Senin, November 11

Stephenie Meyer - The Host

Diposting oleh Orestilla di 08.31.00


Bumi mati. Setidaknya bumi yang seperti hari ini kita tempati. Setelahnya akan datang penguasa dari sebuah tempat yang tak terdeteksi oleh kita - sepertinya makhluk luar angkasa - yang mendiami bumi kita dengan memusnahkan manusia sebagai syaratnya. Bukan. Bukan manusia dalam arti raga, namun jiwa. Iya. Jiwa manusia digantikan oleh jiwa-jiwa yang baru, kemudian tubuh si manusia akan kembali hidup seperti sedia kala di bumi yang kita cinta.


Nama Stephenie Meyer melambung ketika karya besarnya, tetralogi Twilight, New Moon, Eclipse, Breaking Dawn, menguasai pasar buku dunia. Ditambah lagi dengan difilmkannya karya-karya tersebut. Masih akan sangat segar dalam ingatan kita akan akting memukau Kirsten Steward dan Robert Pattison dalam film-film tersebut. Namun ada satu buku yang kemudian menambah daftar pengagum Meyer. Ialah The Host (Sang Pengelana). Buku dua dunia yang tak lagi membahas percintaan manusia dan vampire, tapi manusia dan makhluk luar angkasa tak kasatmata.
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2008. Bagi saya pribadi tak pernah ada kata terlambat walau pada faktanya saya baru menyelesaikan setelah kurang lebih 5 tahun buku ini beredar di pasaran. Buku dengan 770 halaman ini saya bereskan kurang dari satu minggu saja. Pemilihan katanya memang tidaklah serumit karya Paulo Coelho, Scott Fitzgerald, apalagi William Dalrymple. Sama seperti Inferno-nya Dan Brown, The Host membawa kita pada sebuah petualangan dan pemikiran yang membuat saya merasa sedang menonton pertunjukan demi pertunjukan di depan sebuah layar televisi. Ceritanya hidup.
Kisah bermula saat satu jiwa bernama Wanderer (dalam cerita kemudian dikenal dengan Wanda) disisipkan pada tubuh manusia Mellanie Stryder. Tidak seperti jutaan penyisipan yang lain, jiwa Mellanie melakukan penolakan dan membawa Wanda pada ingatan-ingatan tajam masa lalunya. Sesuatu yang sangat menyusahkan Wanda. Bisa dibayangkan bagaimana jika dalam kehidupan kita selalu dihantui oleh pemikiran-pemikiran yang seakan bercokol didalam otak kita sendiri. Mengerikan bukan?
Ingatan itu pula lah yang akhirnya membawa Wanda pada kenangan akan dua lelaki yang ia cinta. Kekasihnya Jared dan adik kecilnya Jamie. Kenangan yang kemudian membuatnya melangkah mencari kedua lelaki tersebut. Namun ketika berhasil menemukan mereka, Jared dan Jamie bukan lagi keluarganya. Mereka menolak Wanda, terutama Jared. Itu semua karena yang hadir saat ini di depan mereka bukan lagi perempuan yang mereka cintai, Mellanie. Walaupun entah karena alasan apa, Wanda mulai merasakan getaran cinta pada keduanya. Ingatan Mellanie semakin mempengaruhinya. Sekejab, keinginan-mimpi-harapan-kerinduan yang dimiliki oleh Mellanie menjadi miliknya juga.
Namun jiwa pun memiliki cinta. Hal yang awalnya ditolak mati-matian oleh sekelompok manusia yang berhasil dikumpulkan oleh Jeb (paman Mellanie) dalam gua bawah tanah miliknya. Kesungguhan, ketulusan, kasih sayang yang ditunjukkan oleh Wanda (dalam tubuh Mellanie sebagai inangnya) membuat hati-hati yang awalnya beku menjadi cair kembali. Ketika cinta itu menguat dan ketergantungan beberapa hati mulai membebani hidupnya, Wanda memutuskan untuk pergi. Tidak hanya pindah ke inang atau dunia yang lain. Tapi benar-benar pergi untuk mati dan dikuburkan layaknya manusia bumi.
Keputusannya memberi pukulan telak pada orang-orang yang sudah sangat mencintainya. Tak terkecuali Jared. Walau menginginkan Mellanie kembali, ia tidak tega membunuh Wanda sebagai syarat utamanya. Karena saat jiwa Wanda dikeluarkan dari raganya, Mellanie akan kembali dan Wanda akan mati.
Konflik juga muncul saat Wanda menyadari bahwa cintanya jatuh pada pengawal pribadi yang sudah membelanya sedari awal, Ian. Lelaki yang mencintainya jiwanya, bukan tubuh manusianya. Disaat Wanda mengharapkan kehadiran Ian, Mellanie malah menangis rindu akan dekapan Jared. Kisah cinta yang sangat rumit dan komplit menurut saya.
Pergolakan hati seperti ini jugalah yang akan dirasakan oleh pembaca. Meyer membawa kita pada sebuah masa dimana bumi sudah dikuasai oleh makhluk asing. Waktu dimana jiwa manusia menjadi hal yang sudah sangat langka. Waktu dimana jiwa-jiwa mereka sudah mengambil alih segalanya. Petualangan Wanda (bersama Mellanie dalam pemikirannya), Jared, Jeb, Jamie, Ian, Kyle dan puluhan orang lain akan membawa pembaca larut dan sekali lagi, tak akan mau meletakkan buku ini hingga akhir.
Buku ini juga menggambarkan bahwa alien -makhluk asing- ini tak seburuk yang kita bayangkan. Mereka dengan caranya sendiri memiliki cinta sejati yang sangat tulus, melebihi cinta manusia itu sendiri. Keberlangsungan hidup mereka yang tak mengenal kekerasan, kebohongan dan keburukan lainnya, membuat saya menarik satu kesimpulan besar, “Meyer menginginkan kita hidup dengan lebih baik agar nanti tak akan ada makhluk asing yang berniat mengganti jiwa-jiwa buruk kita dengan jiwa-jiwa mereka yang jauh lebih murni”.
The Precious Sentence yang saya temukan di halaman 715 mengungkapkan perasaan terdalam Wanda pada Ian. Kalimat yang ia ucapkan di malam terakhir ia hidup dalam tubuh inangnya. Kalimat yang terucap ketika Mellanie dengan hati-hati melangkah dalam ceruk tergelap otak mereka, memberikan waktu yang cukup pada Wanda untuk mengucapkan selamat tinggal pada kekasih manusianya. Kalimat yang membuat hati saya sendiri ikut bergetar sedih karenanya.
“Aku, jiwa yang disebut Wanderer, mencintaimu, manusia yang bernama Ian. Dan itu tak kan pernah berubah, tak peduli akan menjadi apa aku nantinya”.
The Host adalah salah satu buku yang keren untuk diselami. Selamat membaca.
Salam!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, November 11

Stephenie Meyer - The Host

Diposting oleh Orestilla di 08.31.00


Bumi mati. Setidaknya bumi yang seperti hari ini kita tempati. Setelahnya akan datang penguasa dari sebuah tempat yang tak terdeteksi oleh kita - sepertinya makhluk luar angkasa - yang mendiami bumi kita dengan memusnahkan manusia sebagai syaratnya. Bukan. Bukan manusia dalam arti raga, namun jiwa. Iya. Jiwa manusia digantikan oleh jiwa-jiwa yang baru, kemudian tubuh si manusia akan kembali hidup seperti sedia kala di bumi yang kita cinta.


Nama Stephenie Meyer melambung ketika karya besarnya, tetralogi Twilight, New Moon, Eclipse, Breaking Dawn, menguasai pasar buku dunia. Ditambah lagi dengan difilmkannya karya-karya tersebut. Masih akan sangat segar dalam ingatan kita akan akting memukau Kirsten Steward dan Robert Pattison dalam film-film tersebut. Namun ada satu buku yang kemudian menambah daftar pengagum Meyer. Ialah The Host (Sang Pengelana). Buku dua dunia yang tak lagi membahas percintaan manusia dan vampire, tapi manusia dan makhluk luar angkasa tak kasatmata.
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2008. Bagi saya pribadi tak pernah ada kata terlambat walau pada faktanya saya baru menyelesaikan setelah kurang lebih 5 tahun buku ini beredar di pasaran. Buku dengan 770 halaman ini saya bereskan kurang dari satu minggu saja. Pemilihan katanya memang tidaklah serumit karya Paulo Coelho, Scott Fitzgerald, apalagi William Dalrymple. Sama seperti Inferno-nya Dan Brown, The Host membawa kita pada sebuah petualangan dan pemikiran yang membuat saya merasa sedang menonton pertunjukan demi pertunjukan di depan sebuah layar televisi. Ceritanya hidup.
Kisah bermula saat satu jiwa bernama Wanderer (dalam cerita kemudian dikenal dengan Wanda) disisipkan pada tubuh manusia Mellanie Stryder. Tidak seperti jutaan penyisipan yang lain, jiwa Mellanie melakukan penolakan dan membawa Wanda pada ingatan-ingatan tajam masa lalunya. Sesuatu yang sangat menyusahkan Wanda. Bisa dibayangkan bagaimana jika dalam kehidupan kita selalu dihantui oleh pemikiran-pemikiran yang seakan bercokol didalam otak kita sendiri. Mengerikan bukan?
Ingatan itu pula lah yang akhirnya membawa Wanda pada kenangan akan dua lelaki yang ia cinta. Kekasihnya Jared dan adik kecilnya Jamie. Kenangan yang kemudian membuatnya melangkah mencari kedua lelaki tersebut. Namun ketika berhasil menemukan mereka, Jared dan Jamie bukan lagi keluarganya. Mereka menolak Wanda, terutama Jared. Itu semua karena yang hadir saat ini di depan mereka bukan lagi perempuan yang mereka cintai, Mellanie. Walaupun entah karena alasan apa, Wanda mulai merasakan getaran cinta pada keduanya. Ingatan Mellanie semakin mempengaruhinya. Sekejab, keinginan-mimpi-harapan-kerinduan yang dimiliki oleh Mellanie menjadi miliknya juga.
Namun jiwa pun memiliki cinta. Hal yang awalnya ditolak mati-matian oleh sekelompok manusia yang berhasil dikumpulkan oleh Jeb (paman Mellanie) dalam gua bawah tanah miliknya. Kesungguhan, ketulusan, kasih sayang yang ditunjukkan oleh Wanda (dalam tubuh Mellanie sebagai inangnya) membuat hati-hati yang awalnya beku menjadi cair kembali. Ketika cinta itu menguat dan ketergantungan beberapa hati mulai membebani hidupnya, Wanda memutuskan untuk pergi. Tidak hanya pindah ke inang atau dunia yang lain. Tapi benar-benar pergi untuk mati dan dikuburkan layaknya manusia bumi.
Keputusannya memberi pukulan telak pada orang-orang yang sudah sangat mencintainya. Tak terkecuali Jared. Walau menginginkan Mellanie kembali, ia tidak tega membunuh Wanda sebagai syarat utamanya. Karena saat jiwa Wanda dikeluarkan dari raganya, Mellanie akan kembali dan Wanda akan mati.
Konflik juga muncul saat Wanda menyadari bahwa cintanya jatuh pada pengawal pribadi yang sudah membelanya sedari awal, Ian. Lelaki yang mencintainya jiwanya, bukan tubuh manusianya. Disaat Wanda mengharapkan kehadiran Ian, Mellanie malah menangis rindu akan dekapan Jared. Kisah cinta yang sangat rumit dan komplit menurut saya.
Pergolakan hati seperti ini jugalah yang akan dirasakan oleh pembaca. Meyer membawa kita pada sebuah masa dimana bumi sudah dikuasai oleh makhluk asing. Waktu dimana jiwa manusia menjadi hal yang sudah sangat langka. Waktu dimana jiwa-jiwa mereka sudah mengambil alih segalanya. Petualangan Wanda (bersama Mellanie dalam pemikirannya), Jared, Jeb, Jamie, Ian, Kyle dan puluhan orang lain akan membawa pembaca larut dan sekali lagi, tak akan mau meletakkan buku ini hingga akhir.
Buku ini juga menggambarkan bahwa alien -makhluk asing- ini tak seburuk yang kita bayangkan. Mereka dengan caranya sendiri memiliki cinta sejati yang sangat tulus, melebihi cinta manusia itu sendiri. Keberlangsungan hidup mereka yang tak mengenal kekerasan, kebohongan dan keburukan lainnya, membuat saya menarik satu kesimpulan besar, “Meyer menginginkan kita hidup dengan lebih baik agar nanti tak akan ada makhluk asing yang berniat mengganti jiwa-jiwa buruk kita dengan jiwa-jiwa mereka yang jauh lebih murni”.
The Precious Sentence yang saya temukan di halaman 715 mengungkapkan perasaan terdalam Wanda pada Ian. Kalimat yang ia ucapkan di malam terakhir ia hidup dalam tubuh inangnya. Kalimat yang terucap ketika Mellanie dengan hati-hati melangkah dalam ceruk tergelap otak mereka, memberikan waktu yang cukup pada Wanda untuk mengucapkan selamat tinggal pada kekasih manusianya. Kalimat yang membuat hati saya sendiri ikut bergetar sedih karenanya.
“Aku, jiwa yang disebut Wanderer, mencintaimu, manusia yang bernama Ian. Dan itu tak kan pernah berubah, tak peduli akan menjadi apa aku nantinya”.
The Host adalah salah satu buku yang keren untuk diselami. Selamat membaca.
Salam!

0 komentar on "Stephenie Meyer - The Host"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea