Rabu, Agustus 27

Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 3

Diposting oleh Orestilla di 11.29.00


DUA HATI SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA

Kamis/ 21 Agustus 2014, Meulaboh - Aceh

Siapa bilang tidur di SPBU itu tidak menyenangkan? Hahaha. Buktinya untuk kali yang pertama, saya tetap tidur dengan nyenyak. Mungkin karena capek atau mungkin juga karena tidurnya masih sama suami. Jiaahhh. Hahahaha. Untuk catatan, di Aceh, SPBU dinamakan galon. Bingung? Sama. Jadi ceritanya tadi malam itu kami bobo indah di galon. Wahahahaha. 

Perjalanan kami mulai pada pukul 09.00 pagi ini. Target jam 12.00 siang sudah standby di pelabuhan karena menurut informasi dari purna praja asal Sabang, Adi, kapal angkutan mobil sudah siap di jam tersebut. Jalanan menuju Banda Aceh luar biasa keren. Seperti halnya tol di Jakarta sana. Mulus. Laut di sisi kiri Subhanallah menakjubkan. Berkali-kali mas suami mengucap syukur pada Illahi Rabbi. Aceh memang fantastis. Empat jempol dari kami.

Mejeng dulu bareng Pikun. Ini pantai pertama yang kami jumpai.
 
Dari jauh sudah kelihatan pantai berikutnya. Its so amazing!

Jalan lintas barat selatan Aceh mulus dan lurus

Rambu-rambu ini akan sering sekali kita temui selama di perjalanan. Jadi berhati-hatilah jika melewati daerah ini jika tak ingin mobil kesayanganmu diseruduk sapi. hahaha


Beberapa kilometer menjelang kawasan Gunung Geureut, kami bertemu dengan empat kendaraan bermotor roda dua dengan nomor plat Sumatera Barat yang juga sedang melakukan touring ke Sabang – Aceh. Ketika berpapasan untuk yang kedua kalinya, mas suami berhenti dan turun dari mobil, kemudian ngobrol asyik dengan mereka. 

Mas suami itu cinta setengah mati dengan angkatan 18. Makanya beliau wajib foto di kilometer 18 menuju Banda Aceh. Ckckckck


Perjalanan melintasi kawasan Gunung Geureut amat sangat menakjubkan. Ketika berada di sisi gunung yang menghadap ke arah laut, kita akan melihat lautan luas tanpa batas. Sementara di sisi lain, tebing curam dan tinggi. Setibanya di puncak, akan kita temui beberapa kedai kecil yang menyediakan kopi tubruk aceh diramu dengan view lautan hindia. 15 menit meninggalkan Geureut yang indah, kita akan bertemu lagi dengan Gunung Kulu. Hamparan pantai yang terlihat dari ketinggian tak kalah hebatnya ketika kita berada di Geureut.

Jalanan menuju puncak Geurute. Adem.
 
Ini dia puncak Geurute yang terkenal itu. Keren kan ya? Sayang, kami tak sempat mampir. Takut ketinggalan kapal yang mau merapat ke Sabang. Di puncak Geurute ini ada banyak kedai kopi loh teman-teman :)
Setelah puas menikmati pantai dari ketinggian, kami melanjutkan perjalanan yang tersisa beberapa kilometer lagi menuju Banda Aceh, tepatnya Pelabuhan Ulee Leehue, untuk kemudian berlabuh di Pulau Sabang. Jalanan lancar dan terkendali. Mas suami bilang, mungkin lintas sumatera terbaik ada di Aceh. Benar-benar memuaskan pengemudi. Namun ada satu hal yang mesti diperhatikan. Jalan menuju Banda Aceh dari Meulaboh seringkali terganggu dengan segerombolan sapi atau kerbau. Maka jangan heran jika di perjalanan, anda akan menemukan banyak sekali rambu-rambu lalu lintas yang memperingatkan kita akan keberadaan hewan-hewan tersebut. Hal yang sama juga diingatkan kepada kami oleh Bang Brata. Beliau adalah anggota Koetaradja Volkswagen Club, yang sedari awal memantau perkembangan perjalanan kami.

Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Walau menunggu untuk hal yang indah sekalipun. Adi memberitahu kami bahwasanya kapal akan berangkat pada pukul 2 siang sehingga jam 12 teng kami sudah sampai di pelabuhan. Ternyata oh teryata kapal baru berangkat pukul 4 sore. Jadilah akhirnya kami menggembel berdua di pelabuhan nan panasnya Wallahuakbar ini. Jam di laptop menunjukkan angka 02:50 WIB. Belum ada tanda-tanda kedatangan kapal, sementara penumpang yang akan berangkat menuju Sabang sudah membludak.

Di pelabuhan kami bertemu lagi dengan lima sekawan asal Padang yang sedang melakukan touring YVCI (Yamaha Vision Club Indonesia). Mas suami dengan senang hati mengajak mereka ngopi-ngopi di mobil. Setelah menunggu sekian jam, akhirnya pada pukul 4 sore kami bertolak menuju Sabang. Tiket penyeberangan per orang adalah Rp 25.000,-. Sementara kendaraan yang kami bawa dikenakan biaya Rp. 190.000,-. Menurut penjelasan Pak Cik (bapak ini dikenalkan oleh bang Yudhi Herbie yang beberapa bulan lalu bertemu dengan kami di Kota Solok ketika melakukan touring tunggal Volkswagen ke seluruh wilayah Indonesia), kapal akan merapat 2,5 jam dari waktu keberangkatan. 

Pikun nongkrong paling depan di pelabuhan.

Laut Indonesia memang gagah dan indah. Demikian yang saya rasakan ketika berada diatas laut menuju Sabang. Kapal feri yang memuat kendaraan dan penumpang tersebut tidaklah terlalu besar sehingga guncangan sangat terasa walaupun kita berada di lantai paling atas. Apalagi ketika saya dan mas suami melaksanakan ibadah shalat Ashar disana.

Kami berlayar dulu yaaaaa...

Suara kapal yang bising memberitahu saya bahwasanya pelabuhan sudah dekat. Sabang telah terlihat di depan mata. Saya mengucap syukur akhirnya bisa menyempatkan diri menjejakkan kaki ke tanah paling barat milik Indonesia. Saya juga tahu bahwasanya mas suami lega dan puas karena keinginannya untuk berbulan madu dan mengajak istrinya, akhirnya kesampaian. Di Sabang kami sudah ditunggu oleh Adi. Untuk melepas penat selama di perjalanan, Adi mengajak kami untuk makan dan minum kopi khas Aceh. 

Jujur, saya ingiiiiin sekali menginap di Casanemo di daerah Sumur Tiga, Sabang. Tempatnya benar-benar menakjubkan untuk berbulan madu. Untuk harga, kisaran 400rb sudah ada kamar yang tersedia. Namun sayangnya, kami kehabisan tempat karena tidak booking jauh-jauh hari. Ketika berada di resepsionis Casanemo, tamu yang sedang santap malam kebanyakan turis asing. Ah. Saya dan mas suami melewatkan kesempatan bagus di tempat ini. Sedih.

Pilihan berikutnya jatuh ke resort yang terletak disebelahnya. Namun ketiadaan kamar yang menghadap laut, kami batalkan sekali lagi. Bingung. Akhirnya Adi mengajak kami ke Anoi Itam Resort. Tempatnya lumayan jauh dibandingkan Casanemo Resort. Butuh waktu setengah jam dari pusat kota. Namun Adi menjanjikan bahwasanya tempat tersebut jauh lebih menarik, dengan pengorbanan, biaya yang dikeluarkan memang 2 kali lipat lebih banyak. Oke. Mas suami menyanggupi asal kami mendapatkan tempat terbaik di tempat ini.

Maka jadilah malam ini kami menginap di Resort terbaik kedua di Sabang. Hahaha. Memang jauh dari planning kami semula, namun apa saja yang bisa meninggalkan kenangan indah tentang tempat ini, kami akan lakukan. Haha. 

Ini dia beberapa sudut Anoi Itam Resort yang bisa dijadikan referensi kalau teman-teman mau menginap di Sabang:











 
See ya. Kaka lala mau rehat dulu. Hari esok akan sangat melelahkan, dan membahagiakan tentunya. Bye.

1 komentar:

erizal.volkswork mengatakan...

Fotonya kurang banyak buk broo. Tapi yang ada vw nya yaa. Klu orangnya gak usah

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Rabu, Agustus 27

Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 3

Diposting oleh Orestilla di 11.29.00


DUA HATI SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA

Kamis/ 21 Agustus 2014, Meulaboh - Aceh

Siapa bilang tidur di SPBU itu tidak menyenangkan? Hahaha. Buktinya untuk kali yang pertama, saya tetap tidur dengan nyenyak. Mungkin karena capek atau mungkin juga karena tidurnya masih sama suami. Jiaahhh. Hahahaha. Untuk catatan, di Aceh, SPBU dinamakan galon. Bingung? Sama. Jadi ceritanya tadi malam itu kami bobo indah di galon. Wahahahaha. 

Perjalanan kami mulai pada pukul 09.00 pagi ini. Target jam 12.00 siang sudah standby di pelabuhan karena menurut informasi dari purna praja asal Sabang, Adi, kapal angkutan mobil sudah siap di jam tersebut. Jalanan menuju Banda Aceh luar biasa keren. Seperti halnya tol di Jakarta sana. Mulus. Laut di sisi kiri Subhanallah menakjubkan. Berkali-kali mas suami mengucap syukur pada Illahi Rabbi. Aceh memang fantastis. Empat jempol dari kami.

Mejeng dulu bareng Pikun. Ini pantai pertama yang kami jumpai.
 
Dari jauh sudah kelihatan pantai berikutnya. Its so amazing!

Jalan lintas barat selatan Aceh mulus dan lurus

Rambu-rambu ini akan sering sekali kita temui selama di perjalanan. Jadi berhati-hatilah jika melewati daerah ini jika tak ingin mobil kesayanganmu diseruduk sapi. hahaha


Beberapa kilometer menjelang kawasan Gunung Geureut, kami bertemu dengan empat kendaraan bermotor roda dua dengan nomor plat Sumatera Barat yang juga sedang melakukan touring ke Sabang – Aceh. Ketika berpapasan untuk yang kedua kalinya, mas suami berhenti dan turun dari mobil, kemudian ngobrol asyik dengan mereka. 

Mas suami itu cinta setengah mati dengan angkatan 18. Makanya beliau wajib foto di kilometer 18 menuju Banda Aceh. Ckckckck


Perjalanan melintasi kawasan Gunung Geureut amat sangat menakjubkan. Ketika berada di sisi gunung yang menghadap ke arah laut, kita akan melihat lautan luas tanpa batas. Sementara di sisi lain, tebing curam dan tinggi. Setibanya di puncak, akan kita temui beberapa kedai kecil yang menyediakan kopi tubruk aceh diramu dengan view lautan hindia. 15 menit meninggalkan Geureut yang indah, kita akan bertemu lagi dengan Gunung Kulu. Hamparan pantai yang terlihat dari ketinggian tak kalah hebatnya ketika kita berada di Geureut.

Jalanan menuju puncak Geurute. Adem.
 
Ini dia puncak Geurute yang terkenal itu. Keren kan ya? Sayang, kami tak sempat mampir. Takut ketinggalan kapal yang mau merapat ke Sabang. Di puncak Geurute ini ada banyak kedai kopi loh teman-teman :)
Setelah puas menikmati pantai dari ketinggian, kami melanjutkan perjalanan yang tersisa beberapa kilometer lagi menuju Banda Aceh, tepatnya Pelabuhan Ulee Leehue, untuk kemudian berlabuh di Pulau Sabang. Jalanan lancar dan terkendali. Mas suami bilang, mungkin lintas sumatera terbaik ada di Aceh. Benar-benar memuaskan pengemudi. Namun ada satu hal yang mesti diperhatikan. Jalan menuju Banda Aceh dari Meulaboh seringkali terganggu dengan segerombolan sapi atau kerbau. Maka jangan heran jika di perjalanan, anda akan menemukan banyak sekali rambu-rambu lalu lintas yang memperingatkan kita akan keberadaan hewan-hewan tersebut. Hal yang sama juga diingatkan kepada kami oleh Bang Brata. Beliau adalah anggota Koetaradja Volkswagen Club, yang sedari awal memantau perkembangan perjalanan kami.

Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Walau menunggu untuk hal yang indah sekalipun. Adi memberitahu kami bahwasanya kapal akan berangkat pada pukul 2 siang sehingga jam 12 teng kami sudah sampai di pelabuhan. Ternyata oh teryata kapal baru berangkat pukul 4 sore. Jadilah akhirnya kami menggembel berdua di pelabuhan nan panasnya Wallahuakbar ini. Jam di laptop menunjukkan angka 02:50 WIB. Belum ada tanda-tanda kedatangan kapal, sementara penumpang yang akan berangkat menuju Sabang sudah membludak.

Di pelabuhan kami bertemu lagi dengan lima sekawan asal Padang yang sedang melakukan touring YVCI (Yamaha Vision Club Indonesia). Mas suami dengan senang hati mengajak mereka ngopi-ngopi di mobil. Setelah menunggu sekian jam, akhirnya pada pukul 4 sore kami bertolak menuju Sabang. Tiket penyeberangan per orang adalah Rp 25.000,-. Sementara kendaraan yang kami bawa dikenakan biaya Rp. 190.000,-. Menurut penjelasan Pak Cik (bapak ini dikenalkan oleh bang Yudhi Herbie yang beberapa bulan lalu bertemu dengan kami di Kota Solok ketika melakukan touring tunggal Volkswagen ke seluruh wilayah Indonesia), kapal akan merapat 2,5 jam dari waktu keberangkatan. 

Pikun nongkrong paling depan di pelabuhan.

Laut Indonesia memang gagah dan indah. Demikian yang saya rasakan ketika berada diatas laut menuju Sabang. Kapal feri yang memuat kendaraan dan penumpang tersebut tidaklah terlalu besar sehingga guncangan sangat terasa walaupun kita berada di lantai paling atas. Apalagi ketika saya dan mas suami melaksanakan ibadah shalat Ashar disana.

Kami berlayar dulu yaaaaa...

Suara kapal yang bising memberitahu saya bahwasanya pelabuhan sudah dekat. Sabang telah terlihat di depan mata. Saya mengucap syukur akhirnya bisa menyempatkan diri menjejakkan kaki ke tanah paling barat milik Indonesia. Saya juga tahu bahwasanya mas suami lega dan puas karena keinginannya untuk berbulan madu dan mengajak istrinya, akhirnya kesampaian. Di Sabang kami sudah ditunggu oleh Adi. Untuk melepas penat selama di perjalanan, Adi mengajak kami untuk makan dan minum kopi khas Aceh. 

Jujur, saya ingiiiiin sekali menginap di Casanemo di daerah Sumur Tiga, Sabang. Tempatnya benar-benar menakjubkan untuk berbulan madu. Untuk harga, kisaran 400rb sudah ada kamar yang tersedia. Namun sayangnya, kami kehabisan tempat karena tidak booking jauh-jauh hari. Ketika berada di resepsionis Casanemo, tamu yang sedang santap malam kebanyakan turis asing. Ah. Saya dan mas suami melewatkan kesempatan bagus di tempat ini. Sedih.

Pilihan berikutnya jatuh ke resort yang terletak disebelahnya. Namun ketiadaan kamar yang menghadap laut, kami batalkan sekali lagi. Bingung. Akhirnya Adi mengajak kami ke Anoi Itam Resort. Tempatnya lumayan jauh dibandingkan Casanemo Resort. Butuh waktu setengah jam dari pusat kota. Namun Adi menjanjikan bahwasanya tempat tersebut jauh lebih menarik, dengan pengorbanan, biaya yang dikeluarkan memang 2 kali lipat lebih banyak. Oke. Mas suami menyanggupi asal kami mendapatkan tempat terbaik di tempat ini.

Maka jadilah malam ini kami menginap di Resort terbaik kedua di Sabang. Hahaha. Memang jauh dari planning kami semula, namun apa saja yang bisa meninggalkan kenangan indah tentang tempat ini, kami akan lakukan. Haha. 

Ini dia beberapa sudut Anoi Itam Resort yang bisa dijadikan referensi kalau teman-teman mau menginap di Sabang:











 
See ya. Kaka lala mau rehat dulu. Hari esok akan sangat melelahkan, dan membahagiakan tentunya. Bye.

1 komentar on "Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 3 "

erizal.volkswork on 13 Desember 2014 pukul 23.52 mengatakan...

Fotonya kurang banyak buk broo. Tapi yang ada vw nya yaa. Klu orangnya gak usah

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea