Rabu, Agustus 27

Honeymoon Trip, Road to Sumatera # 2

Diposting oleh Orestilla di 10.41.00


DUA HATI SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA

Rabu/ 20 Agustus 2014, Sabulussalam - Aceh
Masih di Nangroe Aceh Darussalam. 11:56 kami baru melangkah keluar dari penginapan. Jauh sih dari target sebelumnya yang direncanakan pukul 10 pagi. Sengaja memang Mas Agung masak dulu jadi di perjalanan nanti kami tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk biaya makan. Hahahaha. Hemat dong. Dari rumah, Mas Agung sudah menyiapkan kompor gas kecil dan tetek bengek peralatan masak. Suami saya memang paling andalan. Yihuuu..

Koki kesayangan kaka lala :)

Lintas Subulussalam menuju Meulaboh lancar dan menyenangkan. Ada sawit dimana-mana. Jalanan mulus tanpa gelombang. Hanya saja ada banyak belokan sehingga kaka lala jadi sedikit mual. Hahahaha. Belum lagi tanjakannya disana-sini. Sepertinya kita dibawa menuju puncak tertinggi daerah tersebut. Dan saya harus professional memang karena harus ketak ketik keyboard laptop selama dalam perjalanan.
Kawasan lintas Salubussalam – Meulaboh berada di pesisir barat Sumatera. Mendekati daerah Bakongan, kami disambut hamparan laut dari Samudera Hindia. Keren. Jalanan mulus, pantainya pun bagus. Mas suami sumringah sepanjang perjalanan, mungkin teringat bagaimana perjuangan kami ketika melintasi Sumatera Utara hari kemaren. Sayang di beberapa bagian, pantai di dam dengan batu. Sepertinya hal tersebut dilakukan demi menahan erosi air laut yang akan merusak bibir pantai.

Kita disuguhkan view seperti ini ketika melewati Lintas Barat - Selatan Aceh. Subhanallah..

Ini dia pantainya. Keren. Bersih.

8 km sebelum memasuki Tapak Tuan, kami terpaksa menghentikan perjalanan karena ada perbaikan jalan yang menyebabkan sistem tutup buka. Terlambat. Kami sampai disana ketika jalan baru saja ditutup. Dari hasil nguping pembicaraan  mas suami dengan masyarakat setempat, kami harus menunggu sekitar 1 jam. Hah. Yaaaa begitulah. Namanya juga perjalanan. Akan ada saja kendala yang kita temui. Tapi lebih dari itu semua, satu hal yang membuat saya shock adalah penuturan si bapak bahwasanya untuk mencapai Banda Aceh kami membutuhkan 10 jam perjalanan dengan kecepatan 90 km/ jam. Padahal informasi sebelumnya menjelaskan kepada kami bahwasanya Banda Aceh bisa ditempuh dalam 6 jam saja. Hahaha. Tentu saja kami kecewa.

Perjalanan menuju Meulaboh diguyur hujan lagi. Tidak deras, cukup mendinginkan badan kami yang sudah berpanas-panas dari pertama kali berangkat tadi pagi.

07:51 pm. Saya baru saja menyelesaikan shalat Maghrib di daerah Kabupaten Nagan Raya. Informasi dari uztad yang ada di masjid, Meulaboh hanya tinggal setengah jam perjalanan dari daerah ini. Sementara Banda Aceh masih membutuhkan 4 jam. Daerah ini lumayan sepi. Mungkin juga karena malam telah beranjak naik. Masjid Nurussalam tempat kami shalat tampak ramai karena ada banyak santri yang mengaji Al-Quran. Kami berdua hanya tertawa terbahak-bahak karena roaming dengan bahasa mereka. Perjalanan kami lanjutkan. Kami berdua masih galau untuk melanjutkan perjalanan hingga Banda Aceh atau beristirahat malam ini di Meulaboh.

Sesampainya di Meulaboh, mas suami segera menghubungi teman kami seangkatan ketika mengecap pendidikan di IPDN. Poin penting yang kami temukan ketika bergerak melintasi seluruh wilayah Sumatera adalah eratnya kekeluargaan almamater kami. Karena di setiap dearah yang kami singgahi, dipastikan akan ada purna praja yang satu angkatan dengan kami. Kami bertemu dengan Fefi, purna praja asal pendaftaran Meulaboh. Bang Fefi mengajak kami menikmati santap malam di negeri tersebut. Setelah puas berkelakar dan menguak kembali kenangan ketika berada di kampus, kami bertolak menuju Banda Aceh. 

Yang paling kiri itu Bang Fefi. Yang pake baju merah itu temennya. Makasi untuk makan malamnya Bang .

Pukul 12.30 dini hari kami menghentikan perjalanan. Selain karena memang sudah terlalu lelah, saya sendiri berharap bisa menyaksikan keindahan gunung Geurute yang terkenal itu. Dan itu berarti kami harus berangkat pagi. Maka jadilah malam ini kami menginap di SPBU terakhir sebelum tempat tersebut. Hahaha. Saya sendiri tak pernah menyangka bisa tidur di tempat pengisian bensin, walau dari jauh-jauh hari mas suami sudah memberikan gambaran tentang kondisi tersebut.

Oke. See ya. Kita sambung esok hari.

2 komentar:

AnggaOng mengatakan...

ahhhh bulan madunya bikin ngiirrriii aahhh.. lah padahal nikah aja belum mau ngiri...

Orestilla mengatakan...

hahaha..disegerakan aja Angga :)

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Rabu, Agustus 27

Honeymoon Trip, Road to Sumatera # 2

Diposting oleh Orestilla di 10.41.00


DUA HATI SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA

Rabu/ 20 Agustus 2014, Sabulussalam - Aceh
Masih di Nangroe Aceh Darussalam. 11:56 kami baru melangkah keluar dari penginapan. Jauh sih dari target sebelumnya yang direncanakan pukul 10 pagi. Sengaja memang Mas Agung masak dulu jadi di perjalanan nanti kami tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk biaya makan. Hahahaha. Hemat dong. Dari rumah, Mas Agung sudah menyiapkan kompor gas kecil dan tetek bengek peralatan masak. Suami saya memang paling andalan. Yihuuu..

Koki kesayangan kaka lala :)

Lintas Subulussalam menuju Meulaboh lancar dan menyenangkan. Ada sawit dimana-mana. Jalanan mulus tanpa gelombang. Hanya saja ada banyak belokan sehingga kaka lala jadi sedikit mual. Hahahaha. Belum lagi tanjakannya disana-sini. Sepertinya kita dibawa menuju puncak tertinggi daerah tersebut. Dan saya harus professional memang karena harus ketak ketik keyboard laptop selama dalam perjalanan.
Kawasan lintas Salubussalam – Meulaboh berada di pesisir barat Sumatera. Mendekati daerah Bakongan, kami disambut hamparan laut dari Samudera Hindia. Keren. Jalanan mulus, pantainya pun bagus. Mas suami sumringah sepanjang perjalanan, mungkin teringat bagaimana perjuangan kami ketika melintasi Sumatera Utara hari kemaren. Sayang di beberapa bagian, pantai di dam dengan batu. Sepertinya hal tersebut dilakukan demi menahan erosi air laut yang akan merusak bibir pantai.

Kita disuguhkan view seperti ini ketika melewati Lintas Barat - Selatan Aceh. Subhanallah..

Ini dia pantainya. Keren. Bersih.

8 km sebelum memasuki Tapak Tuan, kami terpaksa menghentikan perjalanan karena ada perbaikan jalan yang menyebabkan sistem tutup buka. Terlambat. Kami sampai disana ketika jalan baru saja ditutup. Dari hasil nguping pembicaraan  mas suami dengan masyarakat setempat, kami harus menunggu sekitar 1 jam. Hah. Yaaaa begitulah. Namanya juga perjalanan. Akan ada saja kendala yang kita temui. Tapi lebih dari itu semua, satu hal yang membuat saya shock adalah penuturan si bapak bahwasanya untuk mencapai Banda Aceh kami membutuhkan 10 jam perjalanan dengan kecepatan 90 km/ jam. Padahal informasi sebelumnya menjelaskan kepada kami bahwasanya Banda Aceh bisa ditempuh dalam 6 jam saja. Hahaha. Tentu saja kami kecewa.

Perjalanan menuju Meulaboh diguyur hujan lagi. Tidak deras, cukup mendinginkan badan kami yang sudah berpanas-panas dari pertama kali berangkat tadi pagi.

07:51 pm. Saya baru saja menyelesaikan shalat Maghrib di daerah Kabupaten Nagan Raya. Informasi dari uztad yang ada di masjid, Meulaboh hanya tinggal setengah jam perjalanan dari daerah ini. Sementara Banda Aceh masih membutuhkan 4 jam. Daerah ini lumayan sepi. Mungkin juga karena malam telah beranjak naik. Masjid Nurussalam tempat kami shalat tampak ramai karena ada banyak santri yang mengaji Al-Quran. Kami berdua hanya tertawa terbahak-bahak karena roaming dengan bahasa mereka. Perjalanan kami lanjutkan. Kami berdua masih galau untuk melanjutkan perjalanan hingga Banda Aceh atau beristirahat malam ini di Meulaboh.

Sesampainya di Meulaboh, mas suami segera menghubungi teman kami seangkatan ketika mengecap pendidikan di IPDN. Poin penting yang kami temukan ketika bergerak melintasi seluruh wilayah Sumatera adalah eratnya kekeluargaan almamater kami. Karena di setiap dearah yang kami singgahi, dipastikan akan ada purna praja yang satu angkatan dengan kami. Kami bertemu dengan Fefi, purna praja asal pendaftaran Meulaboh. Bang Fefi mengajak kami menikmati santap malam di negeri tersebut. Setelah puas berkelakar dan menguak kembali kenangan ketika berada di kampus, kami bertolak menuju Banda Aceh. 

Yang paling kiri itu Bang Fefi. Yang pake baju merah itu temennya. Makasi untuk makan malamnya Bang .

Pukul 12.30 dini hari kami menghentikan perjalanan. Selain karena memang sudah terlalu lelah, saya sendiri berharap bisa menyaksikan keindahan gunung Geurute yang terkenal itu. Dan itu berarti kami harus berangkat pagi. Maka jadilah malam ini kami menginap di SPBU terakhir sebelum tempat tersebut. Hahaha. Saya sendiri tak pernah menyangka bisa tidur di tempat pengisian bensin, walau dari jauh-jauh hari mas suami sudah memberikan gambaran tentang kondisi tersebut.

Oke. See ya. Kita sambung esok hari.

2 komentar on "Honeymoon Trip, Road to Sumatera # 2"

AnggaOng on 27 Agustus 2014 pukul 16.20 mengatakan...

ahhhh bulan madunya bikin ngiirrriii aahhh.. lah padahal nikah aja belum mau ngiri...

Orestilla on 13 September 2014 pukul 15.01 mengatakan...

hahaha..disegerakan aja Angga :)

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea