Aku si tua bangka, bungkuk, tak lama lagi terpuruk
Dahanku yang dulu perkasa kini rapuh dimakan usia
Akarku tak lagi menancap kuat ke kedalaman tanah, makin hari
makin lemah, hingga esok ku pasti menyerah kalah
Aku merintih pilu, rintihan sendu tanpa ada seorang pun yang
mau tau
Kalian lengah, melihatku saja mungkin jengah
Aku rindu dimanjakan tangan-tangan penuh cinta seperti dulu
aku remaja
Pagi ku kala itu selalu diawali senyum sapa lebih dulu
Naungan kerindangan milikku menjadi tempat penghabisan waktu
bersama ibu
Dahan-dahan kokohku begitu kuat mengangkat beban ayunan
kanak-kanak
Aku dicinta, diperlakukan sangat baik tanpa cela
Namun kini aku sendiri
Tak ada lagi tangan penuh cinta, tak ada lagi tawa menggema,
tak kutemukan lagi bahagia
Waktu menenggelamkanku dari pandangan mata
Bahkan tidak untuk sekedar menyapa
Rimbunku tinggal kenangan, ia tak lagi mampu menahan
serangan panas mendera di siang bolong tanpa awan
Nyanyian ibu dulu, kini membisu
Senandungnya tergantikan oleh onggokan sampah kotor tak
bermutu
Aku sakit, aku marah, aku kecewa
Namun pada siapa buncah duka ini akan ku derma?
Kamu yang kini tengah mendengar rintihanku
Tolong..tolonglah tua bangka sepertiku
Jika tidak padaku, mau kah berbaik hati pada cucu-cucu
mudaku di sebelah sana?
Seperti dulu yang pernah menjadi milikku, tolong dekap
mereka dengan cinta
Agar alam bersenandung riang seperti dahulu kala
Dahulu yang sekarang hanya membekaskan laraTulisan ini ditulis dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang diselenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika Info selanjutnya bisa intip link ini.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)