Senin, September 15

Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 4

Diposting oleh Orestilla di 08.24.00


Jumat/ 22 Agustus 2014, Sabang - Aceh

Selamat pagi Sabang.
Peluk dan cium dari kaka lala yang masih nongkrong cantik di tempat tidur. Sedianya kami berencana melihat keindahan sunrise dari tempat ini, tapi planning gagal total. Sarapan pun terpaksa kami lakukan di kamar tidur.
Hari ini saya dan mas suami berencana untuk mengungsi dari Anoi Itam ke Iboih yang terkenal dengan lautannya yang keren untuk dijadikan sebagai tempat snorkling dan diving. Tugu 0 kilometer juga akan kami sambangi hari ini. Namun view Anoi Itam yang tak kalah bagusnya, tentu saja tak akan kami lewatkan begitu saja.
01:15 siang waktu setempat. Saya sedang menimati sejuknya angin sepoi-sepoi dibawah sebuah pohon besar nan hijau, kesejukan tiada tara di siang yang panas dan gerah ini. Me time ini judulnya. Saya menikmati sekali bercerita dan berketak ketik ria ditemani angin sepoi-sepoi berbau laut. Kalau ditanya kapan waktu yang paling menyenangkan untuk menulis saat ini, setelah saya memiliki seorang suami, jawabannya adalah ketika mas suami sedang tidur. Itu berarti saya bisa bereksplorasi tanpa diganggu oleh kelakuannya yang amat sangat usil. Hehehe. Dan sekarang saya menemukan waktu lain yang juga berharga, yaitu ketika beliau sedang menunaikan shalat jumat. Sementara saya disuruh menunggu di mobil. Maka tak ada hal lain yang akan saya lakukan kecuali menulis.

Pantai Iboih. Yang liat lautnya, saya jamin bakalan langsung ngiler bin ngeces. Subhanallah indahnya tiada terkiraaaa..

Hati-hati ketika mendatangi tempat ini, karena akan ada saja alasannya untuk kembali lagi ke sini. Bikin kangen. Bikin betah. Bikin ketagihan. Dijamin!

Kami sedang dalam perjalanan berikutnya menuju Iboih. Semoga nanti saya dan mas suami menemukan cottage atau resort yang keren seperti sebelumnya. Mas suami berencana diving dan snorkling nanti disana. Sementara saya sendiri masih bimbang, meragu. Bukan karena tak ingin menikmati keindahan laut Sabang, bukan sama sekali. Tapi karena saya belum juga bisa berenang. Hahahaha. Tempat yang akan kami tuju pertama kali adalah Iboih Inn. Menurut keterangan teman-teman yang pernah singgah ke pulau ini, atau melalui website yang pernah saya baca, Iboih Inn punya segalanya untuk menikmati keindahan alam Sabang. Nah. Ayo kita buktikan nanti.
Ternyata mencari penginapan yang nyaman dan tepat di Iboih bukanlah perkara gampang. Iboih Inn yang keren itu terletak di Pulau Rubiah tanpa fasilitas listrik. Dan tanpa listrik, berarti tanpa handphone. Aaaaaaa..saya galau akut. Untungnya saya punya suami yang pengertian. Mas suami akhirnya mau bela-belain keliling Iboih untuk mendapatkan penginapan yang kami mau. Dekat laut dengan fasilitas lengkap. Pilihan kami jatuh ke Pulau Weh Dive Resort. Tempatnya keren, bagus dan bersih. Namun tentu saja kualitas berbanding lurus dengan harga. Ketika ditawarkan bungalow per hari dengan harga 2.5 juta, kami langsung angkat kaki. Hahahaha. Karena harus mengelilingi Sumatera, kami harus jeli menentukan penginapan yang akan kami gunakan untuk beristirahat. Mahal boleh sih tapi jika harus mengeluarkan 5 juta untuk 2 hari saja, kami akan melanggar komitmen dari awal. Hahahaha. Ada juga penginapan Fatimah yang menjadi pilihan kami berikutnya. Bagus. View dari bungalow juga keren. Bahkan, variety show yang My Trip My Adventure juga memilih tempat ini sebagai tempat peristirahatan. Namun ada kendala lain, mobil tidak bisa dibawa ke dekat bungalow. Dan itu artinya kami harus rela menenteng semua tas yang kami punya. Aaaaaaa. Galau lagi deh. 

Cottage ini yang dipakai dalam acara My Trip My Adventure. Keren sih iya. Keren banget malah. Tapi demi menuju ke setiap cottage, kita diharuskan untuk berjalan di jalan setapak yang kecil dari tanah. Butuh ketangguhan dan kekuatan penuh lah yaaaa..hahahaha
Ini dia bungalow pilihan kami. Akses ke pantai dekat, begitu juga dengan jalan. Jadi kami bisa boyong pikun ke depan pintu. Langsung.
Setelah putar sana sini dan menitipkan saya ke penjual minuman karena sudah tepar dan tak sanggup lagi jalan saking capeknya, akhirnya kami kembali ke titik awal kedatangan kami ke Iboih. Bungalow milik Pak Har menjadi pilihan kami. Namun setelah bertemu langsung dengan pemiliknya, kami tak mendapatkan bungalow persis di depan laut, tetapi bagian belakang. Kami menolak. Dan bapak itu dengan senang hati menawarkan bungalow lain yang bersebelahan dengan miliknya. Maka jadilah kami deal dengan bungalow sederhana tapi nyaman tersebut. Kami membayar 350 ribu rupiah per malamnya. Yap. Masuk dalam budget, kami bahagia. Hahaha.
Dari penginapan kami, terlihat laut dengan birunya yang menenangkan. Untuk sarapan dan makan, kami sudah minta tolong pada ibu yang rumahnya berdekatan dengan bungalow kami. Si ibu yang saya tidak ketahui siapa namanya, adalah penduduk pribumi di Iboih. Beliau juga menyediakan jasa snorkling. Setelah bercerita panjang lebar, saya merasa beruntung sekali berkenalan dengan beliau sekeluarga. Bahkan dengan senang hati, beliau juga mencarikan tukang cuci pakaian untuk kami. Maklum, sudah 5 hari di perjalanan, saya belum bisa mencuci pakaian kami. Sudah menumpuk, menggunung.
Senangnya lagi, si ibu memiliki seorang putra yang baru berumur 2 tahun. Namanya Restu. Anaknya lucuuu. Beliau juga punya tetangga yang beristrikan bule Portugis, namanya Nola. Sudah fasih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Aceh pun dia bisa. Nola juga punya seorang putri kecil bernama Naima. Dua anak kecil ini sangat tertarik dengan Volkswagen nya mas suami. Mereka senang sekali ketika diperkenankan masuk dan bermain disana.
Sore harinya setelah mandi dan rehat, saya dan mas suami menuju tugu 0 kilometer yang terkenal itu. Dari Iboih, tugu 0 berjarak kurang lebih 8 km. Tidak cukup jauh. Sengaja kami berangkat agak sore, demi mendapatkan view sunset dari tugu 0. Namun cuaca yang tak bersahabat memadamkan harapan kami. Jadilah akhirnya saya dan mas suami hanya bisa mengabadikan foto kami di tugu 0 kilometer. Disana lumayan rame. Ada banyak pengunjung yang datang.

Tempat yang WAJIB kita datangi ketika menjelajahi bumi Sabang - Nangroe Aceh Darussalam


Ini dia Tugu 0 Kilometer yang terkenal itu. Maafkan jika foto ini agak sedikit kacau karena keberadaan tong sampah hijau di belakang saya :D


Sepulangnya dari tugu 0 dan mengambil santap malam di rumah ibunya Restu, kami langsung beristirahat. Saya juga mulai tepar, sepertinya masuk angin. Daripada sakit dan tak bisa melanjutkan perjalanan, saya pilih tidur dan mengistirahatkan badan.
Semoga hari esok berjalan dengan lebih baik. Aamiin.
See you. Bye.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

keren postingannya :D

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, September 15

Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 4

Diposting oleh Orestilla di 08.24.00


Jumat/ 22 Agustus 2014, Sabang - Aceh

Selamat pagi Sabang.
Peluk dan cium dari kaka lala yang masih nongkrong cantik di tempat tidur. Sedianya kami berencana melihat keindahan sunrise dari tempat ini, tapi planning gagal total. Sarapan pun terpaksa kami lakukan di kamar tidur.
Hari ini saya dan mas suami berencana untuk mengungsi dari Anoi Itam ke Iboih yang terkenal dengan lautannya yang keren untuk dijadikan sebagai tempat snorkling dan diving. Tugu 0 kilometer juga akan kami sambangi hari ini. Namun view Anoi Itam yang tak kalah bagusnya, tentu saja tak akan kami lewatkan begitu saja.
01:15 siang waktu setempat. Saya sedang menimati sejuknya angin sepoi-sepoi dibawah sebuah pohon besar nan hijau, kesejukan tiada tara di siang yang panas dan gerah ini. Me time ini judulnya. Saya menikmati sekali bercerita dan berketak ketik ria ditemani angin sepoi-sepoi berbau laut. Kalau ditanya kapan waktu yang paling menyenangkan untuk menulis saat ini, setelah saya memiliki seorang suami, jawabannya adalah ketika mas suami sedang tidur. Itu berarti saya bisa bereksplorasi tanpa diganggu oleh kelakuannya yang amat sangat usil. Hehehe. Dan sekarang saya menemukan waktu lain yang juga berharga, yaitu ketika beliau sedang menunaikan shalat jumat. Sementara saya disuruh menunggu di mobil. Maka tak ada hal lain yang akan saya lakukan kecuali menulis.

Pantai Iboih. Yang liat lautnya, saya jamin bakalan langsung ngiler bin ngeces. Subhanallah indahnya tiada terkiraaaa..

Hati-hati ketika mendatangi tempat ini, karena akan ada saja alasannya untuk kembali lagi ke sini. Bikin kangen. Bikin betah. Bikin ketagihan. Dijamin!

Kami sedang dalam perjalanan berikutnya menuju Iboih. Semoga nanti saya dan mas suami menemukan cottage atau resort yang keren seperti sebelumnya. Mas suami berencana diving dan snorkling nanti disana. Sementara saya sendiri masih bimbang, meragu. Bukan karena tak ingin menikmati keindahan laut Sabang, bukan sama sekali. Tapi karena saya belum juga bisa berenang. Hahahaha. Tempat yang akan kami tuju pertama kali adalah Iboih Inn. Menurut keterangan teman-teman yang pernah singgah ke pulau ini, atau melalui website yang pernah saya baca, Iboih Inn punya segalanya untuk menikmati keindahan alam Sabang. Nah. Ayo kita buktikan nanti.
Ternyata mencari penginapan yang nyaman dan tepat di Iboih bukanlah perkara gampang. Iboih Inn yang keren itu terletak di Pulau Rubiah tanpa fasilitas listrik. Dan tanpa listrik, berarti tanpa handphone. Aaaaaaa..saya galau akut. Untungnya saya punya suami yang pengertian. Mas suami akhirnya mau bela-belain keliling Iboih untuk mendapatkan penginapan yang kami mau. Dekat laut dengan fasilitas lengkap. Pilihan kami jatuh ke Pulau Weh Dive Resort. Tempatnya keren, bagus dan bersih. Namun tentu saja kualitas berbanding lurus dengan harga. Ketika ditawarkan bungalow per hari dengan harga 2.5 juta, kami langsung angkat kaki. Hahahaha. Karena harus mengelilingi Sumatera, kami harus jeli menentukan penginapan yang akan kami gunakan untuk beristirahat. Mahal boleh sih tapi jika harus mengeluarkan 5 juta untuk 2 hari saja, kami akan melanggar komitmen dari awal. Hahahaha. Ada juga penginapan Fatimah yang menjadi pilihan kami berikutnya. Bagus. View dari bungalow juga keren. Bahkan, variety show yang My Trip My Adventure juga memilih tempat ini sebagai tempat peristirahatan. Namun ada kendala lain, mobil tidak bisa dibawa ke dekat bungalow. Dan itu artinya kami harus rela menenteng semua tas yang kami punya. Aaaaaaa. Galau lagi deh. 

Cottage ini yang dipakai dalam acara My Trip My Adventure. Keren sih iya. Keren banget malah. Tapi demi menuju ke setiap cottage, kita diharuskan untuk berjalan di jalan setapak yang kecil dari tanah. Butuh ketangguhan dan kekuatan penuh lah yaaaa..hahahaha
Ini dia bungalow pilihan kami. Akses ke pantai dekat, begitu juga dengan jalan. Jadi kami bisa boyong pikun ke depan pintu. Langsung.
Setelah putar sana sini dan menitipkan saya ke penjual minuman karena sudah tepar dan tak sanggup lagi jalan saking capeknya, akhirnya kami kembali ke titik awal kedatangan kami ke Iboih. Bungalow milik Pak Har menjadi pilihan kami. Namun setelah bertemu langsung dengan pemiliknya, kami tak mendapatkan bungalow persis di depan laut, tetapi bagian belakang. Kami menolak. Dan bapak itu dengan senang hati menawarkan bungalow lain yang bersebelahan dengan miliknya. Maka jadilah kami deal dengan bungalow sederhana tapi nyaman tersebut. Kami membayar 350 ribu rupiah per malamnya. Yap. Masuk dalam budget, kami bahagia. Hahaha.
Dari penginapan kami, terlihat laut dengan birunya yang menenangkan. Untuk sarapan dan makan, kami sudah minta tolong pada ibu yang rumahnya berdekatan dengan bungalow kami. Si ibu yang saya tidak ketahui siapa namanya, adalah penduduk pribumi di Iboih. Beliau juga menyediakan jasa snorkling. Setelah bercerita panjang lebar, saya merasa beruntung sekali berkenalan dengan beliau sekeluarga. Bahkan dengan senang hati, beliau juga mencarikan tukang cuci pakaian untuk kami. Maklum, sudah 5 hari di perjalanan, saya belum bisa mencuci pakaian kami. Sudah menumpuk, menggunung.
Senangnya lagi, si ibu memiliki seorang putra yang baru berumur 2 tahun. Namanya Restu. Anaknya lucuuu. Beliau juga punya tetangga yang beristrikan bule Portugis, namanya Nola. Sudah fasih berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Aceh pun dia bisa. Nola juga punya seorang putri kecil bernama Naima. Dua anak kecil ini sangat tertarik dengan Volkswagen nya mas suami. Mereka senang sekali ketika diperkenankan masuk dan bermain disana.
Sore harinya setelah mandi dan rehat, saya dan mas suami menuju tugu 0 kilometer yang terkenal itu. Dari Iboih, tugu 0 berjarak kurang lebih 8 km. Tidak cukup jauh. Sengaja kami berangkat agak sore, demi mendapatkan view sunset dari tugu 0. Namun cuaca yang tak bersahabat memadamkan harapan kami. Jadilah akhirnya saya dan mas suami hanya bisa mengabadikan foto kami di tugu 0 kilometer. Disana lumayan rame. Ada banyak pengunjung yang datang.

Tempat yang WAJIB kita datangi ketika menjelajahi bumi Sabang - Nangroe Aceh Darussalam


Ini dia Tugu 0 Kilometer yang terkenal itu. Maafkan jika foto ini agak sedikit kacau karena keberadaan tong sampah hijau di belakang saya :D


Sepulangnya dari tugu 0 dan mengambil santap malam di rumah ibunya Restu, kami langsung beristirahat. Saya juga mulai tepar, sepertinya masuk angin. Daripada sakit dan tak bisa melanjutkan perjalanan, saya pilih tidur dan mengistirahatkan badan.
Semoga hari esok berjalan dengan lebih baik. Aamiin.
See you. Bye.

1 komentar on "Honeymoon Trip; Road to Sumatera # 4"

Unknown on 6 Oktober 2016 pukul 14.37 mengatakan...

keren postingannya :D

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea