Jumat, Februari 17

Untukmu sang pecundang

Diposting oleh Orestilla di 10.40.00
Seorang ibu berjalan tertatih untuk kemudian duduk didepanku, menatap mataku, lama. Ada semburan kelelahan di mata tuanya. Ada gumpalan kekecewaan tertanam di naluri terdalamnya. Ketiadaan yang terbaca olehku walau tanpa pengucapan tegas dari mulutnya.

Ingin menggenggam tangannya, memeluk tubuh ringkihnya dan berkata, "Kelak..Tuhan akan mengembalikan lagi apa yang sudah tercatat sebagai milikmu selama ini". Tapi jawaban yang kudapat hanya deraian airmata. Dimanakah putra yang telah memberikan kesakitan itu di raga tuanya? Tak ada kah sedikitpun kasih sayang atau bahkan secuil rasa iba dihatinya? Betapa hanya untuk kesenangan dunia, dia telah melupakan kehadiran seorang wanita yang telah mengantarkannya hidup di dunia ini.


Kamu..seseorang yang telah menghadiahkan luka dihatinya..
Seandainya ada kekuatan lebih padaku, akan kujemput dan kulemparkan tubuhmu untuk bersujud dikakinya. Memintamu untuk tidak lagi menjadi seorang pecundang yang hanya bisa tertawa diatas penderitaan seorang wanita yang sangat menyayangimu. Tapi aku tak bisa melakukan apapun. Hanya menemaninya dengan airmata yang sama. Mengantarkan permintaanku pada Sang Khalik, Sang Maha Pemberi Bantuan yang kupercaya akan membantuku untuk menyampaikan sebuah hidayah untukmu. Berbalik arahlah. Tatap mata sendunya dan peluklah ia. Bahagiakan hatinya disaat Tuhan masih memberimu kesempatan, disaat masih ada satu tarikan nafas di raga tuanya. Ingatlah ketika semua orang meninggalkanmu, hanya dirinya yang mampu mendekap tubuhmu dengan kehangatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Jumat, Februari 17

Untukmu sang pecundang

Diposting oleh Orestilla di 10.40.00
Seorang ibu berjalan tertatih untuk kemudian duduk didepanku, menatap mataku, lama. Ada semburan kelelahan di mata tuanya. Ada gumpalan kekecewaan tertanam di naluri terdalamnya. Ketiadaan yang terbaca olehku walau tanpa pengucapan tegas dari mulutnya.

Ingin menggenggam tangannya, memeluk tubuh ringkihnya dan berkata, "Kelak..Tuhan akan mengembalikan lagi apa yang sudah tercatat sebagai milikmu selama ini". Tapi jawaban yang kudapat hanya deraian airmata. Dimanakah putra yang telah memberikan kesakitan itu di raga tuanya? Tak ada kah sedikitpun kasih sayang atau bahkan secuil rasa iba dihatinya? Betapa hanya untuk kesenangan dunia, dia telah melupakan kehadiran seorang wanita yang telah mengantarkannya hidup di dunia ini.


Kamu..seseorang yang telah menghadiahkan luka dihatinya..
Seandainya ada kekuatan lebih padaku, akan kujemput dan kulemparkan tubuhmu untuk bersujud dikakinya. Memintamu untuk tidak lagi menjadi seorang pecundang yang hanya bisa tertawa diatas penderitaan seorang wanita yang sangat menyayangimu. Tapi aku tak bisa melakukan apapun. Hanya menemaninya dengan airmata yang sama. Mengantarkan permintaanku pada Sang Khalik, Sang Maha Pemberi Bantuan yang kupercaya akan membantuku untuk menyampaikan sebuah hidayah untukmu. Berbalik arahlah. Tatap mata sendunya dan peluklah ia. Bahagiakan hatinya disaat Tuhan masih memberimu kesempatan, disaat masih ada satu tarikan nafas di raga tuanya. Ingatlah ketika semua orang meninggalkanmu, hanya dirinya yang mampu mendekap tubuhmu dengan kehangatan.

0 komentar on "Untukmu sang pecundang"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea