Di postingan Jung tadi, di kotak terakhir, si komik jung
bertanya, “Demikianlah produk “Power Plant” yang telah saya buat. Ada
pertanyaan?”
Dan saya jawab di laman ini.
“Iya Jung. Banyak malah.”
Dari gambar yang ada terlihat kabel melilit pohon kecil yang
diarahkan pada sebuah stop kontak. Bagaimana itu caranya bekerja Jung? Apa yang
bisa dihasilkan oleh kekuatan tanaman itu?
Iihh..Saya terlalu serius pagi ini. Juuuunngg..ternyata dia
lagi main-main dengan sesuatu yang kok malah awalnya saya anggap serius. Ya
Tuhan..saya pikir Jung betul-betul menemukan solusi untuk bumi kita dengan
kekuatan alam.
Dan pada akhirnya saya malah memikirkan sesuatu yang jauh
dari kebenaran logika. Jauh? Iya kalo sejauh yang saya pikirkan sekarang. Tapi
mana tau ada engineer-engineer pintar yang bisa merealisasikan mimpi ini. Siapa
tau kaaaaan?
Tahun 2050. Ketika bumi telah kehilangan sumber energinya
semisal minyak bumi, gas alam..satu-satunya harapan yang tertinggal adalah
hamparan luas hutan bumi, hutannya Indonesia. Itu pun tidak lagi selengkap dulu
ketika Indonesia masih menghijau dari angkasa sana. Dan hanya Indonesia. Karena
di belahan dunia yang lain, hutan nan asri telah mati. Indonesia bertahan
karena masih banyak yang peduli akan bumi. Cinta pada lingkungan yang
sesungguhnya sedang mati perlahan. Sekelebat muncul isu bahwasanya para
peneliti dan ilmuwan mulai melirik Indonesia (hutannya) untuk dijadikan sebagai
sumber kekuatan bumi. Untuk apa? Banyak hal tentunya. Mereka sedang
mengembangkan sebuah penemuan baru yang membutuhkan banyak pohon dan tanaman. Mereka
akan merongrong tumbuhan-tumbuhan tersebut dari pucuk daun sampai akar yang
hidup di kedalaman tanah. Untuk beberapa saat penemuan mereka berhasil luar
biasa. Entah teknologi apa yang mereka gunakan, kebutuhan akan listrik, air
bersih dan segalanya terpenuhi karena kekuatan pohon. Tapi hanya beberapa tahun
setelah itu, setelah pohon-pohon Indonesia mulai meranggas, mereka kehilangan
sumber kekuatan. Berikutnya manusia dan hewan bergerak perlahan menuju
kematian.
Saya bergidik ngeri. Beberapa hari terakhir karena terbius
oleh narasi Dan Brown dalam Inferno, saya sering membayangkan kematian perlahan
yang akan dialami manusia karena sudah tidak bisa lagi berkolaborasi dengan
alam. Sejujurnya saya takut.
Jung..ayo tanggung jawab!Tulisan ini ditulis dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika Info selanjutnya bisa intip link ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)