali-kali namun selalu saja pesan yang saya terima: failed. Dan itu berarti Boy tidak akan tau saya sudah sampai di tempat tujuan. Kedua; saya juga tidak punya kontak pribadi Boy. Padahal setelah provider yang saya pakai sembuh kembali, saya tau ternyata Boy sudah mengirimkan nomor handphone-nya via direct message ke akun saya. Alhasil saya mulai meneror Indi. Meminta bantuannya untuk mencari tau kemana saya bisa menghubungi Boy dalam waktu cepat. Kenapa? Karena ketiga; Handphone yang saya pakai sudah kehabisan daya. Untung saja pertolongan Indi datang tepat waktu dan saya bisa menghubungi Boy sebelum benda penghubung yang ada di tangan saya benar-benar mati dan tak berfungsi lagi. Legaaaaa.

my favourite drink. teman seger selagi nunggu kedatangan Boy :)

ini dia view tempat kami ketemu.

Boy datang beberapa menit setelah panggilan yang saya lakukan. Malam itu Boy menggunakan kaos hitam. Dengan tubuh yang tampak sangat lelah, mata merah akibat begadang dan kurang tidur, saya acungkan jempol untuknya yang menepati janji. Setidaknya saya merasa sangat dihargai.

Bahkan tanpa diminta pun, Boy dengan senang hati melipat kertas origami menjadi sebuah hati :)
 
Boy-nya ga suka donut, so semuanya dengan senang hati masuk ke perut saya. Buahahaha :D
Walau baru bertemu dua kali, dengan waktu yang sangat singkat di pertemuan pertama, cerita dari mulut kami mengalir begitu saja. Selayaknya sahabat yang sudah lama tak bertemu, ada ratusan cerita yang menggunung untuk dibagikan. Boy menceritakan tentang pengalaman menulisnya. Ia juga berbagi tentang trik-trik menulis yang baik biar bisa tembus ke penerbit. Dan ternyata #OrigamiHati adalah karya Boy  yang kelima. Menakjubkan. Boy juga memilih Padang sebagai setingan ceritanya karena ia ingin Padang lebih dikenal lagi oleh pembaca. Sebuah pemikiran yang sangat baik menurut saya, mengingat banyak novel yang lebih memilih kota-kota besar sebagai latar cerita. Untuk kegiatan menulisnya yang lebih banyak dihabiskan malam hari (bahkan lebih sering sampai mentari pagi bangun), Boy mengaku lebih senang ditemani musik-musik keras layaknya Underground (yah..semoga kedepannya bisa ditemani seorang bidadari ya Boy).
Jika kebanyakan penulis berpendapat bahwa menulis tanpa membaca akan membuat tulisan kita kering, Boy berpendapat sebaliknya. Ia berkata bahwa, “Lebih baik menulis banyak dengan sekikit membaca daripada membaca banyak tapi jarang menulis”. Bener juga kan ya?  
Memang sih beda penulis, beda gaya, beda pandangan, beda kebutuhan, beda yang lain-lain. Bagi saya bukan masalah jika pada akhirnya mereka mampu melahirkan sebuah karya yang melahirkan decak kagum banyak orang.
Boy juga bercerita banyak tentang buku terbit pertamanya. Berikut fakta-fakta menarik yang membuat saya semakin tertarik dengan #OrigamiHati:

  1.  Boy tidak menggunakan outline dalam menulis #OrigamiHati.
  2.  Boy menyelesaikan #OrigamiHati dalam waktu 37 hari.
  3. Jika menemukan beberapa ke-typo-an dalam buku ini, itu disebabkan oleh proses cetaknya yang terkesan sedikit terburu-buru. Kenapa? Karena editornya hanya punya sedikit waktu untuk kemudian pindah ke penerbit lain. Boy sendiri berharap kesalahan-kesalahan kecil itu akan bisa dihapus di cetakan #OrigamiHati berikutnya. Aamiin. (Semoga sampai cetakan ke sepuluh atau lebih ya Boy).
  4. Ada banyak kisah nyata yang terselip dalam buku fiksi ini. Apa saja? Ssstt..saya tak akan membaginya di laman ini. Kenapa? Karena itu berarti saya akan membongkar rahasia besar Boy Candra. Huahahahaha.
  5. Boy sepertinya sudah punya gambaran untuk melanjutkan versi kedua buku ini (maka saya yakin bidadari-bidadari #OrigamiHati sedang tersenyum senang saat membaca ini).
  6. Dan masih banyak lagi..Kalau masih ada yang penasaran, sila tanya langsung sama orangnya. Nanti laman saya di spam karena dianggap sedang menceritakan rahasia-rahasia hati si pemilik #OrigamiHati. Buahahaha.

Saya juga (akhirnya) curhat ke Boy. Dan speechless banget karena Boy tertarik membukukan kisah sedih di hari Minggu yang saya miliki. Yaaa..pernah memang punya mimpi untuk menceritakannya kembali pada dunia. Bukan untuk menarik simpati, karena itu tak ada gunanya sama sekali. Saya hanya ingin berbagi kisah, pengalaman, pelajaran pada banyak hati, utamanya perempuan. Namun yang saya butuhkan sebetulnya adalah tangan orang lain untuk menyampaikannya. Saya tak mau terbawa emosi yang hanya akan menempatkan saya sebagai orang “terbaik” dalam cerita. Akan senang sekali jika kisah itu bisa disulam oleh seorang penulis hebat seperti Boy. Duh. Kok jadi curhat gini ya? Oke. Kembali ke keyboard.
Berhubung kalau sudah di Padang, saya harus nginap di kos-nya Indi (yang punya jam malam), saya tak bisa berlama-lama walaupun sesungguhnya masih banyak cerita yang harus dieja. Kami memutuskan untuk pulang. Namun rencana berubah total ketika mengetahui bahwa perjalanan kami mengarah pada lokasi yang sama. Berdekatan tepatnya. Dan karena masih terlalu banyak cerita yang belum tersampaikan, kami memutuskan untuk berjalan kaki. Kami mulai melangkah di bawah gerimis yang mulai datang. Walau tak terlalu deras, rintiknya cukup membuat naskah saya yang ada di genggaman Boy basah. Naskah itu kami amankan kembali di dalam tas yang saya bawa. Eits. Kami tidak sedang berjalan di atas trotoar tapi rel kereta api. Haha. Dua orang aneh dalam hawa dingin tapi dilingkupi pembicaraan penuh tawa, disisipi beberapa kisah pahit masa lalu.

Pesan singkat dari Boy: "Tidur adalah mati jangka pendek". 
 
Salah satu "the precious sentences" yang saya temukan di #OrigamiHati
Malam itu saya seperti mendapat dorongan dan semangat lagi untuk meraih mimpi besar saya menjadi seorang penulis. Terimakasih Boy. Dan maaf jika narasi saya hari ini membuat beberapa bidadari cemburu.
Salam!

Senin, September 9

Aleph - Paulo Coelho

Diposting oleh Orestilla di 08.06.00 4 komentar


Oke. Buku pertama yang akan kita bahas adalah Aleph, tarikan pena sang legenda Paulo Coelho. Ada beberapa alasan mengapa saya menjadikan buku ini buku perdana yang akan saya angkat di laman istimewa ini, padahal sudah ada beberapa buku Paulo Coelho yang saya lahap sebelumnya. Ya. Sekali lagi saya jatuh cinta pada kata pertama yang ia gunakan. Masih ingat bagaimana jatuhnya cinta saya pada tarian tangan Hamka? Kali ini Paulo melakukan hal yang sama. Haha. Dan kedepannya, tak ada yang tahu, siapa saja yang akan membius saya dengan cinta seperti ini lagi. Kita tunggu saja.

Aleph. Membaca kata ini sedari awal sudah meninggalkan tanda tanya besar. Apa itu aleph? Bukan hal biasa yang sering melintas di pendengaran kita bukan? Baiklah. Mengutip halaman 93 dari buku ini, aleph sendiri berarti titik dimana segala sesuatu berada di tempat serta waktu yang sama. Sedangkan di halaman 125, dalam istilah tekhnis Aleph berarti “bilangan yang mengandung semua bilangan”. Masih bingung? Sama. Saya juga merasakan hal serupa bahkan sampai tangan saya membolak balik halaman dengan 3 digit angka, saya masih belum menemukan kecocokan jiwa dengan hamparan narasi yang ada tepat di depan mata. Bahkan kalau boleh jujur, saya sempat meninggalkannya untuk kemudian berpaling pada novel lain yang tak berstruktur serumit hantaran Paulo. Namun pada akhirnya, cinta pada pandangan pertama memang terlalu sulit untuk dilupakan. Dan jadilah saya mengakhirinya dengan senyum penuh kemenangan setelah berkutat hampir 8 jam hanya untuk 312 halaman. Haha. 

Paulo memang tak membutuhkan tokoh lain dalam buku ini. Ia tak perlu mengkhayalkan jutaan nama untuk diangkat dan dijadikan tokoh sentral dalam ciptaannya. Paulo sendiri lah yang menjadi tokoh utama dalam Aleph. Sesuatu yang mungkin tak dilakukannya pada bukunya yang lain (ataukah ada? mungkin saya yang belum menemukannya). Aleph sendiri lebih pada cerita perjalanan panjang Paulo dalam pencarian jawaban akan masa lalu yang menghantuinya hingga ke masa kini bahkan mungkin saja mengancam masa depannya. Seperti perjalanan batin yang mengangkat topik reinkarnasi, persinggahan ke masa lalu dan penuntasannya yang penuh polemik. Perjalanan yang ia lakukan selama hampir 2 minggu lamanya dengan menggunakan jalur kereta api Trans-Siberia sejauh 9.288 kilometer, yang menghubungkan ratusan kota besar dan kecil, melintasi 76 persen Rusia dan melewati tujuh zona waktu berbeda. Its so amazing, right?

Keberadaan Tuhan pun tak dilewatkan Paulo dalam setiap cerita yang ia kisahkan. Walaupun saya seorang muslimah, saya merasa tak terganggu sama sekali dengan titik nilai ibadah kekristenan yang ia jabarkan. Sungguh saya belajar banyak darinya. Membuat saya secara pribadi semakin mencintai Allah SWT, Sang Pemilik Semesta.

Oiya, yang tak kalah pentingnya..kebiasaan saya yang suka sekali menandai kalimat-kalimat ampuh di setiap buku yang saya baca, membuat saya memiliki banyak kalimat yang kemudian saya rangkum dan ingin saya bagikan. Karena saya pikir tak akan ada hebatnya bila seluruh cerita Aleph saya tuntaskan disini. Jika masih penasaran, ayo cari bukunya. Hehe. Ini dia petikan-petikan kata yang cukup membuat saya tergugah dan yaaa setidaknya menjadi alasan mengapa saya bisa jatuh cinta berkali-kali pada karyanya Paulo Coelho.

 
Bukan apa yang kaulakukan di masa lalu yang akan mempengaruhi masa sekarang. Apa yang kaulakukan sekaranglah yang akan menebus masa lalu dan mengubah masa depan [page 21 of 312]

Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa sentuhan kegilaan [page 44 of 312]

Satu-satunya hal yang kita capai dengan membalas dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan memaafkan, kita menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan [page 83 of 312]

Ini yang Paulo sampaikan tentang bagaimana ia menggambarkan cintanya pada sang istri: “kami bagai dua awan dan sekarang kami satu. Kami tadinya dua kubus es batu yang kemudian meleleh karena matahari dan menjadi aliran air yang sama” [page 104 of 312] so sweettt..

Mereka bisa saja hanya bertemu sekali dan mengucapkan selamat tinggal selamanya hanya karena mereka tidak melewati titik nyata yang memicu terjadinya ledakan sesuatu yang membuat mereka bertemu di dunia ini. Jadi mereka berpisah tanpa pernah memahami kenapa mereka bertemu [page 119 of 312]

Cinta adalah satu-satunya hal yang akan menyelamatkan kita, terlepas dari kesalahan apa pun yang akan kita buat. Cinta selalu lebih kuat [page 129 of 312]

Siapa pun yang mengenal Tuhan tidak dapat menggambarkan-Nya. Siapa pun yang dapat menggambarkan Tuhan tidak mengenal-Nya [page 134 of 312]

Kita menderita pada masa lalu, mencintai pada masa lalu, menangis dan tertawa pada masa lalu, namun itu tidak berguna pada masa kini [page 138 of 312]

Butuh usaha keras untuk membebaskan dirimu dari kenangan, namun begitu kau berhasil, kau mulai menyadari bahwa kau mampu mencapai lebih dari yang bisa kau bayangkan [page 140 of 312]

Hanya seseorang yang mampu berkata ‘aku cinta padamu’ yang sanggup berkata ‘aku memaafkanmu’ [page 238 of 312]

Cinta tanpa nama dan tanpa penjelasan, seperti sungai yang tidak bisa menjelaskan kenapa ia mengikuti alur tertentu dan hanya terus mengalir. Cinta yang tidak meminta dan memberikan apa-apa; sungai yang hanya hadir, apa adanya [page 248 of 312]. (red- dan entah karena apa, ketika membaca kalimat ini, yang hadir pertama dalam ingatan saya adalah lantunan ini: “aku mencintaimu dengan sederhana, seperti kayu pada api yang menjadikannya abu. Aku mencintaimu dengan sederhana seperti awan pada angin yang menjadikannya tiada”)

Mungkinkah menjauhi jalan yang telah digariskan Tuhan? Mungkin saja, tapi itu selalu salah. Mungkinkah menghindari rasa sakit? Mungkin saja, tapi kau tidak akan pernah belajar apa-apa. Mungkinkah mengenal sesuatu tanpa pernah mengalaminya? Mungkin saja, namun hal itu tidak akan pernah menjadi bagian darimu [page 276 of 312]

Kadang kau harus berkelana sampai jauh untuk menemukan apa yang sesungguhnya berada didekatmu [page 292 of 312]

Puncaknya adaah sebuah lantunan doa yang dibacakan oleh Hilal (perempuan dua puluh satu tahun yang menjadi cintanya Paulo dikehidupan sebelumnya, perempuan yang dipertemukan Tuhan kembali dengannya karena takdir, menjemput bagian akhir dari cerita masa lalu yang mereka rengkuh melalui Aleph. Doa ini terlihat seperti sebuah puisi yang menyihir saya ketika membacanya. Pilihan kata sederhana dengan makna tersirat yang mengangkasa. Doa (red-bagi saya tetap terlihat seperti puisi) ini ada di halaman 184. Begini bunyinya:

“Aku memaafkan air mata yang harus kutumpahkan,
aku memaafkan rasa sakit dan semua kekecewaan,
aku memaafkan semua pengkhianatan serta kebohongan,
aku memaafkan semua fitnah dan tipu-muslihat,
aku memaafkan kebencian serta penganiayaan,
aku memaafkan pukulan-pukulan yang melukaiku,
aku memaafkan impian-impian yang rusak,
aku memaafkan harapan-harapan yang mati sebelum waktunya,
aku memaafkan permusuhan serta kecemburuan,
aku memaafkan ketidakpedulian dan niat jahat,
aku memaafkan ketidakadilan yang dijalankan atas nama keadilan,
aku memaafkan kemarahan serta kekejaman,
aku memaafkan kelalaian dan sikap menghina,
aku memaafkan dunia dan semua kejahatannya.
Aku memiliki kemampuan mencintai, terlepas dari apakah aku balas dicintai,
kemampuan memberi, bahkan saat aku tidak punya apa-apa,
kemampuan bekerja dengan bahagia, bahkan ditengah kesulitan-kesulitan,
kemampuan mengulurkan tangan, bahkan saat aku benar-benar sendirian dan diabaikan,
kemampuan untuk mengusap air mata, bahkan saat aku menangis,
kemampuan percaya, bahkan saat tidak seorang pun percaya padaku.

So, dari sekian banyak petikan kalimat yang saya sajikan, mana yang kamu suka? Keren kan teman? You must read this book. Recommended..!!!

Selasa, Februari 12

Merry Riana, menguatkan lewat kata

Diposting oleh Orestilla di 14.25.00 0 komentar


Pertama kali aku mengenalnya ada banyak kekuatan yang hadir tanpa rencana. Kata demi kata yang ia rangkai dalam kesederhanaan begitu menggugah, begitu menyentuh dan tentu saja begitu menguatkan.
Merry Riana. Sosok bersahaja yang ku kenal tanpa jabat tangan. Senyum ramah yang selalu dihadiahkan, gelak tawa yang selalu hadir di setiap penampilannya di berbagai media massa membuat tak seorang pun akan berpikir bahwa ia hanyalah seorang perempuan biasa yang lahir melalui ujian hidup luar biasa.
Tak kupungkiri, dialah salah satu motivatorku untuk bergerak maju. Terkadang saat lelah menumpuk dan keputusasaan mengintai hari, ku yakinkan kembali hati dan menantang diri sendiri, “Jika Merry Riana diumur belia saja bisa? Kenapa aku tidak?” dan perlahan semangat itu akan bangkit kembali.
Merry Riana juga lah yang turut memompa mimpiku melanjutkan pendidikan, lagi, lagi dan lagi. Perjuangannya menyelesaikan pendidikan ditengah himpitan ekonomi yang menyesakkan tak menjadi batu halangan yang menjatuhkan, namun menjadi tempat berpijak baginya untuk terlontar ke kehidupan yang jauh lebih baik. Dan itulah salah satu alasanku untuk kembali menimba ilmu di bangku kuliah pascasarjana. Sebuah rute penting yang saat ini belum terselesaikan tapi akan kuperjuangkan hingga akhirnya nanti. Apapun alasannya. Apapun hambatannya.
Dulu..ketika mendengar kabar kedatangannya di provinsi tetangga, hatiku melonjak begitu senangnya. Ingin sekali bertatap mata langsung dengannya. Ingin sekali bisa berjabatan tangan dengan perempuan tangguh seperti dia. Tapi apa lacur. Bentrokan jadwal kuliah membuatku mengurungkan niat tersebut. Kecewa pastinya. Dan yang bisa kulakukan hanya berenang dalam lautan kata yang selalu ia sediakan di media sosialnya. Bagiku itu cukup. Cukup banyak untuk melepaskan dahaga akan sebuah rasa penasaran.
Namun kesabaranku berbuah manis. Kemaren pagi, Sabtu 9 Februari 2013, mimpiku menjadi nyata. Akhirnya setelah menunggu lebih dari satu tahun lamanya, aku bisa berada didekatnya. Dalam radius terkecil yang tak pernah kuduga sebelumnya. Dengan suka cita bahkan dengan mengorbankan kuliah, aku menghadiri seminar internasional langsung dari motivator favoritku. Bangku terdepan adalah targetku hari itu. Sungguh tak ingin kulewatkan waktu penting, yang yaaaa mungkin saja tak akan pernah terulang lagi untuk kali yang kedua. Walau untuk yang satu ini aku selalu berdoa bisa kembali berada ditempat dan diruangan yang sama dengannya. Banyak ilmu yang kuperoleh hari itu. Banyak tawa dan tak sedikit airmati ketika kisahnya kembali menyentuh nurani. Kebahagiaanku berlipat ganda ketika aku diberi kesempatan untuk berjabatan tangan dan bertegur sapa. Tak lagi lewat media sosial seperti biasanya, ini NYATA. Ketika tangannya menjabat tanganku, aku berharap akan ada aliran kekuatan yang berpindah darinya untukku. Aku ingin kuat. Sekuat ia dulu menapak hidup.
Terimakasih Mbak Merry Riana. Kelak, ketika mimpiku menjadi nyata, akan kusematkan nama kecilmu disana. Nama kecil sederhana, sesederhana orang yang memilikinya namun memiliki tempat istimewa dalam perjalanan hidupku.
You’re the best sista. Always.



Semoga Allah masih nyediain stok lelaki pembaharu seperti Mas Alva untuk dijadikan pendamping hidup dunia akhirat. Amiiiinn. Mbak Ria bener, Mas Alva itu anugerah terindah yang dikirimkan Tuhan untuknya.
  


Semoga suatu hari nanti waktu mempertemukan kami kembali.

 
Dan ini dia sahabat tercinta sesama pecinta Merry Riana. Thanks untuk satu hari yang luar biasa kemaren sista. KITA PASTI BISA. Haha  

Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Senin, November 11

Boy and The Secret of #OrigamiHati

Diposting oleh Orestilla di 08.26.00 1 komentar


Pertama kali bertemu dalam seminar nasional beberapa minggu lalu yang sempat saya kupas di laman ini, seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, saya menemukan seorang penulis muda berbakat yang rendah hati dan yang lebih baik lagi, berdarah Minang asli. Sebuah kebanggaan tersendiri.


Dalam seminar itu pula, Boy dengan senang hati meluangkan sedikit waktunya yang berharga untuk membaca naskah pertama saya yang yaaaa sudah beberapa kali ditolak penerbit. Haha. Maklum saya masih amatir. Dan menulis bagi saya adalah sebuah kegiatan favorit yang saya dalami secara ortodidak.
Maka kami berjanji untuk bertemu.
Tepatnya 3 hari yang lalu.
Saya sengaja berkunjung ke Kota Padang hanya untuk bertemu si pemilik #OrigamiHati. Berbekal niat yang kuat demi menimba ilmu menulis, saya berangkat dari kota kecil yang sudah saya diami hampir 23 tahun ini. Perjalanan kurang bersahabat karena hujan sudah mengintip sedari awal. Belum lagi macet panjang karena ada ruas jalan yang sedang diperbaiki. Namun itu semua tak mengurangi kegembiraan saya yang dalam waktu beberapa jam ke depan akan bertatap muka langsung (sekali lagi) dengan Boy Candra. Karena saya pikir, jarang-jarang lo ada penulis yang mau menyempatkan waktu bertemu face to face, diantara kesibukannya menyelesaikan narasi berikutnya.
Saya sampai di Kota Padang jam 6 sore. Setelah selesai melaksanakan shalat Maghrib, saya beranjak ke tempat yang sudah kami sepakati sebelumnya. Tapi ada satu hal yang tidak saya perhatikan sedari awal. Apa itu? Pertama; saya sudah mention Boy berkali-kali namun selalu saja pesan yang saya terima: failed. Dan itu berarti Boy tidak akan tau saya sudah sampai di tempat tujuan. Kedua; saya juga tidak punya kontak pribadi Boy. Padahal setelah provider yang saya pakai sembuh kembali, saya tau ternyata Boy sudah mengirimkan nomor handphone-nya via direct message ke akun saya. Alhasil saya mulai meneror Indi. Meminta bantuannya untuk mencari tau kemana saya bisa menghubungi Boy dalam waktu cepat. Kenapa? Karena ketiga; Handphone yang saya pakai sudah kehabisan daya. Untung saja pertolongan Indi datang tepat waktu dan saya bisa menghubungi Boy sebelum benda penghubung yang ada di tangan saya benar-benar mati dan tak berfungsi lagi. Legaaaaa.

my favourite drink. teman seger selagi nunggu kedatangan Boy :)

ini dia view tempat kami ketemu.

Boy datang beberapa menit setelah panggilan yang saya lakukan. Malam itu Boy menggunakan kaos hitam. Dengan tubuh yang tampak sangat lelah, mata merah akibat begadang dan kurang tidur, saya acungkan jempol untuknya yang menepati janji. Setidaknya saya merasa sangat dihargai.

Bahkan tanpa diminta pun, Boy dengan senang hati melipat kertas origami menjadi sebuah hati :)
 
Boy-nya ga suka donut, so semuanya dengan senang hati masuk ke perut saya. Buahahaha :D
Walau baru bertemu dua kali, dengan waktu yang sangat singkat di pertemuan pertama, cerita dari mulut kami mengalir begitu saja. Selayaknya sahabat yang sudah lama tak bertemu, ada ratusan cerita yang menggunung untuk dibagikan. Boy menceritakan tentang pengalaman menulisnya. Ia juga berbagi tentang trik-trik menulis yang baik biar bisa tembus ke penerbit. Dan ternyata #OrigamiHati adalah karya Boy  yang kelima. Menakjubkan. Boy juga memilih Padang sebagai setingan ceritanya karena ia ingin Padang lebih dikenal lagi oleh pembaca. Sebuah pemikiran yang sangat baik menurut saya, mengingat banyak novel yang lebih memilih kota-kota besar sebagai latar cerita. Untuk kegiatan menulisnya yang lebih banyak dihabiskan malam hari (bahkan lebih sering sampai mentari pagi bangun), Boy mengaku lebih senang ditemani musik-musik keras layaknya Underground (yah..semoga kedepannya bisa ditemani seorang bidadari ya Boy).
Jika kebanyakan penulis berpendapat bahwa menulis tanpa membaca akan membuat tulisan kita kering, Boy berpendapat sebaliknya. Ia berkata bahwa, “Lebih baik menulis banyak dengan sekikit membaca daripada membaca banyak tapi jarang menulis”. Bener juga kan ya?  
Memang sih beda penulis, beda gaya, beda pandangan, beda kebutuhan, beda yang lain-lain. Bagi saya bukan masalah jika pada akhirnya mereka mampu melahirkan sebuah karya yang melahirkan decak kagum banyak orang.
Boy juga bercerita banyak tentang buku terbit pertamanya. Berikut fakta-fakta menarik yang membuat saya semakin tertarik dengan #OrigamiHati:

  1.  Boy tidak menggunakan outline dalam menulis #OrigamiHati.
  2.  Boy menyelesaikan #OrigamiHati dalam waktu 37 hari.
  3. Jika menemukan beberapa ke-typo-an dalam buku ini, itu disebabkan oleh proses cetaknya yang terkesan sedikit terburu-buru. Kenapa? Karena editornya hanya punya sedikit waktu untuk kemudian pindah ke penerbit lain. Boy sendiri berharap kesalahan-kesalahan kecil itu akan bisa dihapus di cetakan #OrigamiHati berikutnya. Aamiin. (Semoga sampai cetakan ke sepuluh atau lebih ya Boy).
  4. Ada banyak kisah nyata yang terselip dalam buku fiksi ini. Apa saja? Ssstt..saya tak akan membaginya di laman ini. Kenapa? Karena itu berarti saya akan membongkar rahasia besar Boy Candra. Huahahahaha.
  5. Boy sepertinya sudah punya gambaran untuk melanjutkan versi kedua buku ini (maka saya yakin bidadari-bidadari #OrigamiHati sedang tersenyum senang saat membaca ini).
  6. Dan masih banyak lagi..Kalau masih ada yang penasaran, sila tanya langsung sama orangnya. Nanti laman saya di spam karena dianggap sedang menceritakan rahasia-rahasia hati si pemilik #OrigamiHati. Buahahaha.

Saya juga (akhirnya) curhat ke Boy. Dan speechless banget karena Boy tertarik membukukan kisah sedih di hari Minggu yang saya miliki. Yaaa..pernah memang punya mimpi untuk menceritakannya kembali pada dunia. Bukan untuk menarik simpati, karena itu tak ada gunanya sama sekali. Saya hanya ingin berbagi kisah, pengalaman, pelajaran pada banyak hati, utamanya perempuan. Namun yang saya butuhkan sebetulnya adalah tangan orang lain untuk menyampaikannya. Saya tak mau terbawa emosi yang hanya akan menempatkan saya sebagai orang “terbaik” dalam cerita. Akan senang sekali jika kisah itu bisa disulam oleh seorang penulis hebat seperti Boy. Duh. Kok jadi curhat gini ya? Oke. Kembali ke keyboard.
Berhubung kalau sudah di Padang, saya harus nginap di kos-nya Indi (yang punya jam malam), saya tak bisa berlama-lama walaupun sesungguhnya masih banyak cerita yang harus dieja. Kami memutuskan untuk pulang. Namun rencana berubah total ketika mengetahui bahwa perjalanan kami mengarah pada lokasi yang sama. Berdekatan tepatnya. Dan karena masih terlalu banyak cerita yang belum tersampaikan, kami memutuskan untuk berjalan kaki. Kami mulai melangkah di bawah gerimis yang mulai datang. Walau tak terlalu deras, rintiknya cukup membuat naskah saya yang ada di genggaman Boy basah. Naskah itu kami amankan kembali di dalam tas yang saya bawa. Eits. Kami tidak sedang berjalan di atas trotoar tapi rel kereta api. Haha. Dua orang aneh dalam hawa dingin tapi dilingkupi pembicaraan penuh tawa, disisipi beberapa kisah pahit masa lalu.

Pesan singkat dari Boy: "Tidur adalah mati jangka pendek". 
 
Salah satu "the precious sentences" yang saya temukan di #OrigamiHati
Malam itu saya seperti mendapat dorongan dan semangat lagi untuk meraih mimpi besar saya menjadi seorang penulis. Terimakasih Boy. Dan maaf jika narasi saya hari ini membuat beberapa bidadari cemburu.
Salam!

Senin, September 9

Aleph - Paulo Coelho

Diposting oleh Orestilla di 08.06.00 4 komentar


Oke. Buku pertama yang akan kita bahas adalah Aleph, tarikan pena sang legenda Paulo Coelho. Ada beberapa alasan mengapa saya menjadikan buku ini buku perdana yang akan saya angkat di laman istimewa ini, padahal sudah ada beberapa buku Paulo Coelho yang saya lahap sebelumnya. Ya. Sekali lagi saya jatuh cinta pada kata pertama yang ia gunakan. Masih ingat bagaimana jatuhnya cinta saya pada tarian tangan Hamka? Kali ini Paulo melakukan hal yang sama. Haha. Dan kedepannya, tak ada yang tahu, siapa saja yang akan membius saya dengan cinta seperti ini lagi. Kita tunggu saja.

Aleph. Membaca kata ini sedari awal sudah meninggalkan tanda tanya besar. Apa itu aleph? Bukan hal biasa yang sering melintas di pendengaran kita bukan? Baiklah. Mengutip halaman 93 dari buku ini, aleph sendiri berarti titik dimana segala sesuatu berada di tempat serta waktu yang sama. Sedangkan di halaman 125, dalam istilah tekhnis Aleph berarti “bilangan yang mengandung semua bilangan”. Masih bingung? Sama. Saya juga merasakan hal serupa bahkan sampai tangan saya membolak balik halaman dengan 3 digit angka, saya masih belum menemukan kecocokan jiwa dengan hamparan narasi yang ada tepat di depan mata. Bahkan kalau boleh jujur, saya sempat meninggalkannya untuk kemudian berpaling pada novel lain yang tak berstruktur serumit hantaran Paulo. Namun pada akhirnya, cinta pada pandangan pertama memang terlalu sulit untuk dilupakan. Dan jadilah saya mengakhirinya dengan senyum penuh kemenangan setelah berkutat hampir 8 jam hanya untuk 312 halaman. Haha. 

Paulo memang tak membutuhkan tokoh lain dalam buku ini. Ia tak perlu mengkhayalkan jutaan nama untuk diangkat dan dijadikan tokoh sentral dalam ciptaannya. Paulo sendiri lah yang menjadi tokoh utama dalam Aleph. Sesuatu yang mungkin tak dilakukannya pada bukunya yang lain (ataukah ada? mungkin saya yang belum menemukannya). Aleph sendiri lebih pada cerita perjalanan panjang Paulo dalam pencarian jawaban akan masa lalu yang menghantuinya hingga ke masa kini bahkan mungkin saja mengancam masa depannya. Seperti perjalanan batin yang mengangkat topik reinkarnasi, persinggahan ke masa lalu dan penuntasannya yang penuh polemik. Perjalanan yang ia lakukan selama hampir 2 minggu lamanya dengan menggunakan jalur kereta api Trans-Siberia sejauh 9.288 kilometer, yang menghubungkan ratusan kota besar dan kecil, melintasi 76 persen Rusia dan melewati tujuh zona waktu berbeda. Its so amazing, right?

Keberadaan Tuhan pun tak dilewatkan Paulo dalam setiap cerita yang ia kisahkan. Walaupun saya seorang muslimah, saya merasa tak terganggu sama sekali dengan titik nilai ibadah kekristenan yang ia jabarkan. Sungguh saya belajar banyak darinya. Membuat saya secara pribadi semakin mencintai Allah SWT, Sang Pemilik Semesta.

Oiya, yang tak kalah pentingnya..kebiasaan saya yang suka sekali menandai kalimat-kalimat ampuh di setiap buku yang saya baca, membuat saya memiliki banyak kalimat yang kemudian saya rangkum dan ingin saya bagikan. Karena saya pikir tak akan ada hebatnya bila seluruh cerita Aleph saya tuntaskan disini. Jika masih penasaran, ayo cari bukunya. Hehe. Ini dia petikan-petikan kata yang cukup membuat saya tergugah dan yaaa setidaknya menjadi alasan mengapa saya bisa jatuh cinta berkali-kali pada karyanya Paulo Coelho.

 
Bukan apa yang kaulakukan di masa lalu yang akan mempengaruhi masa sekarang. Apa yang kaulakukan sekaranglah yang akan menebus masa lalu dan mengubah masa depan [page 21 of 312]

Tidak ada kehidupan yang lengkap tanpa sentuhan kegilaan [page 44 of 312]

Satu-satunya hal yang kita capai dengan membalas dendam adalah membuat diri kita sama dengan musuh-musuh kita, sementara dengan memaafkan, kita menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan [page 83 of 312]

Ini yang Paulo sampaikan tentang bagaimana ia menggambarkan cintanya pada sang istri: “kami bagai dua awan dan sekarang kami satu. Kami tadinya dua kubus es batu yang kemudian meleleh karena matahari dan menjadi aliran air yang sama” [page 104 of 312] so sweettt..

Mereka bisa saja hanya bertemu sekali dan mengucapkan selamat tinggal selamanya hanya karena mereka tidak melewati titik nyata yang memicu terjadinya ledakan sesuatu yang membuat mereka bertemu di dunia ini. Jadi mereka berpisah tanpa pernah memahami kenapa mereka bertemu [page 119 of 312]

Cinta adalah satu-satunya hal yang akan menyelamatkan kita, terlepas dari kesalahan apa pun yang akan kita buat. Cinta selalu lebih kuat [page 129 of 312]

Siapa pun yang mengenal Tuhan tidak dapat menggambarkan-Nya. Siapa pun yang dapat menggambarkan Tuhan tidak mengenal-Nya [page 134 of 312]

Kita menderita pada masa lalu, mencintai pada masa lalu, menangis dan tertawa pada masa lalu, namun itu tidak berguna pada masa kini [page 138 of 312]

Butuh usaha keras untuk membebaskan dirimu dari kenangan, namun begitu kau berhasil, kau mulai menyadari bahwa kau mampu mencapai lebih dari yang bisa kau bayangkan [page 140 of 312]

Hanya seseorang yang mampu berkata ‘aku cinta padamu’ yang sanggup berkata ‘aku memaafkanmu’ [page 238 of 312]

Cinta tanpa nama dan tanpa penjelasan, seperti sungai yang tidak bisa menjelaskan kenapa ia mengikuti alur tertentu dan hanya terus mengalir. Cinta yang tidak meminta dan memberikan apa-apa; sungai yang hanya hadir, apa adanya [page 248 of 312]. (red- dan entah karena apa, ketika membaca kalimat ini, yang hadir pertama dalam ingatan saya adalah lantunan ini: “aku mencintaimu dengan sederhana, seperti kayu pada api yang menjadikannya abu. Aku mencintaimu dengan sederhana seperti awan pada angin yang menjadikannya tiada”)

Mungkinkah menjauhi jalan yang telah digariskan Tuhan? Mungkin saja, tapi itu selalu salah. Mungkinkah menghindari rasa sakit? Mungkin saja, tapi kau tidak akan pernah belajar apa-apa. Mungkinkah mengenal sesuatu tanpa pernah mengalaminya? Mungkin saja, namun hal itu tidak akan pernah menjadi bagian darimu [page 276 of 312]

Kadang kau harus berkelana sampai jauh untuk menemukan apa yang sesungguhnya berada didekatmu [page 292 of 312]

Puncaknya adaah sebuah lantunan doa yang dibacakan oleh Hilal (perempuan dua puluh satu tahun yang menjadi cintanya Paulo dikehidupan sebelumnya, perempuan yang dipertemukan Tuhan kembali dengannya karena takdir, menjemput bagian akhir dari cerita masa lalu yang mereka rengkuh melalui Aleph. Doa ini terlihat seperti sebuah puisi yang menyihir saya ketika membacanya. Pilihan kata sederhana dengan makna tersirat yang mengangkasa. Doa (red-bagi saya tetap terlihat seperti puisi) ini ada di halaman 184. Begini bunyinya:

“Aku memaafkan air mata yang harus kutumpahkan,
aku memaafkan rasa sakit dan semua kekecewaan,
aku memaafkan semua pengkhianatan serta kebohongan,
aku memaafkan semua fitnah dan tipu-muslihat,
aku memaafkan kebencian serta penganiayaan,
aku memaafkan pukulan-pukulan yang melukaiku,
aku memaafkan impian-impian yang rusak,
aku memaafkan harapan-harapan yang mati sebelum waktunya,
aku memaafkan permusuhan serta kecemburuan,
aku memaafkan ketidakpedulian dan niat jahat,
aku memaafkan ketidakadilan yang dijalankan atas nama keadilan,
aku memaafkan kemarahan serta kekejaman,
aku memaafkan kelalaian dan sikap menghina,
aku memaafkan dunia dan semua kejahatannya.
Aku memiliki kemampuan mencintai, terlepas dari apakah aku balas dicintai,
kemampuan memberi, bahkan saat aku tidak punya apa-apa,
kemampuan bekerja dengan bahagia, bahkan ditengah kesulitan-kesulitan,
kemampuan mengulurkan tangan, bahkan saat aku benar-benar sendirian dan diabaikan,
kemampuan untuk mengusap air mata, bahkan saat aku menangis,
kemampuan percaya, bahkan saat tidak seorang pun percaya padaku.

So, dari sekian banyak petikan kalimat yang saya sajikan, mana yang kamu suka? Keren kan teman? You must read this book. Recommended..!!!

Selasa, Februari 12

Merry Riana, menguatkan lewat kata

Diposting oleh Orestilla di 14.25.00 0 komentar


Pertama kali aku mengenalnya ada banyak kekuatan yang hadir tanpa rencana. Kata demi kata yang ia rangkai dalam kesederhanaan begitu menggugah, begitu menyentuh dan tentu saja begitu menguatkan.
Merry Riana. Sosok bersahaja yang ku kenal tanpa jabat tangan. Senyum ramah yang selalu dihadiahkan, gelak tawa yang selalu hadir di setiap penampilannya di berbagai media massa membuat tak seorang pun akan berpikir bahwa ia hanyalah seorang perempuan biasa yang lahir melalui ujian hidup luar biasa.
Tak kupungkiri, dialah salah satu motivatorku untuk bergerak maju. Terkadang saat lelah menumpuk dan keputusasaan mengintai hari, ku yakinkan kembali hati dan menantang diri sendiri, “Jika Merry Riana diumur belia saja bisa? Kenapa aku tidak?” dan perlahan semangat itu akan bangkit kembali.
Merry Riana juga lah yang turut memompa mimpiku melanjutkan pendidikan, lagi, lagi dan lagi. Perjuangannya menyelesaikan pendidikan ditengah himpitan ekonomi yang menyesakkan tak menjadi batu halangan yang menjatuhkan, namun menjadi tempat berpijak baginya untuk terlontar ke kehidupan yang jauh lebih baik. Dan itulah salah satu alasanku untuk kembali menimba ilmu di bangku kuliah pascasarjana. Sebuah rute penting yang saat ini belum terselesaikan tapi akan kuperjuangkan hingga akhirnya nanti. Apapun alasannya. Apapun hambatannya.
Dulu..ketika mendengar kabar kedatangannya di provinsi tetangga, hatiku melonjak begitu senangnya. Ingin sekali bertatap mata langsung dengannya. Ingin sekali bisa berjabatan tangan dengan perempuan tangguh seperti dia. Tapi apa lacur. Bentrokan jadwal kuliah membuatku mengurungkan niat tersebut. Kecewa pastinya. Dan yang bisa kulakukan hanya berenang dalam lautan kata yang selalu ia sediakan di media sosialnya. Bagiku itu cukup. Cukup banyak untuk melepaskan dahaga akan sebuah rasa penasaran.
Namun kesabaranku berbuah manis. Kemaren pagi, Sabtu 9 Februari 2013, mimpiku menjadi nyata. Akhirnya setelah menunggu lebih dari satu tahun lamanya, aku bisa berada didekatnya. Dalam radius terkecil yang tak pernah kuduga sebelumnya. Dengan suka cita bahkan dengan mengorbankan kuliah, aku menghadiri seminar internasional langsung dari motivator favoritku. Bangku terdepan adalah targetku hari itu. Sungguh tak ingin kulewatkan waktu penting, yang yaaaa mungkin saja tak akan pernah terulang lagi untuk kali yang kedua. Walau untuk yang satu ini aku selalu berdoa bisa kembali berada ditempat dan diruangan yang sama dengannya. Banyak ilmu yang kuperoleh hari itu. Banyak tawa dan tak sedikit airmati ketika kisahnya kembali menyentuh nurani. Kebahagiaanku berlipat ganda ketika aku diberi kesempatan untuk berjabatan tangan dan bertegur sapa. Tak lagi lewat media sosial seperti biasanya, ini NYATA. Ketika tangannya menjabat tanganku, aku berharap akan ada aliran kekuatan yang berpindah darinya untukku. Aku ingin kuat. Sekuat ia dulu menapak hidup.
Terimakasih Mbak Merry Riana. Kelak, ketika mimpiku menjadi nyata, akan kusematkan nama kecilmu disana. Nama kecil sederhana, sesederhana orang yang memilikinya namun memiliki tempat istimewa dalam perjalanan hidupku.
You’re the best sista. Always.



Semoga Allah masih nyediain stok lelaki pembaharu seperti Mas Alva untuk dijadikan pendamping hidup dunia akhirat. Amiiiinn. Mbak Ria bener, Mas Alva itu anugerah terindah yang dikirimkan Tuhan untuknya.
  


Semoga suatu hari nanti waktu mempertemukan kami kembali.

 
Dan ini dia sahabat tercinta sesama pecinta Merry Riana. Thanks untuk satu hari yang luar biasa kemaren sista. KITA PASTI BISA. Haha  

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea