Senin, Desember 30

The Song Reader

Diposting oleh Orestilla di 08.37.00 1 komentar


The song reader. Pembaca lagu. Jangan bayangkan tokoh utamanya adalah seorang gadis cantik yang mendedikasikan hidupnya untuk larut dalam kedamaian nada, penyanyi mungkin atau seorang musisi? Tidak. Tebakan anda salah. 


The song reader malah berhubungan dengan kelebihan seorang manusia yang bisa kita kategorikan dalam istimewanya “indera keenam”. Sixth sense. Ketika yang lain bicara tentang kartu tarot, pembaca garis tangan, cenayang, indigo..Lisa Tucker membawa kita pada sebuah keistimewaan lain yang dimiliki oleh seorang wanita bernama Mary Beth. Beth yang berdomisili di Tainer, Missouri membuat kagum seantaro kota dengan kemampuannya membaca pribadi dan menyumbangkan penyelesaian dari masalah-masalah yang dihadapi seseorang hanya dengan membaca lagu. Tentunya lagu yang lebih sering teringang oleh yang bersangkutan. Lagu yang hanya diketahui oleh orang yang ingin “dibaca” oleh Beth.
Semua orang mempercayakan seluruh permasalahan mereka pada Beth. Apakah itu perihal pekerjaan di kantor, pergulatan batin pasangan dalam sebuah rumah tangga, percintaan remaja, masalah apa saja. Hebatnya, Beth mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ditemani adik perempuannya yang bernama Leean (buku ini berkisah dari sudut pandang Leean), Beth bahkan sudah menjadikan kelebihannya sebagai wadah untuk meraup lembaran-lembaran uang.
Namun tak segalanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pun demikian halnya dengan Mary Beth. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan kliennya, Beth terjerumus dalam sebuah permasalahan yang melibatkan perannya dalam membaca lagu. Adapun klien yang bernama Holly Kramer berusaha menghabisi nyawanya di malam yang sama ketika ia selesai berdialog dengan Beth. Peristiwa yang membuat semua orang memalingkan muka padanya, menuduhnya sebagai pelaku utama dibalik kelakuan Holly tersebut.
Beth tertekan. Ia merasa dipojokkan. Kekurangannya yang tak bisa mengendalikan diri, membuat Beth berubah menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang. Tak ada lagi kata-kata bijaksana dan menenangkan yang lahir dari pemahamannya. Ia hidup bagaikan sebongkah batu yang tak lagi berguna. Bahkan untuk Leean dan Tommy (anak angkatnya). Jangankan mengantar Tommy ke sekolah (rutinitas Beth setiap hari), untuk bangun dari tempat tidurnya pun Beth tak lagi kuasa. Pandangannya kosong. Ia tak lagi mau berbicara.
Leean yang merasa bingung dengan perubahan kakaknya mencoba mencari tahu keberadaan ayah mereka yang telah menghilang selama hampir 10 tahun (ibu mereka meninggal dalam kecelakaan lalu lintas). Leean berharap Beth bisa kembali seperti semula jika bisa bertemu dengan ayahnya. Namun ketika berhasil membawa sang ayah ke rumah mereka, Beth malah berteriak histeris. Sementara sang ayah juga menampakkan perilaku yang hampir sama dengan Beth. Lelaki tua tersebut tampak kurang bisa berkonsentrasi, selalu ketakutan sehingga harus mempermainkan benda apa saja yang ada didekatnya. Leean yang hampir frustasi dengan keadaan tersebut (belum lagi si kecil Tommy yang semakin uring-uringan), bahkan hampir saja menyimpulkan sesuatu yang sangat sulit diterima oleh akal sehatnya, “Benarkah Beth gila dan itu diturunkan oleh ayah yang juga gila?”
Disinilah rahasia demi rahasia dalam kisah ini terkuak. Kita akan menemukan banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggema sedari awal kita membuka buku ini.

Apa alasan sang ayah ketika meninggalkan mereka yang masih sangat kecil?
Mengapa Beth tidak pernah mencoba untuk menemukan ayahnya?
Apa yang menyebabkan Leean tidak merasa dicintai oleh sang ibu?

Dan banyak pertanyaan lainnya yang membuat kita tak ingin meninggalkan buku ini untuk sekejab saja. Saya sendiri berhasil mengeksekusi The song reader hanya dalam waktu 6 jam. Lisa Tucker bercerita dengan ringan. Ada sedikit rasa bosan di awal cerita. Namun “rasa” tersebut mulai menghilang setelah seperempat halaman selesai dibaca.
Saya sengaja menggantung review buku yang saya tulis, tidak menyelesaikan ceritanya hingga akhir karena saya ingin teman-teman berminat untuk membaca buku-buku tersebut. Bukankah terkadang seseorang berniat karena adanya rasa penasaran? Bisa jadi hal tersebut berlaku sama untuk kebiasaan membaca kita yang mulai memudar. Saya berharap setelah mengunjungi laman ini, teman-teman akan mengunjungi perpustakaan atau tokbuk dan mulai melahap satu demi satu dari mereka. Semoga.
Setiap buku yang saya baca tidak pernah sekalipun membuat saya kecewa. Sejelek apapun buku tersebut menurut “pembacaan” orang lain, tetap saja ada nilai positif yang bisa diambil hikmahnya. Oleh karena itu saya selalu menyediakan halaman khusus untuk setiap “the precious sentences” yang saya temukan. Dan untuk The song reader, nilai tersebut ada pada kalimat berikut:

Lelaki haruslah lebih menyenangkan dari sekedar memberi uang bulanan dan bersenang-senang di malam minggu. Harus ada pertalian jiwa, ikatan hati yang tak terpatahkan dan tak bisa disalahartikan sebagai harapan. Jika kau menemukan hal itu, percayalah, kau akan mengetahuinya [page 39 of 414]
Tipikal lelaki, hanya bersikap manis jika mereka membutuhkanmu. Tidak memiliki kemampuan untuk benar-benar peduli padamu. Selalu siap sedia untuk meninggalkanmu tanpa memberikan peringatan, bahkan tanpa mengatakan selamat tinggal [page 70 of 414]

Untuk rekomendasi yang saya tilik dari beberapa aspek (lima bintang ***** untuk kesempurnaan), saya beri tiga bintang *** untuk The song reader.
Salam hangat dan selamat membaca.




