Kamis, Oktober 17

#Day17 #30DaysSaveEarth - Akhir Jaman

Diposting oleh Orestilla di 10.20.00


Agak terdengar ekstrim memang judul bacaan untuk keluarga #30DaysSaveEarth hari ini. Kebetulan dalam 2 hari ini saya cukup sering dipertemukan dengan topik “Suhu Bumi”. Berawal dari membaca cerpen Sharfina yang bikin saya agak merinding sebenarnya (silahkan klik link ini), sebuah ulasan di surat kabar yang kemaren sore saya baca bersama papa dan pagi ini, hasil bacaan dan pengamatan saya dari beberapa buah website yang mengupas serta mengulas dengan sangat detail tentang suhu ekstrim bumi beberapa puluh tahun mendatang. Masih lama mungkin ya. Jika hari ini saya berumur 25 tahun, maka mungkin saja kejadiannya akan berlangsung ketika saya sudah mulai menua dimakan waktu. Ah. Tapi tahun-tahun itu pasti akan datang. Dan dengan melihat gaya hidup masyarakat dunia yang semakin meresahkan, bukan tidak mungkin kejadiannya akan berlangsung dalam waktu dekat. 


Bumi tengah berjalan menuju jurang akhir jaman, dimana kota-kota besar seperti New York dan London tak layak huni bagi makhluk hidup dalam 45 tahun, berkat perubahan suhu ekstrim. Hal itu terungkap dalam sebuah studi yang dilakukan oleh akademisi Universitas Hawaii, Amerika Serikat (AS), yang dipublikasikan di Jurnal Alam, Rabu (9/10/2013), waktu setempat. Dalam laporan mereka, disebutkan bahwa Kota New York akan mengalami perubahan suhu ekstrim pada tahun 2047, sementara Los Angeles dan London mengalami hal serupa di tahun 2048 dan 2056. Jika emisi gas rumah kaca yang berbahaya itu berlangsung stabil, maka New York akan menjadi wilayah yang tak layak huni di tahun 2072 dan London pada tahun 2088. Kota-kota AS pertama yang merasakan perubahan iklim ekstrim, beber mereka adalah, Honolulu dan Phoenix, dan diikuti oleh San Diego dan Orlando, di tahun 2046. New York dan Washington akan mengalami hal serupa di tahun 2047, diikuti oleh Los Angeles, Detroit, Houston, Chicago, Seattle, dan Dallas Austin.


Pemimpin studi, Camilo Mora, dikutip Dailymail, Kamis (10/10/2013), mengatakan diantara 265 kota yang akan mengalami perubahan iklim ekstrim terakhir adalah, Anchorage, Alaska yaitu di tahun 2071. Menurutnya ada margin kesalahan sebanyak lima tahun dari perkiraan timnya. Di tahun 2043, 147 kota dari setengah yang diamati, akan mengalami peningkatan suhu panas, di luar catatan sejarah. Namun tim Mora memproyeksikan bahwa episentrum pemanasan global akan berada di daerah tropis.
Jika kondisi emisi karbon seperti saat ini, maka diperkirakan Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang pertama kali mengalami cuaca ekstrem ini. Seperti dirilis oleh Livescience, kota yang akan mengalami kondisi perubahan iklim paling awal di dunia adalah Manokwari di Papua, di mana para ahli memperkirakan kota ini akan mencapai titik terpanasnya di tahun 2020. Kota kedua yang akan mengalami perubahan cuaca paling panas tercepat adalah Jakarta, yang diperkirakan akan mencapai suhu paling panas di tahun 2029. Selebihnya, rata-rata berbagai kota di Asia akan mengalami cuaca paling panas di tahun 2040-an. Seperti yang diperkirakan terjadi dengan Beijing, Cina; Bangkok, Thailand  (2046); Tokyo, Jepang (2041); dan Mumbai, India (2034). “Tahun yang paling dingin di masa depan sama dengan suhu terpanas di bumi 150 tahun silam,” ungkap Camilo Mora.
Prakiraan iklim planet Bumi yang dirilis oleh para ahli ini juga meliputi tingkat keasaman air laut, pola curah hujan yang baru, dan kenaikan permukaan air laut. "Kami berharap analisis ini akan mampu membawa pesan bagi semua orang bahwa perubahan iklim kini tengah berlangsung,” ungkap Abby Frazier, salah satu anggota tim peneliti dari University of Hawaii. Prediksi kenaikan suhu udara ini dilakukan melalui meta-analisis yang dilakukan oleh Mora dan sejumlah rekan penelitinya terhadap 39 contoh iklim yang dibangun oleh para pakar iklim secara independen dari 12 negara di dunia. Meta-analisis adalah sebuah pendekatan statistik, yang biasanya digunakan dalam dunia pengobatan, yang mengumpulkan semua data penelitian dan mempelajari tren yang muncul dari data tersebut. Tim dari University of Hawaii melihat lebih jauh ke suhu permukaan bumi, dan melihat bagaimana satwa, vegetasi dan manusia akan merespons terhadap pola iklim yang baru, seperti kenaikan keasaman air laut, kenaikan permukaan air laut dan perubahan curah hujan. Para peneliti memberikan dua jenis hasil  prediksi: pertama adalah hasil penelitian yang diperoleh jika manusia tidak melakukan tindakan menekan emisi karbon dan membiarkan emisi berjalan seperti saat ini, dan kedua adalah hasil dengan pengurangan emisi karbon.


Kawasan tropis akan mengalami dampak parah akibat dari iklim mereka yang stabil, ungkap para peneliti. Tidak seperti yang terjadi kawasan Arktika, di mana perubahan suhu di musim panas dan musim dingin bisa begitu berbeda, di kawasan tropis satwa dan vegetasi cenderung berada pada suhu yang kurang lebih sama sepanjang tahun.
Wilayah yang akan pertama kali mengalami kenaikan suhu secara ekstrim adalah Manokwari, Indonesia pada tahun 2020 (Bayangkan! Ini akan terjadi dalam waktu 7 tahun setelah tulisan ini saya posting). Jika faktor-faktor yang menyumbang perubahan iklim tidak dihentikan pada saat ini, Manokwari, yang berada di titik Khatulistiwa, akan mengalami perubahan suhu ekstrim pada tahun 2025. Akibat dari kenaikan suhu bumi yang terjadi secara ekstrim maka diperkirakan, bahwa akan terjadi pengungsian besar-besaran dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

indahnya pantai Manokwari. Saat ini.
Dan apa yang akan kita lakukan jika seluruh wilayah di dunia mengalami hal yang sama? Mencari planet lain untuk dihuni? Bahkan sebelum hal itu benar-benar terjadi, mungkin kita sudah akan dibumihanguskan dulu oleh bumi yang sudah sangat marah karena keteledoran kita selama ini. Sumpah. Perasaan saya baca ini bener-bener campur aduk. Antara sedih, menyesal, takut..Tapi mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan mulai dari sekarang. Mungkin sebelum 2020 datang, kita bisa menjalin persahabatan kembali dengan bumi. Sebelum ia benar-benar murka dan membuat kita semua mati. Iya. Disini. Di bumi Indonesia kita sendiri :(
 
CAMILO MORA
Oiya, saya sempat mencari tahu sendiri keberadaan Camilo Mora dan saya temukan laboratorium net nya yang bisa teman-teman kunjungi disini

Semoga apa yang saya coba sampaikan kembali di laman ini bisa menjadi pertimbangan bagi kita semua sebagai generasi muda bangsa untuk sekali lagi berpikir keras demi terselamatkannya bumi kita tercinta. Salam bumi!

Tulisan ini ditulis dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika Info selanjutnya bisa intip link ini.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Kamis, Oktober 17

#Day17 #30DaysSaveEarth - Akhir Jaman

Diposting oleh Orestilla di 10.20.00


Agak terdengar ekstrim memang judul bacaan untuk keluarga #30DaysSaveEarth hari ini. Kebetulan dalam 2 hari ini saya cukup sering dipertemukan dengan topik “Suhu Bumi”. Berawal dari membaca cerpen Sharfina yang bikin saya agak merinding sebenarnya (silahkan klik link ini), sebuah ulasan di surat kabar yang kemaren sore saya baca bersama papa dan pagi ini, hasil bacaan dan pengamatan saya dari beberapa buah website yang mengupas serta mengulas dengan sangat detail tentang suhu ekstrim bumi beberapa puluh tahun mendatang. Masih lama mungkin ya. Jika hari ini saya berumur 25 tahun, maka mungkin saja kejadiannya akan berlangsung ketika saya sudah mulai menua dimakan waktu. Ah. Tapi tahun-tahun itu pasti akan datang. Dan dengan melihat gaya hidup masyarakat dunia yang semakin meresahkan, bukan tidak mungkin kejadiannya akan berlangsung dalam waktu dekat. 


Bumi tengah berjalan menuju jurang akhir jaman, dimana kota-kota besar seperti New York dan London tak layak huni bagi makhluk hidup dalam 45 tahun, berkat perubahan suhu ekstrim. Hal itu terungkap dalam sebuah studi yang dilakukan oleh akademisi Universitas Hawaii, Amerika Serikat (AS), yang dipublikasikan di Jurnal Alam, Rabu (9/10/2013), waktu setempat. Dalam laporan mereka, disebutkan bahwa Kota New York akan mengalami perubahan suhu ekstrim pada tahun 2047, sementara Los Angeles dan London mengalami hal serupa di tahun 2048 dan 2056. Jika emisi gas rumah kaca yang berbahaya itu berlangsung stabil, maka New York akan menjadi wilayah yang tak layak huni di tahun 2072 dan London pada tahun 2088. Kota-kota AS pertama yang merasakan perubahan iklim ekstrim, beber mereka adalah, Honolulu dan Phoenix, dan diikuti oleh San Diego dan Orlando, di tahun 2046. New York dan Washington akan mengalami hal serupa di tahun 2047, diikuti oleh Los Angeles, Detroit, Houston, Chicago, Seattle, dan Dallas Austin.


Pemimpin studi, Camilo Mora, dikutip Dailymail, Kamis (10/10/2013), mengatakan diantara 265 kota yang akan mengalami perubahan iklim ekstrim terakhir adalah, Anchorage, Alaska yaitu di tahun 2071. Menurutnya ada margin kesalahan sebanyak lima tahun dari perkiraan timnya. Di tahun 2043, 147 kota dari setengah yang diamati, akan mengalami peningkatan suhu panas, di luar catatan sejarah. Namun tim Mora memproyeksikan bahwa episentrum pemanasan global akan berada di daerah tropis.
Jika kondisi emisi karbon seperti saat ini, maka diperkirakan Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang pertama kali mengalami cuaca ekstrem ini. Seperti dirilis oleh Livescience, kota yang akan mengalami kondisi perubahan iklim paling awal di dunia adalah Manokwari di Papua, di mana para ahli memperkirakan kota ini akan mencapai titik terpanasnya di tahun 2020. Kota kedua yang akan mengalami perubahan cuaca paling panas tercepat adalah Jakarta, yang diperkirakan akan mencapai suhu paling panas di tahun 2029. Selebihnya, rata-rata berbagai kota di Asia akan mengalami cuaca paling panas di tahun 2040-an. Seperti yang diperkirakan terjadi dengan Beijing, Cina; Bangkok, Thailand  (2046); Tokyo, Jepang (2041); dan Mumbai, India (2034). “Tahun yang paling dingin di masa depan sama dengan suhu terpanas di bumi 150 tahun silam,” ungkap Camilo Mora.
Prakiraan iklim planet Bumi yang dirilis oleh para ahli ini juga meliputi tingkat keasaman air laut, pola curah hujan yang baru, dan kenaikan permukaan air laut. "Kami berharap analisis ini akan mampu membawa pesan bagi semua orang bahwa perubahan iklim kini tengah berlangsung,” ungkap Abby Frazier, salah satu anggota tim peneliti dari University of Hawaii. Prediksi kenaikan suhu udara ini dilakukan melalui meta-analisis yang dilakukan oleh Mora dan sejumlah rekan penelitinya terhadap 39 contoh iklim yang dibangun oleh para pakar iklim secara independen dari 12 negara di dunia. Meta-analisis adalah sebuah pendekatan statistik, yang biasanya digunakan dalam dunia pengobatan, yang mengumpulkan semua data penelitian dan mempelajari tren yang muncul dari data tersebut. Tim dari University of Hawaii melihat lebih jauh ke suhu permukaan bumi, dan melihat bagaimana satwa, vegetasi dan manusia akan merespons terhadap pola iklim yang baru, seperti kenaikan keasaman air laut, kenaikan permukaan air laut dan perubahan curah hujan. Para peneliti memberikan dua jenis hasil  prediksi: pertama adalah hasil penelitian yang diperoleh jika manusia tidak melakukan tindakan menekan emisi karbon dan membiarkan emisi berjalan seperti saat ini, dan kedua adalah hasil dengan pengurangan emisi karbon.


Kawasan tropis akan mengalami dampak parah akibat dari iklim mereka yang stabil, ungkap para peneliti. Tidak seperti yang terjadi kawasan Arktika, di mana perubahan suhu di musim panas dan musim dingin bisa begitu berbeda, di kawasan tropis satwa dan vegetasi cenderung berada pada suhu yang kurang lebih sama sepanjang tahun.
Wilayah yang akan pertama kali mengalami kenaikan suhu secara ekstrim adalah Manokwari, Indonesia pada tahun 2020 (Bayangkan! Ini akan terjadi dalam waktu 7 tahun setelah tulisan ini saya posting). Jika faktor-faktor yang menyumbang perubahan iklim tidak dihentikan pada saat ini, Manokwari, yang berada di titik Khatulistiwa, akan mengalami perubahan suhu ekstrim pada tahun 2025. Akibat dari kenaikan suhu bumi yang terjadi secara ekstrim maka diperkirakan, bahwa akan terjadi pengungsian besar-besaran dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

indahnya pantai Manokwari. Saat ini.
Dan apa yang akan kita lakukan jika seluruh wilayah di dunia mengalami hal yang sama? Mencari planet lain untuk dihuni? Bahkan sebelum hal itu benar-benar terjadi, mungkin kita sudah akan dibumihanguskan dulu oleh bumi yang sudah sangat marah karena keteledoran kita selama ini. Sumpah. Perasaan saya baca ini bener-bener campur aduk. Antara sedih, menyesal, takut..Tapi mungkin ada sesuatu yang bisa kita lakukan mulai dari sekarang. Mungkin sebelum 2020 datang, kita bisa menjalin persahabatan kembali dengan bumi. Sebelum ia benar-benar murka dan membuat kita semua mati. Iya. Disini. Di bumi Indonesia kita sendiri :(
 
CAMILO MORA
Oiya, saya sempat mencari tahu sendiri keberadaan Camilo Mora dan saya temukan laboratorium net nya yang bisa teman-teman kunjungi disini

Semoga apa yang saya coba sampaikan kembali di laman ini bisa menjadi pertimbangan bagi kita semua sebagai generasi muda bangsa untuk sekali lagi berpikir keras demi terselamatkannya bumi kita tercinta. Salam bumi!

Tulisan ini ditulis dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika Info selanjutnya bisa intip link ini.


0 komentar on "#Day17 #30DaysSaveEarth - Akhir Jaman"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea