Fakta pertama yang selalu kutemukan setiap pagi begitu
mendarat indah di kantor adalah kegiatan bersih-bersih Pak Herman yang bagai
tiada akhir. Sosok rapuh yang kutaksir usianya sudah jauh melangkahi setengah
abad itu seperti memiliki tenaga super yang tak kenal lelah dan bosan. Kadang
hanya dengan melihatnya saja, semangat kerja yang awalnya kendur bisa naik ke
level tertinggi. Iya. Dia memang hanya seorang lelaki tua kesepian yang tinggal
sendirian di kamar khusus yang disediakan kantor untuk petugas cleaning service. Namun kedekatannya
dengan seluruh penghuni kantor, ilmunya yang banyak walau tak ia dapatkan
melalui bangku pendidikan serta kecintaannya pada bumi, membuat saya
mengidolakannya sejak pertama kami bertemu.
Pak Herman sudah bekerja puluhan tahun di kantor kami,
bahkan jauh sebelum saya sendiri ditugaskan di sini. Kali pertama saya bertemu
dengannya, ia sedang asyik bercengkrama dengan satu pot tanaman. Saat saya
bertanya apa yang sedang ia perbincangkan, Pak Herman menjawab sembari
tersenyum, “Lagi ngasih semangat Neng. Biar bayi saladanya tumbuh subur dan
sehat.” Saya hanya tersenyum simpul waktu itu. Bagaimana mungkin bisa
memberikan semangat pada tanaman kecil seperti itu layaknya berbicara lemah
lembut penuh sopan santun pada manusia?
Waktu kemudian memblokir pandangan dan pemikiran pertama saya
pada sosok Pak Herman yang kalau dipikir kembali malah terlihat bodoh. Terbiasa
menonton kegiatannya setiap hari, saya mulai belajar sedikit demi sedikit
tentang cara merawat tanaman yang baik. Kebetulan saya memiliki pekarangan yang
luas di rumah. Sayangnya sampai saat itu, saya masih membiarkan lahan tersebut
kosong. Selain kesibukan di kantor yang seakan tak pernah habis, saya juga
belum memiliki minat yang tinggi pada kegiatan tanam menanam ini. Maka mulailah
saya menjadikan Pak Herman sebagai guru tanam. Beliau juga dengan senang hati
mau membantu dan menjawab seluruh pertanyaan yang saya ajukan, semaksimal
mungkin.
Pak Herman bilang mencintai tanaman itu seharusnya seperti
mencintai diri kita sendiri. Perlakukan ia seperti makhluk hidup, sama seperti
kita pada manusia yang lain. Saya tiba-tiba ingat kembali dengan percakapannya
dengan bayi salada. Kantor kami juga terlihat sangat asri berkat tangan dingin
Pak Herman. Dibandingkan dengan kantor-kantor yang lain, kantor kami lebih
terlihat hijau dan asri. Sungguh enak dipandang mata. Di bagian depan kantor
tampak puluhan pot berisi bunga bermacam-macam jenis yang jika sedang musimnya
berbunga akan menyulap kantor kami menjadi lautan bunga warna-warni. Setiap
tamu yang datang selalu berdecak kagum karenanya. Sedangkan bagian samping
kantor yang memiliki lahan lebih luas, ditanami sayuran dan apotek hidup.
Seluruhnya dikerjakan sendiri oleh Pak Herman. “Mungkin karena saya nggak ada
yang menemani ya Neng. Jadi kalau sudah ada diantara tanaman-tanaman ini, saya
merasa ada ditengah keluarga.” jawabnya suatu hari ketika saya bertanya padanya
mengapa ia begitu mencintai tanamannya.
Pak Herman juga punya tips khusus bagi mereka yang tidak
punya lahan untuk menanam. Apalagi teman-teman yang tinggal di apartemen.
Beliau mengajarkan kami menanam dengan menggunakan plastik polybag. Plastik segi empat ini memiliki ukuran beragam. Polybag berwarna hitam akan melindungi akar
dari sinar matahari agar akar tidak kering dan mati. Sedangkan polybag transparan akan memudahkan kita
untuk mengecek akar pada tanaman stek pucuk atau batang yang masih baru. Namun
setelah akarnya tumbuh, tanaman dipindahkan kembali ke polybag hitam. Penggunaan polybag
memberikan kita kemudahan dalam merawat tanaman, memindahkan tanaman ke lahan
yang lebih luas jika polybag
digunakan untuk menyemai bibit dan menghemat lahan. Contoh tanaman yang bisa
ditanam di polybag adalah cabe,
bayam, kentang dan salada. Hal ini menjadi bukti bahwa minat saja kadang tidak
menjadi jaminan untuk melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat seperti yang
diajarkan Pak Herman. Untuk menanam, kita tak cukup hanya dengan bermodalkan
niat, tetapi juga harus memiliki lahan. Setidaknya tempat seperti plastik polybag yang bisa dimanfaatkan sebagai
media tanam.
tanaman tumbuh subur di dalam polybag |
ini polybag hitam dalam berbagai ukuran |
Selain menanam, Pak Herman juga memiliki kepedulian yang
tinggi tentang sampah. Ia sengaja membuat bak sampah warna-warni untuk
memudahkan kami membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah organik yang
bisa membusuk akan ia manfaatkan sebagai kompos tanaman. Sedangkan sampah
anorganik seperti plastik, beling dan besi akan ia kumpulkan menjadi satu ke
dalam sebuah wadah yang nantinya akan diserahkan kepada Dinas Kebersihan dan
Tata Ruang yang setiap hari berpatroli di wilayah kami. Patroli Dinas
Kebersihan ini dalam bentuk mobilisasi truk sampah yang menjangkau seluruh
wilayah.
kreativitas terkadang mampu menumbuhkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya |
Kepedulian dan kecintaan Pak Herman pada bumi dan lingkungan
mengajarkan saya satu hal penting, bahwa untuk memperlihatkan sumbangsih kita
pada bumi, tak perlu pendidikan tinggi jika itu tidak didasari oleh niat yang
tulus. Niat inilah yang saya lihat dari seorang lelaki tua seperti Pak Herman.
Terimakasih Bapak. Terimakasih telah menjadi guru terbaik untuk saya.
2 komentar:
Semoga banyak orang yang meniru pak Herman. Semoga menang, ya :D
Aamiin. Makasi Rian :))
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)