Jumat, Desember 27

Pukat - Amelia

Diposting oleh Orestilla di 12.37.00 0 komentar


Buku yang saya inginkan untuk dibaca oleh anak-anak saya kelak, salah satunya adalah serial anak-anak mamak yang lahir sebagai sebuah karya mengagumkan dari seorang Tere Liye. Setelah sebelumnya membahas dua seri bukunya disini, hari ini saya akan kembali mencoba membeberkan rahasia kehidupan yang tersurat dan tersirat dalam dua seri lainnya, Pukat dan Amelia.


ini cover buku Pukat dan Amelia
Anak muda Indonesia harusnya menyisihkan waktu untuk membaca buku-buku ini. Mengapa? Karena saya saja yang sudah berumur seperempat abad, bersyukur bisa dipertemukan dengan mereka. Darinya sungguh, saya belajar banyak hal akan makna hidup.
Jika buku-buku lain membicarakan kehebatan teknologi masa kini, kemewahan dalam sangkar emas kehidupan perkotaan, heboh dan meledaknya romantisme percintaan muda-mudi, maka serial ini bercerita sebaliknya.
Sama seperti dua buku terdahulu, Pukat dan Amelia masih berkicau tentang kehidupan anak-anak di daerah pedalaman rimba Sumatera. Perjuangan dan kebahagiaan masa kecil yang mereka lalui dalam segala keterbatasan dan kekurangan. Konflik yang diketengahkan juga menggelitik hati dan pikiran. Bagaimana mungkin tokoh cilik berusia belasan tahun mampu menarik kita dalam sebuah kisah berisi penuh panutan? Bahkan tak sedikit dari kisah tersebut yang membuat mata kita akan berkaca-kaca nantinya.
Saya mulai dari cerita tentang anak kedua dalam keluarga Bapak Syahdan dan Mamak Nurmas, Pukat. Ia dikenal sebagai anak yang jenius. Mampu menjawab apapun jenis pertanyaan yang dilontarkan, entah itu masuk akal ataupun tidak. Pukat tumbuh menjadi anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi, yang pada akhirnya mengantarkannya pada pencapaian mimpi masa depan. Ketegasan mamak dan kebijaksanaan bapak, membuat Pukat berhasil menghalau seluruh hambatan yang dengan cukup detail diceritakan dalam buku ini. Beberapa poin penting yang berhasil saya rangkum dalam buku ini, sengaja (sekali lagi) saya tandai agar bisa saya bagikan dengan teman-teman semua.

Kalian tidak akan pernah menjadi penulis yang hebat dengan hanya tahu caranya menulis, tahu teori-teorinya, tapi kalian tidak pernah melakukannya [page 48 of 345]
Tidak ada yang paling menyedihkan di dunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri dan martabat [page 158 of 345]
Orang-orang yang bersungguh-sungguh jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana, tetap terlihat biasa-biasa saja, maka dia sejatinya telah menggenggam seluruh kebahagiaan dunia [page 164 of 345]
Kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan seorang perempuan lebih penting dibandingkan perangai yang baik? Karena di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta [page 178 of 345]
Menunggu itu berarti sabar. Berharap itu berarti doa [page 314 of 345]

Sedangkan Amelia, berbicara tentang sisi kehidupan dari kacamata seorang gadis kecil, bungsu dari empat bersaudara. Sebuah urutan terakhir yang pada awal cerita membuatnya merasa menjadi anak yang sama sekali tidak beruntung karena bisa ditekan oleh kakak-kakaknya. Status yang membuatnya ngeri ketika harus memikirkan tradisi kampung yang mencapnya sebagai generasi “penunggu rumah”. Amelia yang dipercaya oleh bapaknya sebagai anak yang kuat, paling kuat. Bukan dari fisik, namun caranya memahami hidup dengan sebaik-baiknya. Amelia yang berhasil menyadarkan banyak orang bahwasanya perubahan tidak harus menunggu lahir dari seorang tetua yang disegani, dari seorang yang berpendidikan tinggi, dari seorang yang berjabatan disana-sini. Perubahan sejatinya muncul dari pemahaman yang baik akan arti hidup yang sesunggunya. Dan untukmu, ini dia the precious sentences dari buku Amelia.

Belenggu kemiskinan tetap menjerat erat akibat dari ketidaktauan, akibat dangkalnya pendidikan [page 83 of 391]
Jangan ragu-ragu, langit adalah batasnya. Siapa pun bisa menggapai mimpinya jika bersungguh-sungguh [page 106 of 391]
Dalam sebuah proses perubahan, selalu bagian terpentingnya adalah memulai perubahan tersebut [[page 383 of 391]

Membaca Pukat dan Amelia laksana bercermin pada hidup yang tengah kita jalani. Alur ceritanya mengalir, permasalahan yang ditampilkan sangat dekat dengan masalah-masalah kita keseharian. Dengan pemaparan sederhana yang sangat mudah dicerna, karya-karya ini cocok sekali dibaca untuk menemani akhir pekan kita. Jangan bayangkan narasi penuh istilah-istilah yang membuat kening kita berkerut, tidak sama sekali. Pukat dan Amelia (serta dua seri lainnya) diciptakan untuk membuat kita dapat menikmati sebuah bacaan dengan bersantai, mungkin menyesap secangkir teh hangat, tanpa kehilangan makna dan pesan yang tersembunyi didalamnya.
Bacalah.
Salam!


Selasa, Desember 24

99 Cahaya di Langit Eropa

Diposting oleh Orestilla di 08.15.00 0 komentar


Salah satu motivasi saya untuk menuntaskan buku ini, karena karya besar Hanum akhirnya diangkat ke layar lebar dan hebatnya, langsung take di bumi Eropa. Menakjubkan. Walau saya sendiri belum ada kesempatan untuk menonton. Namun sebagai salah seorang pemuja fashion Dian Pelangi (yang ikut ambil bagian dalam film ini), saya selalu mengikuti tahap demi tahap pembuatan film ini dengan cara kepoin sosial media mereka semua. Hahahaha.
Jika hanya diberi kesempatan untuk menyebutkan satu kata saja tentang buku ini, maka saya memilih kata “ilmu”. Mengapa? Karena setelah menyelesaikan 392 halamannya, saya menemukan begitu banyak ilmu tentang peradaban Islam di Eropa pada masa lampau. Peradaban yang mampu membuat orang-orang Eropa sana berdecak kagum dan menaruh minat serta hormat luar biasa. Sebuah penggambaran yang bertolak belakang dengan kenyataan yang kita temui saat ini.
Saya sengaja menandai beberapa halaman yang sempat membuat saya berlinang airmata. Ah. Membacanya saja sudah membuat saya begitu terharu. Bagaimana Hanum tidak menangis sesenggukan hingga bersujud dihadapan sisa-sisa peninggalan kebesaran peradaban Islam di tanah Eropa sana? Hanum. Sungguh beruntungnya dirimu. Menikmati mistisnya cinta pada sebuah agama yang sudah kita kenal sedari kecil.


Ada sebuah penggalan kalimat yang beberapa kali diulang dalam buku ini. “Agen muslim yang baik.” Untuk menundukkan penganut agama lain dalam perihal menghargai agama yang kita anut, menurut Hanum dan Fatma (sahabat muslimah yang Hanum temui di kelas bahasa Jerman), tidak harus melalui pedang dan peperangan, namun lebih pada sikap yang mampu meyakinkan semua pihak akan keagungan dalam kesederhanaan moral yang kita punya. Sebuah langkah sederhana yang bisa menancapkan pengaruh luar biasa bagi orang lain.
Pemaparan Hanum yang detail dengan bahasa yang mudah dimengerti, mengingatkan saya akan penulis besar Dan Brown. Belum lagi tempat-tempat yang Hanum bahas juga sama dengan yang disuguhkan oleh Dan Brown dalam buku-buku fenomenalnya. Dan dalam buku ini, Hanum juga menghadirkan rangkaian narasi terkenal yang dimiliki oleh salah satu penulis favorit saya yang lain, Paulo Coelho dalam bukunya The Alchemist. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apapun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal. Hanum di akhir cerita menyadari, bahwa Mekkah dengan Kakbahnya yang luar biasa adalah titik awalnya untuk kembali pulang dalam rangkaian perjalanan spiritual tersebut.
Bicara ilmu, saya akan memaparkan poin-poin yang saya anggap penting. Pengetahuan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah mampir dalam perkiraan saya. Informasi yang membuat saya berulang kali tercengang dan menggelengkan kepala. Ini dia:
Bukit Kahlenberg yang ada di Wina, Austria dalam bahasa Jerman (kahl = telanjang, berg = pegunungan) diartikan sebagai sebuah tempat yang dapat kita gunakan untuk menelanjangi keindahan Wina.
Di istana Schoenbrunn, ikon Wina, terdapat lukisan Maria Theresa (Ratu Austria kenamaan) bersama 13 anaknya. Salah satunya adalah Marie Antoinette, yang akhirnya dipersunting oleh putra mahkota Inggris. Sampai disini teman-teman pasti tahu bagaimana ceritanya. Hehe. Tahu roti croissant Prancis yang terkenal itu? Sesungguhnya roti itu adalah roti yang selalu disuguhkan Marie Antoinette setelah menikah. Roti croissant itu kepunyaan Wina pada awalnya.
Malaikat Mikail yang ditugaskan Allah untuk menyebar rezki, dalam tradisi Kristen dikenal sebagai malaikat perang (malaikat pelindung), sedangkan di Yahudi, Mikail berarti “dia yang menyerupai Tuhan”.
Filsuf besar Eropa bernama Voltaire, seseorang yang membuat fragmen drama kontroversial berjudul “Le fanatisme, ou Mahomet le Prophete” - fanatisme atau Muhammad Sang Nabi. Drama ini menggambarkan karakter Nabi secara negatif. Sebuah karya seni yang akhirnya menjadi kontroversial.
Pada lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus yang ada di Museum Louvre tepatnya di Paintings Department memperlihatkan bahwa dalam “hijab” yang ia pakai dikepalanya (kerudung yang dimainkan bayi Yesus dengan tangan-tangan mungilnya), terlihat sebaris kalimat dalam bahasa Arab yang bila diperhatikan dengan lebih seksama tampak tertulis seperti “Laa Ilaa ja Illallah”. Hal yang sama juga ditemukan dalam pakaian-pakaian kebesaran pemimpin Eropa pada masa itu. Setelah saya baca halaman berikutnya, saya mengetahui bahwa mungkin saja para pelukis, pemahat, penjahit tersebut tidak mengetahui dengan pasti arti “kalimat sakti” ini. Peradaban Islam yang saat itu berpusat di Timur Tengah juga dikenal dengan kain suternya yang berkualitas tinggi. Kekaguman bangsa Eropa pada peradaban Islam membuat mereka memesan kain-kain tersebut dalam jumlah banyak. Sementara di Timur Tengah sendiri, kain yang mereka produksi selalu dilampiri oleh kalimat syahadat. Pada zaman itu, dua kalimat syahadat dianggap seperti halnya kata-kata pepatah yang kita gunakan saat ini. Bisa jadi hal itu dilakukan untuk mengingatkan mereka semua akan kebesaran Allah. Bisa jadi. Oiya, tulisan di kerudung Bunda Maria itu dinamakan seni Pseudo Kufic, dilahirkan oleh nonmuslim yang meniru inskripsi Arab.
Di Paris, Napoleon membangun Axe Historique atau garis imajiner yang membelah kota. Keberadaannya menempatkan banyak bangunan penting seperti monument du Carrousel, Obelisk Luxor,Arc de Triomphe de l’Etoile, La Grande Arche de la Defense dalam satu garis lurus yang sempurna. Dan jika dilanjutkan, maka garis lurus tersebut akan berakhir di Kota Mekkah. Sedang Axe Historique sendiri memiliki nama lain Voie Triomphale yang berarti “Jalan Kemenangan”. Bangunan ini memang didirikan setelah Napoleon kembali dari ekspedisi Mesir. Banyak yang berpendapat bahwa ia memutuskan untuk memeluk Islam sekembalinya dari sana. Namun tidak ada bukti konkrit untuk itu semua. Yang pasti, penasehat kepercayaannya yang bernama Francois Menou, bersyahadat setelah kembali dari Mesir.
Membaca beberapa paragraf sederhana saya saja, saya yakin sedikit banyak telah menambah pengetahuan teman-teman tentang agama dan kegemilangan peradaban Islam di masa lalu. Ilmu yang lebih banyak lagi akan kamu temukan jika mau membaca karya berharga ini.
Yuk ayuk. Cari bukunya dan resapi makna-makna hakiki yang tersembunyi dalam setiap penggalan kata yang disajikan.
Salam!

Kamis, Desember 19

Bilur - Sarasvati

Diposting oleh Orestilla di 16.44.00 4 komentar


Lagu pertama yang akan saya bahas di laman ini. Mengapa Sarasvati? Karena dengannya saya menemukan satu dunia yang tak hanya melahirkan tanda tanya besar namun juga kepuasan batin tersendiri. Entah itu karena liriknya yang memang keren laksana tengah dihadapkan pada baris puisi nan memikat hati, atau alunan musiknya yang jujur saja, memang membuat saya terhanyut sedari awal. Musik tradisional yang dihadirkan dalam lagu ini membuat saya merinding. Terpesona.
Dan mengapa Bilur diantara banyak karya besar Sarasvati yang lain?

Karena saya suka. Itu saja. Apalagi setelah membaca “behind the scene” terciptanya lagu ini. Sungguh. Saya semakin cinta.

Selendang bersulam sutra, biduri lembayung jingga

Saksi mati tuk bersaksi, gelimang pesona diri
Belia usia dulu, ruap cinta tlah menggebu
Samar kulihat dunia, tak sadar semua fana

Semerbak dupa iringi kumelangkah
Cungkupku hanya tanah
Bilur hati merambah
Dan akan datangkah bagiku kesempatan
Bila tak ada titian diri yang rupawan

Sekilas lihatlah mega, anugerah tiada tara
Ini tak adil untukku, halimun hitam merasuk
Ceracau getir ibunda, gemertak sengap hatinya
Firasat tak pernah salah, hanya kuberbuat ulah

Gimana? Keren kan liriknya? Nah. Sebagai orang yang suka berbagi, maka akan saya ceritakan kembali bagaimana lagu ini bisa tercipta dan dinyanyikan dengan sangat apik oleh Risa Saraswati (vokalisnya Sarasvati).


Lagu Bilur ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata. Kisah seorang perempuan yang meninggal ketika ia tengah mengandung 8 bulan. Dimana letak istimewanya cerita ini? Ternyata roh perempuan bernama Mae ini mendatangi sahabatnya yang bernama Ambu Ida. Mae kemudian menceritakan kepiluan dan luka hati yang ia bawa hingga kematiannya. Cerita inilah yang kemudian menjadi lirik dalam lagu Bilur (ada sebaris lirik berbahasa sunda). Risa mencoba membawa kita pada sebuah cerita nyata seorang perempuan yang luka hatinya tak mati dengan habisnya masa hidup di dunia.

Ini dia liriknya:
"Duh, teungteuingeun...tuntung lengkah...geuning...bet peurih......"
Artinya ini benar-benar menyakitkan....akhir langkahku ternyata tetap perih...dan selalu perih.

Penasaran juga? Harusnya anda segera mencari tahu lagu keren ini secepatnya. Segera!


Senin, Desember 30

The Song Reader

Diposting oleh Orestilla di 08.37.00 1 komentar


The song reader. Pembaca lagu. Jangan bayangkan tokoh utamanya adalah seorang gadis cantik yang mendedikasikan hidupnya untuk larut dalam kedamaian nada, penyanyi mungkin atau seorang musisi? Tidak. Tebakan anda salah. 


The song reader malah berhubungan dengan kelebihan seorang manusia yang bisa kita kategorikan dalam istimewanya “indera keenam”. Sixth sense. Ketika yang lain bicara tentang kartu tarot, pembaca garis tangan, cenayang, indigo..Lisa Tucker membawa kita pada sebuah keistimewaan lain yang dimiliki oleh seorang wanita bernama Mary Beth. Beth yang berdomisili di Tainer, Missouri membuat kagum seantaro kota dengan kemampuannya membaca pribadi dan menyumbangkan penyelesaian dari masalah-masalah yang dihadapi seseorang hanya dengan membaca lagu. Tentunya lagu yang lebih sering teringang oleh yang bersangkutan. Lagu yang hanya diketahui oleh orang yang ingin “dibaca” oleh Beth.
Semua orang mempercayakan seluruh permasalahan mereka pada Beth. Apakah itu perihal pekerjaan di kantor, pergulatan batin pasangan dalam sebuah rumah tangga, percintaan remaja, masalah apa saja. Hebatnya, Beth mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ditemani adik perempuannya yang bernama Leean (buku ini berkisah dari sudut pandang Leean), Beth bahkan sudah menjadikan kelebihannya sebagai wadah untuk meraup lembaran-lembaran uang.
Namun tak segalanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pun demikian halnya dengan Mary Beth. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan kliennya, Beth terjerumus dalam sebuah permasalahan yang melibatkan perannya dalam membaca lagu. Adapun klien yang bernama Holly Kramer berusaha menghabisi nyawanya di malam yang sama ketika ia selesai berdialog dengan Beth. Peristiwa yang membuat semua orang memalingkan muka padanya, menuduhnya sebagai pelaku utama dibalik kelakuan Holly tersebut.
Beth tertekan. Ia merasa dipojokkan. Kekurangannya yang tak bisa mengendalikan diri, membuat Beth berubah menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang. Tak ada lagi kata-kata bijaksana dan menenangkan yang lahir dari pemahamannya. Ia hidup bagaikan sebongkah batu yang tak lagi berguna. Bahkan untuk Leean dan Tommy (anak angkatnya). Jangankan mengantar Tommy ke sekolah (rutinitas Beth setiap hari), untuk bangun dari tempat tidurnya pun Beth tak lagi kuasa. Pandangannya kosong. Ia tak lagi mau berbicara.
Leean yang merasa bingung dengan perubahan kakaknya mencoba mencari tahu keberadaan ayah mereka yang telah menghilang selama hampir 10 tahun (ibu mereka meninggal dalam kecelakaan lalu lintas). Leean berharap Beth bisa kembali seperti semula jika bisa bertemu dengan ayahnya. Namun ketika berhasil membawa sang ayah ke rumah mereka, Beth malah berteriak histeris. Sementara sang ayah juga menampakkan perilaku yang hampir sama dengan Beth. Lelaki tua tersebut tampak kurang bisa berkonsentrasi, selalu ketakutan sehingga harus mempermainkan benda apa saja yang ada didekatnya. Leean yang hampir frustasi dengan keadaan tersebut (belum lagi si kecil Tommy yang semakin uring-uringan), bahkan hampir saja menyimpulkan sesuatu yang sangat sulit diterima oleh akal sehatnya, “Benarkah Beth gila dan itu diturunkan oleh ayah yang juga gila?”
Disinilah rahasia demi rahasia dalam kisah ini terkuak. Kita akan menemukan banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggema sedari awal kita membuka buku ini.

Apa alasan sang ayah ketika meninggalkan mereka yang masih sangat kecil?
Mengapa Beth tidak pernah mencoba untuk menemukan ayahnya?
Apa yang menyebabkan Leean tidak merasa dicintai oleh sang ibu?

Dan banyak pertanyaan lainnya yang membuat kita tak ingin meninggalkan buku ini untuk sekejab saja. Saya sendiri berhasil mengeksekusi The song reader hanya dalam waktu 6 jam. Lisa Tucker bercerita dengan ringan. Ada sedikit rasa bosan di awal cerita. Namun “rasa” tersebut mulai menghilang setelah seperempat halaman selesai dibaca.
Saya sengaja menggantung review buku yang saya tulis, tidak menyelesaikan ceritanya hingga akhir karena saya ingin teman-teman berminat untuk membaca buku-buku tersebut. Bukankah terkadang seseorang berniat karena adanya rasa penasaran? Bisa jadi hal tersebut berlaku sama untuk kebiasaan membaca kita yang mulai memudar. Saya berharap setelah mengunjungi laman ini, teman-teman akan mengunjungi perpustakaan atau tokbuk dan mulai melahap satu demi satu dari mereka. Semoga.
Setiap buku yang saya baca tidak pernah sekalipun membuat saya kecewa. Sejelek apapun buku tersebut menurut “pembacaan” orang lain, tetap saja ada nilai positif yang bisa diambil hikmahnya. Oleh karena itu saya selalu menyediakan halaman khusus untuk setiap “the precious sentences” yang saya temukan. Dan untuk The song reader, nilai tersebut ada pada kalimat berikut:

Lelaki haruslah lebih menyenangkan dari sekedar memberi uang bulanan dan bersenang-senang di malam minggu. Harus ada pertalian jiwa, ikatan hati yang tak terpatahkan dan tak bisa disalahartikan sebagai harapan. Jika kau menemukan hal itu, percayalah, kau akan mengetahuinya [page 39 of 414]
Tipikal lelaki, hanya bersikap manis jika mereka membutuhkanmu. Tidak memiliki kemampuan untuk benar-benar peduli padamu. Selalu siap sedia untuk meninggalkanmu tanpa memberikan peringatan, bahkan tanpa mengatakan selamat tinggal [page 70 of 414]

Untuk rekomendasi yang saya tilik dari beberapa aspek (lima bintang ***** untuk kesempurnaan), saya beri tiga bintang *** untuk The song reader.
Salam hangat dan selamat membaca.




Jumat, Desember 27

Pukat - Amelia

Diposting oleh Orestilla di 12.37.00 0 komentar


Buku yang saya inginkan untuk dibaca oleh anak-anak saya kelak, salah satunya adalah serial anak-anak mamak yang lahir sebagai sebuah karya mengagumkan dari seorang Tere Liye. Setelah sebelumnya membahas dua seri bukunya disini, hari ini saya akan kembali mencoba membeberkan rahasia kehidupan yang tersurat dan tersirat dalam dua seri lainnya, Pukat dan Amelia.


ini cover buku Pukat dan Amelia
Anak muda Indonesia harusnya menyisihkan waktu untuk membaca buku-buku ini. Mengapa? Karena saya saja yang sudah berumur seperempat abad, bersyukur bisa dipertemukan dengan mereka. Darinya sungguh, saya belajar banyak hal akan makna hidup.
Jika buku-buku lain membicarakan kehebatan teknologi masa kini, kemewahan dalam sangkar emas kehidupan perkotaan, heboh dan meledaknya romantisme percintaan muda-mudi, maka serial ini bercerita sebaliknya.
Sama seperti dua buku terdahulu, Pukat dan Amelia masih berkicau tentang kehidupan anak-anak di daerah pedalaman rimba Sumatera. Perjuangan dan kebahagiaan masa kecil yang mereka lalui dalam segala keterbatasan dan kekurangan. Konflik yang diketengahkan juga menggelitik hati dan pikiran. Bagaimana mungkin tokoh cilik berusia belasan tahun mampu menarik kita dalam sebuah kisah berisi penuh panutan? Bahkan tak sedikit dari kisah tersebut yang membuat mata kita akan berkaca-kaca nantinya.
Saya mulai dari cerita tentang anak kedua dalam keluarga Bapak Syahdan dan Mamak Nurmas, Pukat. Ia dikenal sebagai anak yang jenius. Mampu menjawab apapun jenis pertanyaan yang dilontarkan, entah itu masuk akal ataupun tidak. Pukat tumbuh menjadi anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi, yang pada akhirnya mengantarkannya pada pencapaian mimpi masa depan. Ketegasan mamak dan kebijaksanaan bapak, membuat Pukat berhasil menghalau seluruh hambatan yang dengan cukup detail diceritakan dalam buku ini. Beberapa poin penting yang berhasil saya rangkum dalam buku ini, sengaja (sekali lagi) saya tandai agar bisa saya bagikan dengan teman-teman semua.

Kalian tidak akan pernah menjadi penulis yang hebat dengan hanya tahu caranya menulis, tahu teori-teorinya, tapi kalian tidak pernah melakukannya [page 48 of 345]
Tidak ada yang paling menyedihkan di dunia ini selain kehilangan kejujuran, harga diri dan martabat [page 158 of 345]
Orang-orang yang bersungguh-sungguh jujur, menjaga kehormatannya, dan selalu berbuat baik kepada orang lain, maka meski hidupnya tetap sederhana, tetap terlihat biasa-biasa saja, maka dia sejatinya telah menggenggam seluruh kebahagiaan dunia [page 164 of 345]
Kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan seorang perempuan lebih penting dibandingkan perangai yang baik? Karena di dunia ini, lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta [page 178 of 345]
Menunggu itu berarti sabar. Berharap itu berarti doa [page 314 of 345]

Sedangkan Amelia, berbicara tentang sisi kehidupan dari kacamata seorang gadis kecil, bungsu dari empat bersaudara. Sebuah urutan terakhir yang pada awal cerita membuatnya merasa menjadi anak yang sama sekali tidak beruntung karena bisa ditekan oleh kakak-kakaknya. Status yang membuatnya ngeri ketika harus memikirkan tradisi kampung yang mencapnya sebagai generasi “penunggu rumah”. Amelia yang dipercaya oleh bapaknya sebagai anak yang kuat, paling kuat. Bukan dari fisik, namun caranya memahami hidup dengan sebaik-baiknya. Amelia yang berhasil menyadarkan banyak orang bahwasanya perubahan tidak harus menunggu lahir dari seorang tetua yang disegani, dari seorang yang berpendidikan tinggi, dari seorang yang berjabatan disana-sini. Perubahan sejatinya muncul dari pemahaman yang baik akan arti hidup yang sesunggunya. Dan untukmu, ini dia the precious sentences dari buku Amelia.

Belenggu kemiskinan tetap menjerat erat akibat dari ketidaktauan, akibat dangkalnya pendidikan [page 83 of 391]
Jangan ragu-ragu, langit adalah batasnya. Siapa pun bisa menggapai mimpinya jika bersungguh-sungguh [page 106 of 391]
Dalam sebuah proses perubahan, selalu bagian terpentingnya adalah memulai perubahan tersebut [[page 383 of 391]

Membaca Pukat dan Amelia laksana bercermin pada hidup yang tengah kita jalani. Alur ceritanya mengalir, permasalahan yang ditampilkan sangat dekat dengan masalah-masalah kita keseharian. Dengan pemaparan sederhana yang sangat mudah dicerna, karya-karya ini cocok sekali dibaca untuk menemani akhir pekan kita. Jangan bayangkan narasi penuh istilah-istilah yang membuat kening kita berkerut, tidak sama sekali. Pukat dan Amelia (serta dua seri lainnya) diciptakan untuk membuat kita dapat menikmati sebuah bacaan dengan bersantai, mungkin menyesap secangkir teh hangat, tanpa kehilangan makna dan pesan yang tersembunyi didalamnya.
Bacalah.
Salam!


Selasa, Desember 24

99 Cahaya di Langit Eropa

Diposting oleh Orestilla di 08.15.00 0 komentar


Salah satu motivasi saya untuk menuntaskan buku ini, karena karya besar Hanum akhirnya diangkat ke layar lebar dan hebatnya, langsung take di bumi Eropa. Menakjubkan. Walau saya sendiri belum ada kesempatan untuk menonton. Namun sebagai salah seorang pemuja fashion Dian Pelangi (yang ikut ambil bagian dalam film ini), saya selalu mengikuti tahap demi tahap pembuatan film ini dengan cara kepoin sosial media mereka semua. Hahahaha.
Jika hanya diberi kesempatan untuk menyebutkan satu kata saja tentang buku ini, maka saya memilih kata “ilmu”. Mengapa? Karena setelah menyelesaikan 392 halamannya, saya menemukan begitu banyak ilmu tentang peradaban Islam di Eropa pada masa lampau. Peradaban yang mampu membuat orang-orang Eropa sana berdecak kagum dan menaruh minat serta hormat luar biasa. Sebuah penggambaran yang bertolak belakang dengan kenyataan yang kita temui saat ini.
Saya sengaja menandai beberapa halaman yang sempat membuat saya berlinang airmata. Ah. Membacanya saja sudah membuat saya begitu terharu. Bagaimana Hanum tidak menangis sesenggukan hingga bersujud dihadapan sisa-sisa peninggalan kebesaran peradaban Islam di tanah Eropa sana? Hanum. Sungguh beruntungnya dirimu. Menikmati mistisnya cinta pada sebuah agama yang sudah kita kenal sedari kecil.


Ada sebuah penggalan kalimat yang beberapa kali diulang dalam buku ini. “Agen muslim yang baik.” Untuk menundukkan penganut agama lain dalam perihal menghargai agama yang kita anut, menurut Hanum dan Fatma (sahabat muslimah yang Hanum temui di kelas bahasa Jerman), tidak harus melalui pedang dan peperangan, namun lebih pada sikap yang mampu meyakinkan semua pihak akan keagungan dalam kesederhanaan moral yang kita punya. Sebuah langkah sederhana yang bisa menancapkan pengaruh luar biasa bagi orang lain.
Pemaparan Hanum yang detail dengan bahasa yang mudah dimengerti, mengingatkan saya akan penulis besar Dan Brown. Belum lagi tempat-tempat yang Hanum bahas juga sama dengan yang disuguhkan oleh Dan Brown dalam buku-buku fenomenalnya. Dan dalam buku ini, Hanum juga menghadirkan rangkaian narasi terkenal yang dimiliki oleh salah satu penulis favorit saya yang lain, Paulo Coelho dalam bukunya The Alchemist. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apapun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal. Hanum di akhir cerita menyadari, bahwa Mekkah dengan Kakbahnya yang luar biasa adalah titik awalnya untuk kembali pulang dalam rangkaian perjalanan spiritual tersebut.
Bicara ilmu, saya akan memaparkan poin-poin yang saya anggap penting. Pengetahuan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah mampir dalam perkiraan saya. Informasi yang membuat saya berulang kali tercengang dan menggelengkan kepala. Ini dia:
Bukit Kahlenberg yang ada di Wina, Austria dalam bahasa Jerman (kahl = telanjang, berg = pegunungan) diartikan sebagai sebuah tempat yang dapat kita gunakan untuk menelanjangi keindahan Wina.
Di istana Schoenbrunn, ikon Wina, terdapat lukisan Maria Theresa (Ratu Austria kenamaan) bersama 13 anaknya. Salah satunya adalah Marie Antoinette, yang akhirnya dipersunting oleh putra mahkota Inggris. Sampai disini teman-teman pasti tahu bagaimana ceritanya. Hehe. Tahu roti croissant Prancis yang terkenal itu? Sesungguhnya roti itu adalah roti yang selalu disuguhkan Marie Antoinette setelah menikah. Roti croissant itu kepunyaan Wina pada awalnya.
Malaikat Mikail yang ditugaskan Allah untuk menyebar rezki, dalam tradisi Kristen dikenal sebagai malaikat perang (malaikat pelindung), sedangkan di Yahudi, Mikail berarti “dia yang menyerupai Tuhan”.
Filsuf besar Eropa bernama Voltaire, seseorang yang membuat fragmen drama kontroversial berjudul “Le fanatisme, ou Mahomet le Prophete” - fanatisme atau Muhammad Sang Nabi. Drama ini menggambarkan karakter Nabi secara negatif. Sebuah karya seni yang akhirnya menjadi kontroversial.
Pada lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus yang ada di Museum Louvre tepatnya di Paintings Department memperlihatkan bahwa dalam “hijab” yang ia pakai dikepalanya (kerudung yang dimainkan bayi Yesus dengan tangan-tangan mungilnya), terlihat sebaris kalimat dalam bahasa Arab yang bila diperhatikan dengan lebih seksama tampak tertulis seperti “Laa Ilaa ja Illallah”. Hal yang sama juga ditemukan dalam pakaian-pakaian kebesaran pemimpin Eropa pada masa itu. Setelah saya baca halaman berikutnya, saya mengetahui bahwa mungkin saja para pelukis, pemahat, penjahit tersebut tidak mengetahui dengan pasti arti “kalimat sakti” ini. Peradaban Islam yang saat itu berpusat di Timur Tengah juga dikenal dengan kain suternya yang berkualitas tinggi. Kekaguman bangsa Eropa pada peradaban Islam membuat mereka memesan kain-kain tersebut dalam jumlah banyak. Sementara di Timur Tengah sendiri, kain yang mereka produksi selalu dilampiri oleh kalimat syahadat. Pada zaman itu, dua kalimat syahadat dianggap seperti halnya kata-kata pepatah yang kita gunakan saat ini. Bisa jadi hal itu dilakukan untuk mengingatkan mereka semua akan kebesaran Allah. Bisa jadi. Oiya, tulisan di kerudung Bunda Maria itu dinamakan seni Pseudo Kufic, dilahirkan oleh nonmuslim yang meniru inskripsi Arab.
Di Paris, Napoleon membangun Axe Historique atau garis imajiner yang membelah kota. Keberadaannya menempatkan banyak bangunan penting seperti monument du Carrousel, Obelisk Luxor,Arc de Triomphe de l’Etoile, La Grande Arche de la Defense dalam satu garis lurus yang sempurna. Dan jika dilanjutkan, maka garis lurus tersebut akan berakhir di Kota Mekkah. Sedang Axe Historique sendiri memiliki nama lain Voie Triomphale yang berarti “Jalan Kemenangan”. Bangunan ini memang didirikan setelah Napoleon kembali dari ekspedisi Mesir. Banyak yang berpendapat bahwa ia memutuskan untuk memeluk Islam sekembalinya dari sana. Namun tidak ada bukti konkrit untuk itu semua. Yang pasti, penasehat kepercayaannya yang bernama Francois Menou, bersyahadat setelah kembali dari Mesir.
Membaca beberapa paragraf sederhana saya saja, saya yakin sedikit banyak telah menambah pengetahuan teman-teman tentang agama dan kegemilangan peradaban Islam di masa lalu. Ilmu yang lebih banyak lagi akan kamu temukan jika mau membaca karya berharga ini.
Yuk ayuk. Cari bukunya dan resapi makna-makna hakiki yang tersembunyi dalam setiap penggalan kata yang disajikan.
Salam!

Kamis, Desember 19

Bilur - Sarasvati

Diposting oleh Orestilla di 16.44.00 4 komentar


Lagu pertama yang akan saya bahas di laman ini. Mengapa Sarasvati? Karena dengannya saya menemukan satu dunia yang tak hanya melahirkan tanda tanya besar namun juga kepuasan batin tersendiri. Entah itu karena liriknya yang memang keren laksana tengah dihadapkan pada baris puisi nan memikat hati, atau alunan musiknya yang jujur saja, memang membuat saya terhanyut sedari awal. Musik tradisional yang dihadirkan dalam lagu ini membuat saya merinding. Terpesona.
Dan mengapa Bilur diantara banyak karya besar Sarasvati yang lain?

Karena saya suka. Itu saja. Apalagi setelah membaca “behind the scene” terciptanya lagu ini. Sungguh. Saya semakin cinta.

Selendang bersulam sutra, biduri lembayung jingga

Saksi mati tuk bersaksi, gelimang pesona diri
Belia usia dulu, ruap cinta tlah menggebu
Samar kulihat dunia, tak sadar semua fana

Semerbak dupa iringi kumelangkah
Cungkupku hanya tanah
Bilur hati merambah
Dan akan datangkah bagiku kesempatan
Bila tak ada titian diri yang rupawan

Sekilas lihatlah mega, anugerah tiada tara
Ini tak adil untukku, halimun hitam merasuk
Ceracau getir ibunda, gemertak sengap hatinya
Firasat tak pernah salah, hanya kuberbuat ulah

Gimana? Keren kan liriknya? Nah. Sebagai orang yang suka berbagi, maka akan saya ceritakan kembali bagaimana lagu ini bisa tercipta dan dinyanyikan dengan sangat apik oleh Risa Saraswati (vokalisnya Sarasvati).


Lagu Bilur ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata. Kisah seorang perempuan yang meninggal ketika ia tengah mengandung 8 bulan. Dimana letak istimewanya cerita ini? Ternyata roh perempuan bernama Mae ini mendatangi sahabatnya yang bernama Ambu Ida. Mae kemudian menceritakan kepiluan dan luka hati yang ia bawa hingga kematiannya. Cerita inilah yang kemudian menjadi lirik dalam lagu Bilur (ada sebaris lirik berbahasa sunda). Risa mencoba membawa kita pada sebuah cerita nyata seorang perempuan yang luka hatinya tak mati dengan habisnya masa hidup di dunia.

Ini dia liriknya:
"Duh, teungteuingeun...tuntung lengkah...geuning...bet peurih......"
Artinya ini benar-benar menyakitkan....akhir langkahku ternyata tetap perih...dan selalu perih.

Penasaran juga? Harusnya anda segera mencari tahu lagu keren ini secepatnya. Segera!


 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea