Senin, Desember 30

The Song Reader

Diposting oleh Orestilla di 08.37.00


The song reader. Pembaca lagu. Jangan bayangkan tokoh utamanya adalah seorang gadis cantik yang mendedikasikan hidupnya untuk larut dalam kedamaian nada, penyanyi mungkin atau seorang musisi? Tidak. Tebakan anda salah. 


The song reader malah berhubungan dengan kelebihan seorang manusia yang bisa kita kategorikan dalam istimewanya “indera keenam”. Sixth sense. Ketika yang lain bicara tentang kartu tarot, pembaca garis tangan, cenayang, indigo..Lisa Tucker membawa kita pada sebuah keistimewaan lain yang dimiliki oleh seorang wanita bernama Mary Beth. Beth yang berdomisili di Tainer, Missouri membuat kagum seantaro kota dengan kemampuannya membaca pribadi dan menyumbangkan penyelesaian dari masalah-masalah yang dihadapi seseorang hanya dengan membaca lagu. Tentunya lagu yang lebih sering teringang oleh yang bersangkutan. Lagu yang hanya diketahui oleh orang yang ingin “dibaca” oleh Beth.
Semua orang mempercayakan seluruh permasalahan mereka pada Beth. Apakah itu perihal pekerjaan di kantor, pergulatan batin pasangan dalam sebuah rumah tangga, percintaan remaja, masalah apa saja. Hebatnya, Beth mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ditemani adik perempuannya yang bernama Leean (buku ini berkisah dari sudut pandang Leean), Beth bahkan sudah menjadikan kelebihannya sebagai wadah untuk meraup lembaran-lembaran uang.
Namun tak segalanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pun demikian halnya dengan Mary Beth. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan kliennya, Beth terjerumus dalam sebuah permasalahan yang melibatkan perannya dalam membaca lagu. Adapun klien yang bernama Holly Kramer berusaha menghabisi nyawanya di malam yang sama ketika ia selesai berdialog dengan Beth. Peristiwa yang membuat semua orang memalingkan muka padanya, menuduhnya sebagai pelaku utama dibalik kelakuan Holly tersebut.
Beth tertekan. Ia merasa dipojokkan. Kekurangannya yang tak bisa mengendalikan diri, membuat Beth berubah menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang. Tak ada lagi kata-kata bijaksana dan menenangkan yang lahir dari pemahamannya. Ia hidup bagaikan sebongkah batu yang tak lagi berguna. Bahkan untuk Leean dan Tommy (anak angkatnya). Jangankan mengantar Tommy ke sekolah (rutinitas Beth setiap hari), untuk bangun dari tempat tidurnya pun Beth tak lagi kuasa. Pandangannya kosong. Ia tak lagi mau berbicara.
Leean yang merasa bingung dengan perubahan kakaknya mencoba mencari tahu keberadaan ayah mereka yang telah menghilang selama hampir 10 tahun (ibu mereka meninggal dalam kecelakaan lalu lintas). Leean berharap Beth bisa kembali seperti semula jika bisa bertemu dengan ayahnya. Namun ketika berhasil membawa sang ayah ke rumah mereka, Beth malah berteriak histeris. Sementara sang ayah juga menampakkan perilaku yang hampir sama dengan Beth. Lelaki tua tersebut tampak kurang bisa berkonsentrasi, selalu ketakutan sehingga harus mempermainkan benda apa saja yang ada didekatnya. Leean yang hampir frustasi dengan keadaan tersebut (belum lagi si kecil Tommy yang semakin uring-uringan), bahkan hampir saja menyimpulkan sesuatu yang sangat sulit diterima oleh akal sehatnya, “Benarkah Beth gila dan itu diturunkan oleh ayah yang juga gila?”
Disinilah rahasia demi rahasia dalam kisah ini terkuak. Kita akan menemukan banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggema sedari awal kita membuka buku ini.

Apa alasan sang ayah ketika meninggalkan mereka yang masih sangat kecil?
Mengapa Beth tidak pernah mencoba untuk menemukan ayahnya?
Apa yang menyebabkan Leean tidak merasa dicintai oleh sang ibu?

Dan banyak pertanyaan lainnya yang membuat kita tak ingin meninggalkan buku ini untuk sekejab saja. Saya sendiri berhasil mengeksekusi The song reader hanya dalam waktu 6 jam. Lisa Tucker bercerita dengan ringan. Ada sedikit rasa bosan di awal cerita. Namun “rasa” tersebut mulai menghilang setelah seperempat halaman selesai dibaca.
Saya sengaja menggantung review buku yang saya tulis, tidak menyelesaikan ceritanya hingga akhir karena saya ingin teman-teman berminat untuk membaca buku-buku tersebut. Bukankah terkadang seseorang berniat karena adanya rasa penasaran? Bisa jadi hal tersebut berlaku sama untuk kebiasaan membaca kita yang mulai memudar. Saya berharap setelah mengunjungi laman ini, teman-teman akan mengunjungi perpustakaan atau tokbuk dan mulai melahap satu demi satu dari mereka. Semoga.
Setiap buku yang saya baca tidak pernah sekalipun membuat saya kecewa. Sejelek apapun buku tersebut menurut “pembacaan” orang lain, tetap saja ada nilai positif yang bisa diambil hikmahnya. Oleh karena itu saya selalu menyediakan halaman khusus untuk setiap “the precious sentences” yang saya temukan. Dan untuk The song reader, nilai tersebut ada pada kalimat berikut:

Lelaki haruslah lebih menyenangkan dari sekedar memberi uang bulanan dan bersenang-senang di malam minggu. Harus ada pertalian jiwa, ikatan hati yang tak terpatahkan dan tak bisa disalahartikan sebagai harapan. Jika kau menemukan hal itu, percayalah, kau akan mengetahuinya [page 39 of 414]
Tipikal lelaki, hanya bersikap manis jika mereka membutuhkanmu. Tidak memiliki kemampuan untuk benar-benar peduli padamu. Selalu siap sedia untuk meninggalkanmu tanpa memberikan peringatan, bahkan tanpa mengatakan selamat tinggal [page 70 of 414]

Untuk rekomendasi yang saya tilik dari beberapa aspek (lima bintang ***** untuk kesempurnaan), saya beri tiga bintang *** untuk The song reader.
Salam hangat dan selamat membaca.




1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih untuk reviewnya. Saya sudah memiliki novel ini lama, tapi mengabaikannya karena review yg satndar dari goodreads. Setelah baca review dari blog ini.. saya semangat buat melahapnya. Penasaran. Haha

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, Desember 30

The Song Reader

Diposting oleh Orestilla di 08.37.00


The song reader. Pembaca lagu. Jangan bayangkan tokoh utamanya adalah seorang gadis cantik yang mendedikasikan hidupnya untuk larut dalam kedamaian nada, penyanyi mungkin atau seorang musisi? Tidak. Tebakan anda salah. 


The song reader malah berhubungan dengan kelebihan seorang manusia yang bisa kita kategorikan dalam istimewanya “indera keenam”. Sixth sense. Ketika yang lain bicara tentang kartu tarot, pembaca garis tangan, cenayang, indigo..Lisa Tucker membawa kita pada sebuah keistimewaan lain yang dimiliki oleh seorang wanita bernama Mary Beth. Beth yang berdomisili di Tainer, Missouri membuat kagum seantaro kota dengan kemampuannya membaca pribadi dan menyumbangkan penyelesaian dari masalah-masalah yang dihadapi seseorang hanya dengan membaca lagu. Tentunya lagu yang lebih sering teringang oleh yang bersangkutan. Lagu yang hanya diketahui oleh orang yang ingin “dibaca” oleh Beth.
Semua orang mempercayakan seluruh permasalahan mereka pada Beth. Apakah itu perihal pekerjaan di kantor, pergulatan batin pasangan dalam sebuah rumah tangga, percintaan remaja, masalah apa saja. Hebatnya, Beth mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ditemani adik perempuannya yang bernama Leean (buku ini berkisah dari sudut pandang Leean), Beth bahkan sudah menjadikan kelebihannya sebagai wadah untuk meraup lembaran-lembaran uang.
Namun tak segalanya berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pun demikian halnya dengan Mary Beth. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan kliennya, Beth terjerumus dalam sebuah permasalahan yang melibatkan perannya dalam membaca lagu. Adapun klien yang bernama Holly Kramer berusaha menghabisi nyawanya di malam yang sama ketika ia selesai berdialog dengan Beth. Peristiwa yang membuat semua orang memalingkan muka padanya, menuduhnya sebagai pelaku utama dibalik kelakuan Holly tersebut.
Beth tertekan. Ia merasa dipojokkan. Kekurangannya yang tak bisa mengendalikan diri, membuat Beth berubah menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang. Tak ada lagi kata-kata bijaksana dan menenangkan yang lahir dari pemahamannya. Ia hidup bagaikan sebongkah batu yang tak lagi berguna. Bahkan untuk Leean dan Tommy (anak angkatnya). Jangankan mengantar Tommy ke sekolah (rutinitas Beth setiap hari), untuk bangun dari tempat tidurnya pun Beth tak lagi kuasa. Pandangannya kosong. Ia tak lagi mau berbicara.
Leean yang merasa bingung dengan perubahan kakaknya mencoba mencari tahu keberadaan ayah mereka yang telah menghilang selama hampir 10 tahun (ibu mereka meninggal dalam kecelakaan lalu lintas). Leean berharap Beth bisa kembali seperti semula jika bisa bertemu dengan ayahnya. Namun ketika berhasil membawa sang ayah ke rumah mereka, Beth malah berteriak histeris. Sementara sang ayah juga menampakkan perilaku yang hampir sama dengan Beth. Lelaki tua tersebut tampak kurang bisa berkonsentrasi, selalu ketakutan sehingga harus mempermainkan benda apa saja yang ada didekatnya. Leean yang hampir frustasi dengan keadaan tersebut (belum lagi si kecil Tommy yang semakin uring-uringan), bahkan hampir saja menyimpulkan sesuatu yang sangat sulit diterima oleh akal sehatnya, “Benarkah Beth gila dan itu diturunkan oleh ayah yang juga gila?”
Disinilah rahasia demi rahasia dalam kisah ini terkuak. Kita akan menemukan banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menggema sedari awal kita membuka buku ini.

Apa alasan sang ayah ketika meninggalkan mereka yang masih sangat kecil?
Mengapa Beth tidak pernah mencoba untuk menemukan ayahnya?
Apa yang menyebabkan Leean tidak merasa dicintai oleh sang ibu?

Dan banyak pertanyaan lainnya yang membuat kita tak ingin meninggalkan buku ini untuk sekejab saja. Saya sendiri berhasil mengeksekusi The song reader hanya dalam waktu 6 jam. Lisa Tucker bercerita dengan ringan. Ada sedikit rasa bosan di awal cerita. Namun “rasa” tersebut mulai menghilang setelah seperempat halaman selesai dibaca.
Saya sengaja menggantung review buku yang saya tulis, tidak menyelesaikan ceritanya hingga akhir karena saya ingin teman-teman berminat untuk membaca buku-buku tersebut. Bukankah terkadang seseorang berniat karena adanya rasa penasaran? Bisa jadi hal tersebut berlaku sama untuk kebiasaan membaca kita yang mulai memudar. Saya berharap setelah mengunjungi laman ini, teman-teman akan mengunjungi perpustakaan atau tokbuk dan mulai melahap satu demi satu dari mereka. Semoga.
Setiap buku yang saya baca tidak pernah sekalipun membuat saya kecewa. Sejelek apapun buku tersebut menurut “pembacaan” orang lain, tetap saja ada nilai positif yang bisa diambil hikmahnya. Oleh karena itu saya selalu menyediakan halaman khusus untuk setiap “the precious sentences” yang saya temukan. Dan untuk The song reader, nilai tersebut ada pada kalimat berikut:

Lelaki haruslah lebih menyenangkan dari sekedar memberi uang bulanan dan bersenang-senang di malam minggu. Harus ada pertalian jiwa, ikatan hati yang tak terpatahkan dan tak bisa disalahartikan sebagai harapan. Jika kau menemukan hal itu, percayalah, kau akan mengetahuinya [page 39 of 414]
Tipikal lelaki, hanya bersikap manis jika mereka membutuhkanmu. Tidak memiliki kemampuan untuk benar-benar peduli padamu. Selalu siap sedia untuk meninggalkanmu tanpa memberikan peringatan, bahkan tanpa mengatakan selamat tinggal [page 70 of 414]

Untuk rekomendasi yang saya tilik dari beberapa aspek (lima bintang ***** untuk kesempurnaan), saya beri tiga bintang *** untuk The song reader.
Salam hangat dan selamat membaca.




1 komentar on "The Song Reader"

Anonim mengatakan...

Terima kasih untuk reviewnya. Saya sudah memiliki novel ini lama, tapi mengabaikannya karena review yg satndar dari goodreads. Setelah baca review dari blog ini.. saya semangat buat melahapnya. Penasaran. Haha

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea