Senin, Desember 2

Foucault's Pendulum - Umberto Eco

Diposting oleh Orestilla di 08.22.00


Yang keranjingan dengan buku-bukunya Dan Brown, Scott Mariani dan penulis lain yang dalam setiap karyanya sering mengedepankan konspirasi berbagai perkumpulan rahasia besar dunia, sudah seharusnya membaca Foucault’s Pendulum.


Oke. Sebelum mengulik lebih banyak lagi tentang novel yang ini, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan penulisnya. Siapa yang tak kenal Umberto Eco? Karyanya bertajuk The Name of The Rose (sudah saya masukkan dalam list bacaan tahun depan) merupakan salah satu novel terlaris dunia. Pernah dalam sebuah medianet yang saya baca, novel tersebut berada dalam list yang sama dengan Casual Vacancy-nya J.K. Rowling dan The Alchemist-nya Paulo Coelho.
Dalam buku ini disebutkan bahwa Umberto Eco lahir di Alessandria, Italia pada 1932. Dia adalah professor semiotic di Universitas Bologna, seorang filsuf, sejarawan, kritikus sastra, dan estetikus. Pokok penelitian keilmuannya berkisar dari Santo Thomas Aquinas sampai James Joyce hingga Superman. Saat ini ia tinggal di Milan.
Dari background kehidupannya saja, kita bisa menilai bahwasanya Foucault’s Pendulum tentu saja telah berhasil diramu oleh seorang penulis yang memiliki otak genius seperti Umberto Eco.
Foucault’s Pendulum sendiri memiliki alur bolak balik dalam penyajiannya. Kisah ini diawali dengan keberadaan tokoh utamanya, Casaubon, di Conservatoire des Arts et Métiers di Paris. Ia tengah menunggu serangkaian acara dari perkumpulan rahasia yang dalam ceritanya telah memutuskan kontaknya dengan Jacopo Belbo, temannya sesama editor di sebuah penerbitan.
Disini diterangkan bahwa Pendulum Foucault pertama kali diujicobakan di suatu gudang bawah tanah pada tahun 1851, kemudian dipamerkan di observatorium, dan kelak di bawah kubah Panteon dengan kawat sepanjang enam puluh tujuh meter dan sebuah bandul seberat dua puluh delapan kilogram. Sejak 1855, Pendulum tersebut (dalam versi yang lebih kecil) berada di Conservatoire des Arts et Métiers, tepatnya Saint-Martin-des-Champs.
ini dia penampakan Conservatoire des Arts et Métiers yang saya culik dari mbah google

Apa yang dilakukan Casaubon di sana?
Ia sedang menunggu sebuah pertunjukan hebat (bertepatan dengan Malam Santo Yohanes) yang sekaligus akan menjelaskan alasan hilangnya Jacopo Belbo, teman dekat sekaligus partner kerjanya di Garamond Press.
Apa yang terjadi sebelumnya pada Belbo?
Belbo hilang secara misterius setelah sebelumnya berhasil menghubungi Casaubon, memberitakan keberadaannya di Paris setelah absen beberapa hari di kantor mereka tanpa alasan yang jelas. Belbo berbicara dengan terburu-buru dengan menggunakan sebuah telepon umum, mengabarkan bahwa Rencana yang mereka rilis bertiga (bersama seorang teman yang lain bernama Diotavelli) adalah suatu hal yang nyata, bahwa ia tengah melarikan diri dari suatu kelompok yang sedang berusaha membunuhnya, Kesatria Templar. Namun sebelum ia menjelaskan lebih jauh lagi, hubungan telepon itu terputus yang didahului oleh sebuah tembakan. Sebelum komunikasi mereka berakhir, Belbo sempat meminta Casaubon untuk membaca seluruh file yang ia simpan di dalam komputer kesayangannya, Abulafia.
Rencana apa yang mereka miliki?
Disinilah letak kisah dramatiknya. Bersama kedua rekannya sesama editor, Casaubon berencana menelurkan buku yang berisi tentang sebuah teori konspirasi. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk bersenang-senang di tengah rasa lelah dalam tugasnya membaca tumpukan manuskrip tentang teori-teori konspirasi okultisme. Namun mereka mulai terobsesi. Menghabiskan waktu berhari-hari dikantor, mengunjungi berbagai tempat dan puluhan perpustakaan. Membaca banyak buku tentang Freemansory, Kabala hingga Kesatria Templar. Apalagi ide gila tersebut mendapat respon positif dari atasan mereka, Signor Garamond. Dalam proses menyelesaikan rencana ini pula mereka berkenalan dengan Signor Aglié, seorang misterius yang memberi pengaruh besar di akhir cerita (ada baiknya tidak saya ceritakan seluruhnya agar melahirkan tanda tanya di hati calon pembaca. hehe.)
Namun rencana besar tersebut ternyata menarik perhatian sejumlah penggemar teori konspirasi. Parahnya lagi, sebuah perkumpulan rahasia menganggapnya serius. Mereka yakin bahwasanya Belbo memiliki kunci harta karun milik Kesatrian Templar. Permainan tersebut dalam sekejab mata berubah menjadi teror yang bahkan sampai mengancam nyawa mereka.
Umberto Eco mengajak kita menelusuri labirin gelap konspirasi-konspirasi besar dunia yang disuguhkan dengan sangat menawan. Jangan ditanya perihal ilmu, ada banyak yang ia sediakan dalam novel yang memiliki 691 halaman ini.
Salah satu hikmah yang bisa saya simpulkan setelah mengeksekusi novel ini adalah “jangan pernah meremehkan sesuatu hal, sekecil apapun itu”. Adakalanya hal tersebut sepele di mata kita, namun begitu berharga di mata orang lain. Bahkan Casaubon, Belbo dan Diotavelli tidak pernah menduga permainan yang mereka mulai dengan sebuah keisengan, berakhir lewat kematian.

Foucault's Pendulum

The Precious Sentencesnya mana?
Ini dia:
karena memori manusia, dengan susah payah, belajar untuk mengingat, tetapi tidak untuk melupakan (page 28)
aku adalah bagian dari sebuah generasi yang hilang dan merasa nyaman di tengah-tengah orang lain yang merasa kehilangan dan kesepian (page 86)
dunia adalah teka-teki, sebuah teka-teki tak berbahaya yang dibuat mengerikan oleh kegilaan kita untuk mencoba menginterpretasinya seolah-olah memiliki kebenaran yang mendasarinya (page 105)
bertindaklah seperti orang gila, dan selamanya kau tidak akan terduga (page 115)
pengecut mati berkali-kali sebelum ia betul-betul mati (page 276)
aku membenci siapa pun yang mencoba melihatku sebagai ilusi dari hasrat (page 278)
bicara adalah obat mujarab. terapi kata (page 652)
Selamat berburu bukunya, selamat membaca, selamat mencintai konspirasi.
Salam!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, Desember 2

Foucault's Pendulum - Umberto Eco

Diposting oleh Orestilla di 08.22.00


Yang keranjingan dengan buku-bukunya Dan Brown, Scott Mariani dan penulis lain yang dalam setiap karyanya sering mengedepankan konspirasi berbagai perkumpulan rahasia besar dunia, sudah seharusnya membaca Foucault’s Pendulum.


Oke. Sebelum mengulik lebih banyak lagi tentang novel yang ini, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan penulisnya. Siapa yang tak kenal Umberto Eco? Karyanya bertajuk The Name of The Rose (sudah saya masukkan dalam list bacaan tahun depan) merupakan salah satu novel terlaris dunia. Pernah dalam sebuah medianet yang saya baca, novel tersebut berada dalam list yang sama dengan Casual Vacancy-nya J.K. Rowling dan The Alchemist-nya Paulo Coelho.
Dalam buku ini disebutkan bahwa Umberto Eco lahir di Alessandria, Italia pada 1932. Dia adalah professor semiotic di Universitas Bologna, seorang filsuf, sejarawan, kritikus sastra, dan estetikus. Pokok penelitian keilmuannya berkisar dari Santo Thomas Aquinas sampai James Joyce hingga Superman. Saat ini ia tinggal di Milan.
Dari background kehidupannya saja, kita bisa menilai bahwasanya Foucault’s Pendulum tentu saja telah berhasil diramu oleh seorang penulis yang memiliki otak genius seperti Umberto Eco.
Foucault’s Pendulum sendiri memiliki alur bolak balik dalam penyajiannya. Kisah ini diawali dengan keberadaan tokoh utamanya, Casaubon, di Conservatoire des Arts et Métiers di Paris. Ia tengah menunggu serangkaian acara dari perkumpulan rahasia yang dalam ceritanya telah memutuskan kontaknya dengan Jacopo Belbo, temannya sesama editor di sebuah penerbitan.
Disini diterangkan bahwa Pendulum Foucault pertama kali diujicobakan di suatu gudang bawah tanah pada tahun 1851, kemudian dipamerkan di observatorium, dan kelak di bawah kubah Panteon dengan kawat sepanjang enam puluh tujuh meter dan sebuah bandul seberat dua puluh delapan kilogram. Sejak 1855, Pendulum tersebut (dalam versi yang lebih kecil) berada di Conservatoire des Arts et Métiers, tepatnya Saint-Martin-des-Champs.
ini dia penampakan Conservatoire des Arts et Métiers yang saya culik dari mbah google

Apa yang dilakukan Casaubon di sana?
Ia sedang menunggu sebuah pertunjukan hebat (bertepatan dengan Malam Santo Yohanes) yang sekaligus akan menjelaskan alasan hilangnya Jacopo Belbo, teman dekat sekaligus partner kerjanya di Garamond Press.
Apa yang terjadi sebelumnya pada Belbo?
Belbo hilang secara misterius setelah sebelumnya berhasil menghubungi Casaubon, memberitakan keberadaannya di Paris setelah absen beberapa hari di kantor mereka tanpa alasan yang jelas. Belbo berbicara dengan terburu-buru dengan menggunakan sebuah telepon umum, mengabarkan bahwa Rencana yang mereka rilis bertiga (bersama seorang teman yang lain bernama Diotavelli) adalah suatu hal yang nyata, bahwa ia tengah melarikan diri dari suatu kelompok yang sedang berusaha membunuhnya, Kesatria Templar. Namun sebelum ia menjelaskan lebih jauh lagi, hubungan telepon itu terputus yang didahului oleh sebuah tembakan. Sebelum komunikasi mereka berakhir, Belbo sempat meminta Casaubon untuk membaca seluruh file yang ia simpan di dalam komputer kesayangannya, Abulafia.
Rencana apa yang mereka miliki?
Disinilah letak kisah dramatiknya. Bersama kedua rekannya sesama editor, Casaubon berencana menelurkan buku yang berisi tentang sebuah teori konspirasi. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk bersenang-senang di tengah rasa lelah dalam tugasnya membaca tumpukan manuskrip tentang teori-teori konspirasi okultisme. Namun mereka mulai terobsesi. Menghabiskan waktu berhari-hari dikantor, mengunjungi berbagai tempat dan puluhan perpustakaan. Membaca banyak buku tentang Freemansory, Kabala hingga Kesatria Templar. Apalagi ide gila tersebut mendapat respon positif dari atasan mereka, Signor Garamond. Dalam proses menyelesaikan rencana ini pula mereka berkenalan dengan Signor Aglié, seorang misterius yang memberi pengaruh besar di akhir cerita (ada baiknya tidak saya ceritakan seluruhnya agar melahirkan tanda tanya di hati calon pembaca. hehe.)
Namun rencana besar tersebut ternyata menarik perhatian sejumlah penggemar teori konspirasi. Parahnya lagi, sebuah perkumpulan rahasia menganggapnya serius. Mereka yakin bahwasanya Belbo memiliki kunci harta karun milik Kesatrian Templar. Permainan tersebut dalam sekejab mata berubah menjadi teror yang bahkan sampai mengancam nyawa mereka.
Umberto Eco mengajak kita menelusuri labirin gelap konspirasi-konspirasi besar dunia yang disuguhkan dengan sangat menawan. Jangan ditanya perihal ilmu, ada banyak yang ia sediakan dalam novel yang memiliki 691 halaman ini.
Salah satu hikmah yang bisa saya simpulkan setelah mengeksekusi novel ini adalah “jangan pernah meremehkan sesuatu hal, sekecil apapun itu”. Adakalanya hal tersebut sepele di mata kita, namun begitu berharga di mata orang lain. Bahkan Casaubon, Belbo dan Diotavelli tidak pernah menduga permainan yang mereka mulai dengan sebuah keisengan, berakhir lewat kematian.

Foucault's Pendulum

The Precious Sentencesnya mana?
Ini dia:
karena memori manusia, dengan susah payah, belajar untuk mengingat, tetapi tidak untuk melupakan (page 28)
aku adalah bagian dari sebuah generasi yang hilang dan merasa nyaman di tengah-tengah orang lain yang merasa kehilangan dan kesepian (page 86)
dunia adalah teka-teki, sebuah teka-teki tak berbahaya yang dibuat mengerikan oleh kegilaan kita untuk mencoba menginterpretasinya seolah-olah memiliki kebenaran yang mendasarinya (page 105)
bertindaklah seperti orang gila, dan selamanya kau tidak akan terduga (page 115)
pengecut mati berkali-kali sebelum ia betul-betul mati (page 276)
aku membenci siapa pun yang mencoba melihatku sebagai ilusi dari hasrat (page 278)
bicara adalah obat mujarab. terapi kata (page 652)
Selamat berburu bukunya, selamat membaca, selamat mencintai konspirasi.
Salam!

0 komentar on "Foucault's Pendulum - Umberto Eco"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea