Selasa, Desember 10

Trip to City of Makassar #day1

Diposting oleh Orestilla di 09.54.00


"Makassar, a metropolitan city with millions nature and culinary destination"
Bagaimana mungkin kalimat seperti itu tidak membuat saya penasaran sekaligus tertarik untuk datang langsung ke Makassar? Dan syukur Alhamdulillah, berkat kebijakan berharga dari pimpinan, saya diberi kesempatan untuk mendarat indah di tanah Cellebes. Masih dalam rangka dinas, sharing informasi PBB-P2, saya akhirnya bisa melihat langsung keanggunan tanah Makassar.
Berangkat dari Kota Solok pada pukul 08:44 pagi, rombongan kami melaju dengan tiga bus besar. Melaju membelah kaki Gunung Talang, kami singgah ke rumah makan Lamun Ombak untuk mengisi perut-perut lapar yang sudah berkeroncongan sedari pagi. Puas menikmati kuliner andalan Sumatera Barat untuk yang terakhir kalinya sebelum bertandang ke daerah Makassar, kami segera menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Kami sampai sekitar jam 1 siang. Setelah beres check in dan menunaikan shalat Dzuhur, dengan penerbangan GA 165 kami mengangkasa pada pukul 14:00.
2 jam kemudian pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan mulus di tanah jawa. Padahal beberapa menit sebelum pendaratan, saya merasa ada yang tidak beres dengan cuaca. Beberapa kali pesawat mengalami gonjangan hebat. Untuk menghilangkan kegelisahan, saya pilih nonton. Dan betapa bodohnya ketika pilihan saya malah jatuh pada The Conjuring. Hahaha. Ada satu penyebab mengapa saya sedikit sering ber-shuudzon ria dengan penerbangan. Dulu ketika masih kuliah, saya pernah membaca sebuah buku yang full berisi tentang kecelakaan pesawat paling tragis di seluruh dunia. Hebatnya, saya membaca buku tersebut di ruang tunggu keberangkatan. Uji nyali yang akhirnya benar-benar membuat nyali saya ciut.
Setelah transit selama satu setengah jam dan penundaan keberangkatan selama hampir setengah jam, pukul 17.30 waktu Jakarta, kami kembali mengangkasa. Kali ini tujuannya tentu saja Kota Makassar. Perbedaan zona waktu membuat kami baru berhasil menyentuh tanah Sulawesi pada pukul 21.30 (penerbangan Jakarta-Makassar memakan waktu sekitar 2 jam). Aroma Sulawesi langsung memenuhi rongga penciuman kami. Keluar dari bandara, selagi menunggu bus pariwisata yang akan membawa kami mengelilingi kota, udara panas langsung memeluk kami. Gerah. Makassar layaknya Pekanbaru dan Jakarta bagi saya. Terik mentari bahkan masih cukup membuat kita berkeringat walau di langit sana sang rembulan telah menggantikan tempatnya.
Tour guide kami muncul beberapa menit kemudian. 3 orang wanita cantik berjilbab dengan tubuh sedikit berisi. Berlogat Sulawesi, mereka mulai berbincang-bincang dengan panitia kami dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) Kota Solok.
Setelah membagi rombongan ke dalam 2 bus pariwisata, kami perlahan meninggalkan bandara Sultan Hasanuddin. Bandara ini berada di Maros, 30 Km dari Makassar. Badan yang sudah terlalu lelah setelah seharian menempuh perjalanan darat dan udara, tidak sedikitpun membuat mata saya terpejam. Dia masih dikendalikan oleh hati yang ingin tau lebih banyak lagi tentang Kota Makassar. Alhasil saya mulai jeprat jepret sana sini. Tulis itu ini untuk bahan laporan perjalanan dinas saya nantinya. [saya sengaja membuat laporan perjalanan ini di blog sebagai bentuk tanggung jawab saya pada negara sebagai pelayan masyarakat yang baik. Sipp]
M. Regency Hotel (esoknya saya tahu bahwa dulunya hotel ini bernama Mercure Hotel. Hal yang membuat beberapa orang supir taksi asli Makassar ikut nyasar bersama kami), adalah sebuah hotel yang menjadi tempat kami menginap selama beberapa hari di Makassar. Asiknya, hotel ini dekat sekali letaknya dengan Pantai Losari, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dari jendela kamar hotel pun, saya bisa menangkap semburat senja yang sangat indah.
Malam itu kami tidur awal. Terlelap ketika raga menyentuh kasur. Lelah. Namun ada 2 hari ke depan yang menunggu kami dengan petualangan luar biasa.

ngeksis dulu sebelum berangkat :)
sayap-sayap patah-nya Kahlil Gibran setia menemani perjalanan.
[at] jakarta in action. bosan nunggu, akhirnya ngeksis lagi.
Hasanuddin's Airport
welcome to Makassar :)

muka-muka kucel setelah 12 jam perjalanan
pelabuhan Makassar yang berhasil saya potret dari dalam bus yang sedang melaju menuju pusat kota

  
be continued…










0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Selasa, Desember 10

Trip to City of Makassar #day1

Diposting oleh Orestilla di 09.54.00


"Makassar, a metropolitan city with millions nature and culinary destination"
Bagaimana mungkin kalimat seperti itu tidak membuat saya penasaran sekaligus tertarik untuk datang langsung ke Makassar? Dan syukur Alhamdulillah, berkat kebijakan berharga dari pimpinan, saya diberi kesempatan untuk mendarat indah di tanah Cellebes. Masih dalam rangka dinas, sharing informasi PBB-P2, saya akhirnya bisa melihat langsung keanggunan tanah Makassar.
Berangkat dari Kota Solok pada pukul 08:44 pagi, rombongan kami melaju dengan tiga bus besar. Melaju membelah kaki Gunung Talang, kami singgah ke rumah makan Lamun Ombak untuk mengisi perut-perut lapar yang sudah berkeroncongan sedari pagi. Puas menikmati kuliner andalan Sumatera Barat untuk yang terakhir kalinya sebelum bertandang ke daerah Makassar, kami segera menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Kami sampai sekitar jam 1 siang. Setelah beres check in dan menunaikan shalat Dzuhur, dengan penerbangan GA 165 kami mengangkasa pada pukul 14:00.
2 jam kemudian pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan mulus di tanah jawa. Padahal beberapa menit sebelum pendaratan, saya merasa ada yang tidak beres dengan cuaca. Beberapa kali pesawat mengalami gonjangan hebat. Untuk menghilangkan kegelisahan, saya pilih nonton. Dan betapa bodohnya ketika pilihan saya malah jatuh pada The Conjuring. Hahaha. Ada satu penyebab mengapa saya sedikit sering ber-shuudzon ria dengan penerbangan. Dulu ketika masih kuliah, saya pernah membaca sebuah buku yang full berisi tentang kecelakaan pesawat paling tragis di seluruh dunia. Hebatnya, saya membaca buku tersebut di ruang tunggu keberangkatan. Uji nyali yang akhirnya benar-benar membuat nyali saya ciut.
Setelah transit selama satu setengah jam dan penundaan keberangkatan selama hampir setengah jam, pukul 17.30 waktu Jakarta, kami kembali mengangkasa. Kali ini tujuannya tentu saja Kota Makassar. Perbedaan zona waktu membuat kami baru berhasil menyentuh tanah Sulawesi pada pukul 21.30 (penerbangan Jakarta-Makassar memakan waktu sekitar 2 jam). Aroma Sulawesi langsung memenuhi rongga penciuman kami. Keluar dari bandara, selagi menunggu bus pariwisata yang akan membawa kami mengelilingi kota, udara panas langsung memeluk kami. Gerah. Makassar layaknya Pekanbaru dan Jakarta bagi saya. Terik mentari bahkan masih cukup membuat kita berkeringat walau di langit sana sang rembulan telah menggantikan tempatnya.
Tour guide kami muncul beberapa menit kemudian. 3 orang wanita cantik berjilbab dengan tubuh sedikit berisi. Berlogat Sulawesi, mereka mulai berbincang-bincang dengan panitia kami dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) Kota Solok.
Setelah membagi rombongan ke dalam 2 bus pariwisata, kami perlahan meninggalkan bandara Sultan Hasanuddin. Bandara ini berada di Maros, 30 Km dari Makassar. Badan yang sudah terlalu lelah setelah seharian menempuh perjalanan darat dan udara, tidak sedikitpun membuat mata saya terpejam. Dia masih dikendalikan oleh hati yang ingin tau lebih banyak lagi tentang Kota Makassar. Alhasil saya mulai jeprat jepret sana sini. Tulis itu ini untuk bahan laporan perjalanan dinas saya nantinya. [saya sengaja membuat laporan perjalanan ini di blog sebagai bentuk tanggung jawab saya pada negara sebagai pelayan masyarakat yang baik. Sipp]
M. Regency Hotel (esoknya saya tahu bahwa dulunya hotel ini bernama Mercure Hotel. Hal yang membuat beberapa orang supir taksi asli Makassar ikut nyasar bersama kami), adalah sebuah hotel yang menjadi tempat kami menginap selama beberapa hari di Makassar. Asiknya, hotel ini dekat sekali letaknya dengan Pantai Losari, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dari jendela kamar hotel pun, saya bisa menangkap semburat senja yang sangat indah.
Malam itu kami tidur awal. Terlelap ketika raga menyentuh kasur. Lelah. Namun ada 2 hari ke depan yang menunggu kami dengan petualangan luar biasa.

ngeksis dulu sebelum berangkat :)
sayap-sayap patah-nya Kahlil Gibran setia menemani perjalanan.
[at] jakarta in action. bosan nunggu, akhirnya ngeksis lagi.
Hasanuddin's Airport
welcome to Makassar :)

muka-muka kucel setelah 12 jam perjalanan
pelabuhan Makassar yang berhasil saya potret dari dalam bus yang sedang melaju menuju pusat kota

  
be continued…










0 komentar on "Trip to City of Makassar #day1"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea