Selasa, Agustus 19

Teman Hidup

Diposting oleh Orestilla di 08.56.00


Selasa 19 Agustus 2014, Padang Sidempuan - Sumatera Utara
Kisah cinta kami tak seperti orang kebanyakan yang bermanis-manis ria sedari awal. Cinta ini tak kami renda dari jauh-jauh hari karena mencintainya pun saya lakukan setelah saya diminta untuk menjadi istrinya. Dia adalah sahabat dekat yang padanya saya ceritakan segala macam prahara hidup. Dia adalah seorang atasan yang padanya saya sampaikan semua bentuk permasalahan kantor. Dia adalah teman hidup saya saat ini. Dia, Agung Hazani.
Banyak yang bertanya mengapa saya bisa menikah dengan sahabat saya sendiri, mengapa saya bisa begitu yakin dengannya, menilik kami lebih sering bertengkar dan beradu argumen daripada adem ayem selama ini. Berbaikan saja mungkin sudah menjadi poin tertinggi yang kami punya. Mencintai satu sama lain? Hahaha. Sampai saat ini pun saya masih sering dibuat tertawa karenanya. Allah memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Dan sekarang saya bersyukur mendapatkannya. Dia sosok yang saya cari dari dulu, yang saya butuhkan, yang saya inginkan. Keberadaannya yang begitu dekat membuat saya tak pernah sadar bahwa dia lah orangnya, dia lah jodoh yang disimpan Allah untuk saya.
Sebagai seorang sahabat, saya mengerti betul tabiat dan tingkah laku nya. Begitu mengetahui bahwasanya atasan saya dikantor adalah dia, saya sempat dibuat panik. Ah. Bagaimana mungkin saya bisa berkolaborasi baik dengannya, sementara dalam keseharian, kami selalu saja tak pernah akur. Maka jadilah hari-hari saya seperti neraka. Kritik, saran dan adu pendapat tak pernah habis setiap harinya. Mungkin saja bertambahnya kedekatan kami sebagai rekan kerja membuat saya semakin mengenal kepribadiannya. Dan waktu pun menjawab. Perlahan tapi pasti, kami bisa menyeimbangkan antara persahabatan kami dan profesionalitas kami sebagai abdi negara.
Tak cukup sampai disana saja. Setelah kurang lebih 1 tahun mengemban jabatan, dia melamar saya untuk dijadikannya teman hidup. Sahabat seumur hidup. Sahabat sejati. Saya? Tentu saja saya bingung, geli dan tak menyangka sama sekali. Bagi saya saat itu, pengakuannya bagai candaan kami sehari-hari. Saya tak percaya hingga dia langsung menyampaikan niat baiknya pada mama dan papa. Melihat kesungguhan dan ketulusannya, saya menyambut baik rencana besarnya tersebut. Saya bersedia menikah dengan sahabat, rekan kerja, teman seangkatan ketika menimba ilmu di kampus IPDN, teman seangkatan ketika merenda ilmu di pascasarjana, musuh bebuyutan yang sering membuat saya marah besar, lelaki pertama yang berani untuk bicara langsung dengan papa. Saya menikah dengannya tanpa cinta yang membara seperti orang lain, saya menikah karena saya percaya dan yakin padanya. Dan sekarang saya bisa pastikan, saya punya stok cinta yang tak akan pernah habis untuknya.

bener-bener sahabat yang jadi cinta :)

Sepanjang pesta kami hanya bisa berhaha hihi karena tak pernah menyangka bahwa yang duduk di sebelah kami bukan lagi sahabat tempat berkeluh kesah, tapi pasangan sehidup semati yang sudah berjanji di hadapan Allah :)

Dengan dukungan dari kedua orang tua, keluarga, sahabat, rekan kerja dan teman-teman yang lain, pernikahan kami Alhamdulillah terlaksana dengan baik dan lancar pada Jumat tanggal 8 Agustus 2014 yang lalu. Ketika mencium tangannya untuk yang pertama kali setelah ijab kabul dibacakan, saya berdoa kepada Allah, mengirimkan ucapan syukur karena telah mempertemukan saya dengan seorang lelaki yang sama sekali tak sempurna tapi selalu mencoba menyempurnakan hidup saya. Dan mungkin saja pernikahan kami adalah pernikahan lurah dan sekretarisnya yang pertama di Indonesia. Hahahaha. Kami memang sama sekali tak punya waktu untuk berpacaran. Dan sekarang saya beberkan pada teman-teman semua, bahwa pacaran setelah menikah itu jauh lebih membahagiakan. Jauh lebih menyenangkan.
Saat ini kami tengah berada di Padang Sidempuan -  Sumatera Utara. Ini perjalanan pertama saya mengelilingi bumi sumatera. Hanya berdua dengan suami, hanya dengan satu unit Volkswagen kami. Ini perjalanan bulan madu yang sangat dia inginkan. Dari dulu. Bahkan sebelum dia sendiri tahu, siapa yang akan jadi istrinya nanti. Dan sebagai istri yang baik, saya harus mengikuti kemauannya. Kebetulan saya sendiri juga senang sekali jalan-jalan. Namun jujur, tak pernah terbayangkan kalau saya akan mengelilingi pulau sumatera ini melalui darat. Hahaha.
Tujuan utama mas suami adalah Pulau Weh – Sabang. Dia ingin sampai di tugu 0 kilometer. Filosofi untuk kami sebagai pengantin baru. Bahwa hidup ini akan kami mulai lagi dari nol. Hidup yang baru dengan segala likunya yang tentu saja tak pernah dilalui orang lain dengan gampang.
Di laman ini saya akan ceritakan kisah perjalanan kami yang mengharubiru. Siapa tahu setelah ini, kamu sendiri berminat untuk mengikuti jejak kami. Why not? Hahaha. Udahan dulu ya manteman, saya sudah harus bangunkan mas suami sesuai orderannya semalam. Karena kami berencana melanjutkan perjalanan pada pukul 10 pagi ini dengan rute berikutnya, Danau Toba. Tunggu kelanjutan kisah ini secepatnya. See you. Bye.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ciee catatan hati seorang bawahan #eh seorang istri, hihi... semoga berkah ya ^^
salam

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Selasa, Agustus 19

Teman Hidup

Diposting oleh Orestilla di 08.56.00


Selasa 19 Agustus 2014, Padang Sidempuan - Sumatera Utara
Kisah cinta kami tak seperti orang kebanyakan yang bermanis-manis ria sedari awal. Cinta ini tak kami renda dari jauh-jauh hari karena mencintainya pun saya lakukan setelah saya diminta untuk menjadi istrinya. Dia adalah sahabat dekat yang padanya saya ceritakan segala macam prahara hidup. Dia adalah seorang atasan yang padanya saya sampaikan semua bentuk permasalahan kantor. Dia adalah teman hidup saya saat ini. Dia, Agung Hazani.
Banyak yang bertanya mengapa saya bisa menikah dengan sahabat saya sendiri, mengapa saya bisa begitu yakin dengannya, menilik kami lebih sering bertengkar dan beradu argumen daripada adem ayem selama ini. Berbaikan saja mungkin sudah menjadi poin tertinggi yang kami punya. Mencintai satu sama lain? Hahaha. Sampai saat ini pun saya masih sering dibuat tertawa karenanya. Allah memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Dan sekarang saya bersyukur mendapatkannya. Dia sosok yang saya cari dari dulu, yang saya butuhkan, yang saya inginkan. Keberadaannya yang begitu dekat membuat saya tak pernah sadar bahwa dia lah orangnya, dia lah jodoh yang disimpan Allah untuk saya.
Sebagai seorang sahabat, saya mengerti betul tabiat dan tingkah laku nya. Begitu mengetahui bahwasanya atasan saya dikantor adalah dia, saya sempat dibuat panik. Ah. Bagaimana mungkin saya bisa berkolaborasi baik dengannya, sementara dalam keseharian, kami selalu saja tak pernah akur. Maka jadilah hari-hari saya seperti neraka. Kritik, saran dan adu pendapat tak pernah habis setiap harinya. Mungkin saja bertambahnya kedekatan kami sebagai rekan kerja membuat saya semakin mengenal kepribadiannya. Dan waktu pun menjawab. Perlahan tapi pasti, kami bisa menyeimbangkan antara persahabatan kami dan profesionalitas kami sebagai abdi negara.
Tak cukup sampai disana saja. Setelah kurang lebih 1 tahun mengemban jabatan, dia melamar saya untuk dijadikannya teman hidup. Sahabat seumur hidup. Sahabat sejati. Saya? Tentu saja saya bingung, geli dan tak menyangka sama sekali. Bagi saya saat itu, pengakuannya bagai candaan kami sehari-hari. Saya tak percaya hingga dia langsung menyampaikan niat baiknya pada mama dan papa. Melihat kesungguhan dan ketulusannya, saya menyambut baik rencana besarnya tersebut. Saya bersedia menikah dengan sahabat, rekan kerja, teman seangkatan ketika menimba ilmu di kampus IPDN, teman seangkatan ketika merenda ilmu di pascasarjana, musuh bebuyutan yang sering membuat saya marah besar, lelaki pertama yang berani untuk bicara langsung dengan papa. Saya menikah dengannya tanpa cinta yang membara seperti orang lain, saya menikah karena saya percaya dan yakin padanya. Dan sekarang saya bisa pastikan, saya punya stok cinta yang tak akan pernah habis untuknya.

bener-bener sahabat yang jadi cinta :)

Sepanjang pesta kami hanya bisa berhaha hihi karena tak pernah menyangka bahwa yang duduk di sebelah kami bukan lagi sahabat tempat berkeluh kesah, tapi pasangan sehidup semati yang sudah berjanji di hadapan Allah :)

Dengan dukungan dari kedua orang tua, keluarga, sahabat, rekan kerja dan teman-teman yang lain, pernikahan kami Alhamdulillah terlaksana dengan baik dan lancar pada Jumat tanggal 8 Agustus 2014 yang lalu. Ketika mencium tangannya untuk yang pertama kali setelah ijab kabul dibacakan, saya berdoa kepada Allah, mengirimkan ucapan syukur karena telah mempertemukan saya dengan seorang lelaki yang sama sekali tak sempurna tapi selalu mencoba menyempurnakan hidup saya. Dan mungkin saja pernikahan kami adalah pernikahan lurah dan sekretarisnya yang pertama di Indonesia. Hahahaha. Kami memang sama sekali tak punya waktu untuk berpacaran. Dan sekarang saya beberkan pada teman-teman semua, bahwa pacaran setelah menikah itu jauh lebih membahagiakan. Jauh lebih menyenangkan.
Saat ini kami tengah berada di Padang Sidempuan -  Sumatera Utara. Ini perjalanan pertama saya mengelilingi bumi sumatera. Hanya berdua dengan suami, hanya dengan satu unit Volkswagen kami. Ini perjalanan bulan madu yang sangat dia inginkan. Dari dulu. Bahkan sebelum dia sendiri tahu, siapa yang akan jadi istrinya nanti. Dan sebagai istri yang baik, saya harus mengikuti kemauannya. Kebetulan saya sendiri juga senang sekali jalan-jalan. Namun jujur, tak pernah terbayangkan kalau saya akan mengelilingi pulau sumatera ini melalui darat. Hahaha.
Tujuan utama mas suami adalah Pulau Weh – Sabang. Dia ingin sampai di tugu 0 kilometer. Filosofi untuk kami sebagai pengantin baru. Bahwa hidup ini akan kami mulai lagi dari nol. Hidup yang baru dengan segala likunya yang tentu saja tak pernah dilalui orang lain dengan gampang.
Di laman ini saya akan ceritakan kisah perjalanan kami yang mengharubiru. Siapa tahu setelah ini, kamu sendiri berminat untuk mengikuti jejak kami. Why not? Hahaha. Udahan dulu ya manteman, saya sudah harus bangunkan mas suami sesuai orderannya semalam. Karena kami berencana melanjutkan perjalanan pada pukul 10 pagi ini dengan rute berikutnya, Danau Toba. Tunggu kelanjutan kisah ini secepatnya. See you. Bye.

1 komentar on "Teman Hidup"

Anonim mengatakan...

ciee catatan hati seorang bawahan #eh seorang istri, hihi... semoga berkah ya ^^
salam

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea