Rabu, November 6

White Mughals

Diposting oleh Orestilla di 08.35.00


Saya mulai membuka buku ini pada tanggal 9 September 2013 dan menyelesaikannya di pagi 5 November 2013 (butuh waktu hampir 2 bulan penuh untuk menyelesaikannya). Buku ini adalah buku sejarah pertama yang sukses bikin saya puyeng. Bahkan dalam proses menyelesaikannya saja saya sudah membaca beberapa buku, termasuk novel hebatnya Dan Brown, Inferno. Jika dibandingkan dengan karya Brown yang terakhir ini (masih banyak orang yang ogah membacanya karena jumlah halamannya yang cukup banyak), White Mughals bagi saya masih jauh menyulitkan.


White Mughals, narasi hebat ciptaan William Dalrymple ini bercerita tentang cinta dan skandal dalam sejarah kerajaan Islam Mughals pada akhir abad ke-18.
Hal pertama muncul dalam pikiran saya ketika membaca halaman-halaman pertama buku ini adalah, “sanggup nggak ya saya menyelesaikan buku ini hingga akhir?”
Dalrymple memang menyajikan bacaan yang sangat berbeda. Para pecinta non fiksi dengan alur ringan dan kata-kata yang mudah dicerna otak, sepertinya harus berpikir dua kali untuk melahap karya ini. Mengapa? Karena akan sangat susah sekali mencapai halaman terakhirnya di angka 460. Ada banyak buku dengan halaman yang lebih banyak daripada buku ini yang berhasil saya baca, namun White Mughals satu-satunya buku sampai saat ini yang menghabiskan cukup banyak waktu untuk benar-benar memahaminya.
Untuk kalimat pujian saja, Dalrymple menggaet 25 tokoh sentral dan penting diberbagai bidang. Dan hanya dengan membaca puji-pujian ini saja, saya sudah tertarik untuk membacanya. Walaupun pada saat itu saya sama sekali nggak kepikiran akan menemukan sebuah lubang penuh ilmu tentang sejarah Islam di India masa silam. Berikut satu diantara pujian tersebut yang akan membuat teman-teman bisa menilai sendiri, buku seperti apa yang diketengahkan oleh Dalrymple pada mata dunia.
“White Mughals lebih dari sekedar kisah cinta yang sedih dengan berakhir tragis. Kelebihan buku ini terletak pada upaya keras menggabungkan gambaran lebih besar daripada pertukaran budaya yang terjadi antara orang Inggris dan India, serta persatuan hati dan hasrat kedua ras tersebut. Berisi kisah epos dan pengetahuan sejarah yang luas, buku ini mengeksplorasi periode pra-Perjalanan ke India dan memiliki semua unsur film Hollywood ‘David Lean Magnum Opus’ [The Tribune on Sunday]
William Dalrymple sendiri adalah seorang penulis yang lahir di Skotlandia dan telah menyelesaikan lima buku sejarah, termasuk City of Djinns yang dianggap sebagai buku paling laris dan memenangi penghargaan Thomas Cook Travel Book Award pada 1994. Buku ini mulai ditulis pada musim semi 1997 dan butuh waktu 5 tahun untuk merampungkannya. Bisa diterima akal sehat ketika mendapati aspek yang dibahas dalam buku ini diceritakan dengan sangat detail. Memanfaatkan ratusan buku dan surat asli yang berusia ratusan tahun, Dalrymple menyusunnya satu persatu hingga mampu membuat pembaca merasa hidup di jaman tersebut.
Peta India tahuyn 1795 dan Hyderabad tahun 1805 mendiami halaman depan buku ini, kemudian diikuti oleh peta keluarga Shustari dan keluarga Kirkpatrick yang akan banyak dibahas dalam buku ini. Penokohan cerita juga disampaikan dalam bab khusus di awal cerita, memakan 10 halaman. Dan kesemuanya dituliskan sebelum ucapan terima kasih dari Dalrymple. Dari sini saja, saya sudah melihat sebuah perbedaan besar dibandingkan karya-karya besar penulis yang lain.
White Mughals menceritakan kisah cinta yang unik, menarik dan mengharukan antara James Achilles Kirkpatrick dengan Khair un-Nissa. James jatuh cinta pertama kalinya pada tahun 1798. Pada saat itu ia menjabat sebagai gubernur jenderal inggris di Istana Nizam di Hyderabad. Khair un-Nissa adalah putri keluarga bangsawan (cucu keponakan dari Perdana Menteri Nizam) yang masih berumur empat belas tahun.


Khair un-Nissa dalam sejarahnya kemudian dipandang sebagai wanita paling mulia, istri tercinta James Achilles Kirkpatrick. Hidupnya sangat memilukan. Pada suatu masa, dan ditengah masyarakat ketika seorang wanita tidak memiliki banyak kebebasan, pilihan dan pengaturan atas hidup mereka, Khair telah menentang adat, diancam akan dibunuh dan mempertaruhkan segalanya asal bisa bersama pria yang pada akhirnya berhasil dinikahinya, meskipun dia berasal dari kebudayaan dan ras yang berbeda, juga -pada awalnya- dari agama yang berbeda (karena dalam buku ini diceritakan tentang James yang akhirnya memilih untuk memeluk Islam). Kisah cintanya telah memisahkan keluarganya dan membawa dirinya, ibu (Sharaf un-Nissa0, neneknya (Durdanah Begum) dan suaminya ke jurang kehancuran. Kemudian -tepat ketika dia sepertinya telah mengatasi segala rintangan, dan berhasil mewujudkan mimpinya- suami serta anak-anaknya direnggut selamanya.
James memang meninggal jauh darinya. Beberapa bulan sebelumnya, Khair juga dipisahkan dari kedua anaknya yaitu Sahib Allum (William George Kirkpatrick) dan Sahib Begum (Katherine Aurora Kirkpatrick) yang dibawa kembali ke Inggris. Anak-anak yang tak lagi ia temui hingga kematian menjemputnya. Pada saat menjadi janda, dia dihina, lalu diasingkan dan akhirnya dicampakkan. Wanita yang dahulunya bersemangat, penuh cinta dan berparas cantik ini, akhirnya meninggal dunia karena hatinya yang hancur, setelah disia-siakan dan merasa berdukacita, selain dari penurunan kondisi fisiknya yang tampak.
Ada yang berpendapat bahwa kisah cinta Khair un-Nissa ini mengalahkan kisah cinta paling menyentuh yang berasal dari India sejak Shah Jehan dan Begum Mumtaz, yang kematiannya menginspirasi dibangunnya Taj Mahal. Kisah cinta James-Khair juga meninggalkan banyak monument sejarah, salah satunya Rumah Dinas Inggris yang dibangun James Achilles Kirkpatrick di Hyderabad. Rumah dinas ini sekarang menjadi Osmania Women’s College yang dikenal sebagai salah satu peninggalan jaman kolonial yang sangat penting di India. Namun strukturnya sangat buruk dan dimasukkan dalam daftar World Monument Fund sebagai seratus gedung paling berbahaya. Buku ini juga menyimpan beberapa foto dan lukisan asli pada jaman itu, termasuk lukisan kontemporer Khair un-Nissa yang dilukis pada kurun 1806-1807.
The precious sentence saya untuk buku ini adalah sebuah tulisan penghormatan yang ditulis pada batu nisan James Achilles Kirkpatrick yang meninggal di Kalkuta pada tanggal 15 Oktober 1805 dalam usia empat puluh satu tahun. Tulisan penghormatan yang dinilai agak berlebihan yang ditulis sesuai perintah Kolonel Tampal itu berbunyi:

Sebuah seni yang sangat penting, yang memiliki keahlian gaib
Yang dapat melunakkan karang dan menghidupkan bebatuan
Dengan tanda yang membekas di hati, mencerminkan pemikirannya
Dan membangkitkan bayangan sosok yang telah tiada!
Telah usai semua kerja keras, menyisakan ukiran penghormatan
Untuk meneruskan kebajikan ke dalam pelukanmu
Mengingat kebanggaan, kegembiraan dan keinginannya
Airmata seorang ayah, yang mengenang dengan dukacita
Ketika semua kebaikan itu masih nyata membuncah di dada
Memancarkan cahaya di peristirahatan yang tenang
Harapan disampaikan di atas keyakinan dan limpahan kasih sayang
Dengan doa sempurna “Penghargaan atas segala sifatnya sangatlah pantas.”

Buku ini memang lebih menyesakkan di bagian akhir. Kisah Khair un-Nissa yang menghadapi kematiannya tanpa didampingi suami dan anak-anak yang ia kasihi. Kisah Kitty (Katherine Aurora Kirkpatrick/ Sahib Begum) yang puluhan tahun berikutnya berhasil menjalin komunikasi kembali dengan neneknya  yang sudah tua renta. Kisah Sharaf un-Nissa yang akhirnya bisa meninggal dengan tenang karena telah berhasil mengirimkan sejumput rambut Khair un-Nissa untuk gadis kecilnya yang telah dewasa dan memberikannya empat orang cucu.
White Mughals ditutup dengan daftar kata dan catatan yang menghabiskan 45 halaman penuh. Kisah luar biasa. Kisah spektakuler dan sangat mengagumkan. Kunci khusus untuk bisa menikmati buku ini hanya satu, bersabarlah. Karena Dalrymple memang membuat kita kesulitan dalam menjalin hubungan akrab dengan kata dan kalimat yang ia gunakan, butuh waktu untuk memahami setiap penggalan narasi yang ia sampaikan. Namun jauh dari kesulitan itu, ada sebuah kisah cinta yang sangat membius.
Salam baca!



0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Rabu, November 6

White Mughals

Diposting oleh Orestilla di 08.35.00


Saya mulai membuka buku ini pada tanggal 9 September 2013 dan menyelesaikannya di pagi 5 November 2013 (butuh waktu hampir 2 bulan penuh untuk menyelesaikannya). Buku ini adalah buku sejarah pertama yang sukses bikin saya puyeng. Bahkan dalam proses menyelesaikannya saja saya sudah membaca beberapa buku, termasuk novel hebatnya Dan Brown, Inferno. Jika dibandingkan dengan karya Brown yang terakhir ini (masih banyak orang yang ogah membacanya karena jumlah halamannya yang cukup banyak), White Mughals bagi saya masih jauh menyulitkan.


White Mughals, narasi hebat ciptaan William Dalrymple ini bercerita tentang cinta dan skandal dalam sejarah kerajaan Islam Mughals pada akhir abad ke-18.
Hal pertama muncul dalam pikiran saya ketika membaca halaman-halaman pertama buku ini adalah, “sanggup nggak ya saya menyelesaikan buku ini hingga akhir?”
Dalrymple memang menyajikan bacaan yang sangat berbeda. Para pecinta non fiksi dengan alur ringan dan kata-kata yang mudah dicerna otak, sepertinya harus berpikir dua kali untuk melahap karya ini. Mengapa? Karena akan sangat susah sekali mencapai halaman terakhirnya di angka 460. Ada banyak buku dengan halaman yang lebih banyak daripada buku ini yang berhasil saya baca, namun White Mughals satu-satunya buku sampai saat ini yang menghabiskan cukup banyak waktu untuk benar-benar memahaminya.
Untuk kalimat pujian saja, Dalrymple menggaet 25 tokoh sentral dan penting diberbagai bidang. Dan hanya dengan membaca puji-pujian ini saja, saya sudah tertarik untuk membacanya. Walaupun pada saat itu saya sama sekali nggak kepikiran akan menemukan sebuah lubang penuh ilmu tentang sejarah Islam di India masa silam. Berikut satu diantara pujian tersebut yang akan membuat teman-teman bisa menilai sendiri, buku seperti apa yang diketengahkan oleh Dalrymple pada mata dunia.
“White Mughals lebih dari sekedar kisah cinta yang sedih dengan berakhir tragis. Kelebihan buku ini terletak pada upaya keras menggabungkan gambaran lebih besar daripada pertukaran budaya yang terjadi antara orang Inggris dan India, serta persatuan hati dan hasrat kedua ras tersebut. Berisi kisah epos dan pengetahuan sejarah yang luas, buku ini mengeksplorasi periode pra-Perjalanan ke India dan memiliki semua unsur film Hollywood ‘David Lean Magnum Opus’ [The Tribune on Sunday]
William Dalrymple sendiri adalah seorang penulis yang lahir di Skotlandia dan telah menyelesaikan lima buku sejarah, termasuk City of Djinns yang dianggap sebagai buku paling laris dan memenangi penghargaan Thomas Cook Travel Book Award pada 1994. Buku ini mulai ditulis pada musim semi 1997 dan butuh waktu 5 tahun untuk merampungkannya. Bisa diterima akal sehat ketika mendapati aspek yang dibahas dalam buku ini diceritakan dengan sangat detail. Memanfaatkan ratusan buku dan surat asli yang berusia ratusan tahun, Dalrymple menyusunnya satu persatu hingga mampu membuat pembaca merasa hidup di jaman tersebut.
Peta India tahuyn 1795 dan Hyderabad tahun 1805 mendiami halaman depan buku ini, kemudian diikuti oleh peta keluarga Shustari dan keluarga Kirkpatrick yang akan banyak dibahas dalam buku ini. Penokohan cerita juga disampaikan dalam bab khusus di awal cerita, memakan 10 halaman. Dan kesemuanya dituliskan sebelum ucapan terima kasih dari Dalrymple. Dari sini saja, saya sudah melihat sebuah perbedaan besar dibandingkan karya-karya besar penulis yang lain.
White Mughals menceritakan kisah cinta yang unik, menarik dan mengharukan antara James Achilles Kirkpatrick dengan Khair un-Nissa. James jatuh cinta pertama kalinya pada tahun 1798. Pada saat itu ia menjabat sebagai gubernur jenderal inggris di Istana Nizam di Hyderabad. Khair un-Nissa adalah putri keluarga bangsawan (cucu keponakan dari Perdana Menteri Nizam) yang masih berumur empat belas tahun.


Khair un-Nissa dalam sejarahnya kemudian dipandang sebagai wanita paling mulia, istri tercinta James Achilles Kirkpatrick. Hidupnya sangat memilukan. Pada suatu masa, dan ditengah masyarakat ketika seorang wanita tidak memiliki banyak kebebasan, pilihan dan pengaturan atas hidup mereka, Khair telah menentang adat, diancam akan dibunuh dan mempertaruhkan segalanya asal bisa bersama pria yang pada akhirnya berhasil dinikahinya, meskipun dia berasal dari kebudayaan dan ras yang berbeda, juga -pada awalnya- dari agama yang berbeda (karena dalam buku ini diceritakan tentang James yang akhirnya memilih untuk memeluk Islam). Kisah cintanya telah memisahkan keluarganya dan membawa dirinya, ibu (Sharaf un-Nissa0, neneknya (Durdanah Begum) dan suaminya ke jurang kehancuran. Kemudian -tepat ketika dia sepertinya telah mengatasi segala rintangan, dan berhasil mewujudkan mimpinya- suami serta anak-anaknya direnggut selamanya.
James memang meninggal jauh darinya. Beberapa bulan sebelumnya, Khair juga dipisahkan dari kedua anaknya yaitu Sahib Allum (William George Kirkpatrick) dan Sahib Begum (Katherine Aurora Kirkpatrick) yang dibawa kembali ke Inggris. Anak-anak yang tak lagi ia temui hingga kematian menjemputnya. Pada saat menjadi janda, dia dihina, lalu diasingkan dan akhirnya dicampakkan. Wanita yang dahulunya bersemangat, penuh cinta dan berparas cantik ini, akhirnya meninggal dunia karena hatinya yang hancur, setelah disia-siakan dan merasa berdukacita, selain dari penurunan kondisi fisiknya yang tampak.
Ada yang berpendapat bahwa kisah cinta Khair un-Nissa ini mengalahkan kisah cinta paling menyentuh yang berasal dari India sejak Shah Jehan dan Begum Mumtaz, yang kematiannya menginspirasi dibangunnya Taj Mahal. Kisah cinta James-Khair juga meninggalkan banyak monument sejarah, salah satunya Rumah Dinas Inggris yang dibangun James Achilles Kirkpatrick di Hyderabad. Rumah dinas ini sekarang menjadi Osmania Women’s College yang dikenal sebagai salah satu peninggalan jaman kolonial yang sangat penting di India. Namun strukturnya sangat buruk dan dimasukkan dalam daftar World Monument Fund sebagai seratus gedung paling berbahaya. Buku ini juga menyimpan beberapa foto dan lukisan asli pada jaman itu, termasuk lukisan kontemporer Khair un-Nissa yang dilukis pada kurun 1806-1807.
The precious sentence saya untuk buku ini adalah sebuah tulisan penghormatan yang ditulis pada batu nisan James Achilles Kirkpatrick yang meninggal di Kalkuta pada tanggal 15 Oktober 1805 dalam usia empat puluh satu tahun. Tulisan penghormatan yang dinilai agak berlebihan yang ditulis sesuai perintah Kolonel Tampal itu berbunyi:

Sebuah seni yang sangat penting, yang memiliki keahlian gaib
Yang dapat melunakkan karang dan menghidupkan bebatuan
Dengan tanda yang membekas di hati, mencerminkan pemikirannya
Dan membangkitkan bayangan sosok yang telah tiada!
Telah usai semua kerja keras, menyisakan ukiran penghormatan
Untuk meneruskan kebajikan ke dalam pelukanmu
Mengingat kebanggaan, kegembiraan dan keinginannya
Airmata seorang ayah, yang mengenang dengan dukacita
Ketika semua kebaikan itu masih nyata membuncah di dada
Memancarkan cahaya di peristirahatan yang tenang
Harapan disampaikan di atas keyakinan dan limpahan kasih sayang
Dengan doa sempurna “Penghargaan atas segala sifatnya sangatlah pantas.”

Buku ini memang lebih menyesakkan di bagian akhir. Kisah Khair un-Nissa yang menghadapi kematiannya tanpa didampingi suami dan anak-anak yang ia kasihi. Kisah Kitty (Katherine Aurora Kirkpatrick/ Sahib Begum) yang puluhan tahun berikutnya berhasil menjalin komunikasi kembali dengan neneknya  yang sudah tua renta. Kisah Sharaf un-Nissa yang akhirnya bisa meninggal dengan tenang karena telah berhasil mengirimkan sejumput rambut Khair un-Nissa untuk gadis kecilnya yang telah dewasa dan memberikannya empat orang cucu.
White Mughals ditutup dengan daftar kata dan catatan yang menghabiskan 45 halaman penuh. Kisah luar biasa. Kisah spektakuler dan sangat mengagumkan. Kunci khusus untuk bisa menikmati buku ini hanya satu, bersabarlah. Karena Dalrymple memang membuat kita kesulitan dalam menjalin hubungan akrab dengan kata dan kalimat yang ia gunakan, butuh waktu untuk memahami setiap penggalan narasi yang ia sampaikan. Namun jauh dari kesulitan itu, ada sebuah kisah cinta yang sangat membius.
Salam baca!



0 komentar on "White Mughals "

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea