Sabtu, Oktober 5

#Day5 #30DaysSaveEarth - Cinta Si Lelaki Tua

Diposting oleh Orestilla di 09.04.00


Fakta pertama yang selalu kutemukan setiap pagi begitu mendarat indah di kantor adalah kegiatan bersih-bersih Pak Herman yang bagai tiada akhir. Sosok rapuh yang kutaksir usianya sudah jauh melangkahi setengah abad itu seperti memiliki tenaga super yang tak kenal lelah dan bosan. Kadang hanya dengan melihatnya saja, semangat kerja yang awalnya kendur bisa naik ke level tertinggi. Iya. Dia memang hanya seorang lelaki tua kesepian yang tinggal sendirian di kamar khusus yang disediakan kantor untuk petugas cleaning service. Namun kedekatannya dengan seluruh penghuni kantor, ilmunya yang banyak walau tak ia dapatkan melalui bangku pendidikan serta kecintaannya pada bumi, membuat saya mengidolakannya sejak pertama kami bertemu.
Pak Herman sudah bekerja puluhan tahun di kantor kami, bahkan jauh sebelum saya sendiri ditugaskan di sini. Kali pertama saya bertemu dengannya, ia sedang asyik bercengkrama dengan satu pot tanaman. Saat saya bertanya apa yang sedang ia perbincangkan, Pak Herman menjawab sembari tersenyum, “Lagi ngasih semangat Neng. Biar bayi saladanya tumbuh subur dan sehat.” Saya hanya tersenyum simpul waktu itu. Bagaimana mungkin bisa memberikan semangat pada tanaman kecil seperti itu layaknya berbicara lemah lembut penuh sopan santun pada manusia?
Waktu kemudian memblokir pandangan dan pemikiran pertama saya pada sosok Pak Herman yang kalau dipikir kembali malah terlihat bodoh. Terbiasa menonton kegiatannya setiap hari, saya mulai belajar sedikit demi sedikit tentang cara merawat tanaman yang baik. Kebetulan saya memiliki pekarangan yang luas di rumah. Sayangnya sampai saat itu, saya masih membiarkan lahan tersebut kosong. Selain kesibukan di kantor yang seakan tak pernah habis, saya juga belum memiliki minat yang tinggi pada kegiatan tanam menanam ini. Maka mulailah saya menjadikan Pak Herman sebagai guru tanam. Beliau juga dengan senang hati mau membantu dan menjawab seluruh pertanyaan yang saya ajukan, semaksimal mungkin.
Pak Herman bilang mencintai tanaman itu seharusnya seperti mencintai diri kita sendiri. Perlakukan ia seperti makhluk hidup, sama seperti kita pada manusia yang lain. Saya tiba-tiba ingat kembali dengan percakapannya dengan bayi salada. Kantor kami juga terlihat sangat asri berkat tangan dingin Pak Herman. Dibandingkan dengan kantor-kantor yang lain, kantor kami lebih terlihat hijau dan asri. Sungguh enak dipandang mata. Di bagian depan kantor tampak puluhan pot berisi bunga bermacam-macam jenis yang jika sedang musimnya berbunga akan menyulap kantor kami menjadi lautan bunga warna-warni. Setiap tamu yang datang selalu berdecak kagum karenanya. Sedangkan bagian samping kantor yang memiliki lahan lebih luas, ditanami sayuran dan apotek hidup. Seluruhnya dikerjakan sendiri oleh Pak Herman. “Mungkin karena saya nggak ada yang menemani ya Neng. Jadi kalau sudah ada diantara tanaman-tanaman ini, saya merasa ada ditengah keluarga.” jawabnya suatu hari ketika saya bertanya padanya mengapa ia begitu mencintai tanamannya.
Pak Herman juga punya tips khusus bagi mereka yang tidak punya lahan untuk menanam. Apalagi teman-teman yang tinggal di apartemen. Beliau mengajarkan kami menanam dengan menggunakan plastik polybag. Plastik segi empat ini memiliki ukuran beragam. Polybag berwarna hitam akan melindungi akar dari sinar matahari agar akar tidak kering dan mati. Sedangkan polybag transparan akan memudahkan kita untuk mengecek akar pada tanaman stek pucuk atau batang yang masih baru. Namun setelah akarnya tumbuh, tanaman dipindahkan kembali ke polybag hitam. Penggunaan polybag memberikan kita kemudahan dalam merawat tanaman, memindahkan tanaman ke lahan yang lebih luas jika polybag digunakan untuk menyemai bibit dan menghemat lahan. Contoh tanaman yang bisa ditanam di polybag adalah cabe, bayam, kentang dan salada. Hal ini menjadi bukti bahwa minat saja kadang tidak menjadi jaminan untuk melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat seperti yang diajarkan Pak Herman. Untuk menanam, kita tak cukup hanya dengan bermodalkan niat, tetapi juga harus memiliki lahan. Setidaknya tempat seperti plastik polybag yang bisa dimanfaatkan sebagai media tanam.

tanaman tumbuh subur di dalam polybag

ini polybag hitam dalam berbagai ukuran
 
tanaman cabe dalam media tanam polybag
Selain menanam, Pak Herman juga memiliki kepedulian yang tinggi tentang sampah. Ia sengaja membuat bak sampah warna-warni untuk memudahkan kami membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah organik yang bisa membusuk akan ia manfaatkan sebagai kompos tanaman. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, beling dan besi akan ia kumpulkan menjadi satu ke dalam sebuah wadah yang nantinya akan diserahkan kepada Dinas Kebersihan dan Tata Ruang yang setiap hari berpatroli di wilayah kami. Patroli Dinas Kebersihan ini dalam bentuk mobilisasi truk sampah yang menjangkau seluruh wilayah.

kreativitas terkadang mampu menumbuhkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya
Kepedulian dan kecintaan Pak Herman pada bumi dan lingkungan mengajarkan saya satu hal penting, bahwa untuk memperlihatkan sumbangsih kita pada bumi, tak perlu pendidikan tinggi jika itu tidak didasari oleh niat yang tulus. Niat inilah yang saya lihat dari seorang lelaki tua seperti Pak Herman. Terimakasih Bapak. Terimakasih telah menjadi guru terbaik untuk saya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Semoga banyak orang yang meniru pak Herman. Semoga menang, ya :D

Orestilla mengatakan...

Aamiin. Makasi Rian :))

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Sabtu, Oktober 5

#Day5 #30DaysSaveEarth - Cinta Si Lelaki Tua

Diposting oleh Orestilla di 09.04.00


Fakta pertama yang selalu kutemukan setiap pagi begitu mendarat indah di kantor adalah kegiatan bersih-bersih Pak Herman yang bagai tiada akhir. Sosok rapuh yang kutaksir usianya sudah jauh melangkahi setengah abad itu seperti memiliki tenaga super yang tak kenal lelah dan bosan. Kadang hanya dengan melihatnya saja, semangat kerja yang awalnya kendur bisa naik ke level tertinggi. Iya. Dia memang hanya seorang lelaki tua kesepian yang tinggal sendirian di kamar khusus yang disediakan kantor untuk petugas cleaning service. Namun kedekatannya dengan seluruh penghuni kantor, ilmunya yang banyak walau tak ia dapatkan melalui bangku pendidikan serta kecintaannya pada bumi, membuat saya mengidolakannya sejak pertama kami bertemu.
Pak Herman sudah bekerja puluhan tahun di kantor kami, bahkan jauh sebelum saya sendiri ditugaskan di sini. Kali pertama saya bertemu dengannya, ia sedang asyik bercengkrama dengan satu pot tanaman. Saat saya bertanya apa yang sedang ia perbincangkan, Pak Herman menjawab sembari tersenyum, “Lagi ngasih semangat Neng. Biar bayi saladanya tumbuh subur dan sehat.” Saya hanya tersenyum simpul waktu itu. Bagaimana mungkin bisa memberikan semangat pada tanaman kecil seperti itu layaknya berbicara lemah lembut penuh sopan santun pada manusia?
Waktu kemudian memblokir pandangan dan pemikiran pertama saya pada sosok Pak Herman yang kalau dipikir kembali malah terlihat bodoh. Terbiasa menonton kegiatannya setiap hari, saya mulai belajar sedikit demi sedikit tentang cara merawat tanaman yang baik. Kebetulan saya memiliki pekarangan yang luas di rumah. Sayangnya sampai saat itu, saya masih membiarkan lahan tersebut kosong. Selain kesibukan di kantor yang seakan tak pernah habis, saya juga belum memiliki minat yang tinggi pada kegiatan tanam menanam ini. Maka mulailah saya menjadikan Pak Herman sebagai guru tanam. Beliau juga dengan senang hati mau membantu dan menjawab seluruh pertanyaan yang saya ajukan, semaksimal mungkin.
Pak Herman bilang mencintai tanaman itu seharusnya seperti mencintai diri kita sendiri. Perlakukan ia seperti makhluk hidup, sama seperti kita pada manusia yang lain. Saya tiba-tiba ingat kembali dengan percakapannya dengan bayi salada. Kantor kami juga terlihat sangat asri berkat tangan dingin Pak Herman. Dibandingkan dengan kantor-kantor yang lain, kantor kami lebih terlihat hijau dan asri. Sungguh enak dipandang mata. Di bagian depan kantor tampak puluhan pot berisi bunga bermacam-macam jenis yang jika sedang musimnya berbunga akan menyulap kantor kami menjadi lautan bunga warna-warni. Setiap tamu yang datang selalu berdecak kagum karenanya. Sedangkan bagian samping kantor yang memiliki lahan lebih luas, ditanami sayuran dan apotek hidup. Seluruhnya dikerjakan sendiri oleh Pak Herman. “Mungkin karena saya nggak ada yang menemani ya Neng. Jadi kalau sudah ada diantara tanaman-tanaman ini, saya merasa ada ditengah keluarga.” jawabnya suatu hari ketika saya bertanya padanya mengapa ia begitu mencintai tanamannya.
Pak Herman juga punya tips khusus bagi mereka yang tidak punya lahan untuk menanam. Apalagi teman-teman yang tinggal di apartemen. Beliau mengajarkan kami menanam dengan menggunakan plastik polybag. Plastik segi empat ini memiliki ukuran beragam. Polybag berwarna hitam akan melindungi akar dari sinar matahari agar akar tidak kering dan mati. Sedangkan polybag transparan akan memudahkan kita untuk mengecek akar pada tanaman stek pucuk atau batang yang masih baru. Namun setelah akarnya tumbuh, tanaman dipindahkan kembali ke polybag hitam. Penggunaan polybag memberikan kita kemudahan dalam merawat tanaman, memindahkan tanaman ke lahan yang lebih luas jika polybag digunakan untuk menyemai bibit dan menghemat lahan. Contoh tanaman yang bisa ditanam di polybag adalah cabe, bayam, kentang dan salada. Hal ini menjadi bukti bahwa minat saja kadang tidak menjadi jaminan untuk melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat seperti yang diajarkan Pak Herman. Untuk menanam, kita tak cukup hanya dengan bermodalkan niat, tetapi juga harus memiliki lahan. Setidaknya tempat seperti plastik polybag yang bisa dimanfaatkan sebagai media tanam.

tanaman tumbuh subur di dalam polybag

ini polybag hitam dalam berbagai ukuran
 
tanaman cabe dalam media tanam polybag
Selain menanam, Pak Herman juga memiliki kepedulian yang tinggi tentang sampah. Ia sengaja membuat bak sampah warna-warni untuk memudahkan kami membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Sampah organik yang bisa membusuk akan ia manfaatkan sebagai kompos tanaman. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik, beling dan besi akan ia kumpulkan menjadi satu ke dalam sebuah wadah yang nantinya akan diserahkan kepada Dinas Kebersihan dan Tata Ruang yang setiap hari berpatroli di wilayah kami. Patroli Dinas Kebersihan ini dalam bentuk mobilisasi truk sampah yang menjangkau seluruh wilayah.

kreativitas terkadang mampu menumbuhkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya
Kepedulian dan kecintaan Pak Herman pada bumi dan lingkungan mengajarkan saya satu hal penting, bahwa untuk memperlihatkan sumbangsih kita pada bumi, tak perlu pendidikan tinggi jika itu tidak didasari oleh niat yang tulus. Niat inilah yang saya lihat dari seorang lelaki tua seperti Pak Herman. Terimakasih Bapak. Terimakasih telah menjadi guru terbaik untuk saya.

2 komentar on "#Day5 #30DaysSaveEarth - Cinta Si Lelaki Tua"

Unknown on 6 Oktober 2013 pukul 05.15 mengatakan...

Semoga banyak orang yang meniru pak Herman. Semoga menang, ya :D

Orestilla on 7 Oktober 2013 pukul 08.11 mengatakan...

Aamiin. Makasi Rian :))

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea