Rabu, Juli 3

Kilas balik pertama setelah.. #IPDN Part 4

Diposting oleh Orestilla di 02.09.00


Cerita hari ini berbeda. Sangat. Karena ia tercipta bersama lembar-lembar kerinduan yang sudah menggunung. (Haha. Malam pekat dingin dan melelahkan boleh lah ya mendayu-mendayu cam ini). Awalnya tak ada niat berkisah di malam yang sudah mendekati pagi ini (01:44AM) tapi berhubung potongan chating bersama seorang sahabat barusan, ada riak menggelitik yang bila tak tersalurkan akan menjadi bunga tidur saat lelap datang.
Oke. Kita mulai saja secepatnya.
Setelah menunggu sekian lama akhirnya punya kesempatan lagi bertandang ketempat keramat ini. Keramat? Eittss..jauhkan pikiran negatif anda tentang hal-hal mistis dan menakutkan karena cerita ini bukan cerita horror yang membuat malam anda tak hanya pekat gelap namun juga kiamat. Haha. Tidak tidak. Kembali ke awal. Tempat keramat, karena hanya dengan melihat gerbang penyambutnya saja, jantung detaknya menjadi lebih cepat dari yang seharusnya. Bukan karena takut namun bahagia membuncah. Ya. IPDN selalu saja mampu menyampaikan letup kesenangan yang yaaaaa..mungkin hanya aku dan kamu yang tau. Ehm.

 Ingat gerbang ini teman? Disini (katanya) dulu pernah terpampang sebuah spanduk besar bertuliskan “Ragu-ragu?Kembali!”. Benar atau tidaknya, tentu yang terdahulu yang lebih tau. Benar atau tidaknya, memang itulah yang tergambar dan terasa di hati saat pertama kali melangkah ke tempat ini. Gerbang dengan dua patung putih besar menjadi penyambut langkah pertama dalam kilas balik hari itu. Kilas balik pertama setelah remah-remah rindu bergabung menjadi satu dan menggunung setelahnya.


 Ini lapangan parkir timur yang dulunya sering dijadikan tempat apel kabupaten, apel gabungan praja putra dan putri. Nah. Jangan ditanya bagaimana rasanya beradu pandang dengan sang kekasih hati di lapangan ini. Jangan ditanya bagaimana rasanya menahan letup bahagia, sekecil apapun itu, ketika tanpa sengaja seseorang yang membuat hati bertekuk lutut menghadiahkan senyum hangatnya di pagi yang biasanya masih berselimut embun. Dan jangan ditanya, ada berapa hati yang terpaut ditempat ini. Tentu saja.


 Mesjid kampus. Saksi bisu yang menjadi satu-satunya tempat pelampiasan praja dalam memperbaiki gizi (salah. seharusnya memperbaiki nafsu makan). Bala-bala, buah dengan segala variasinya, nasi padang, pempek lenggang, dan bla bla bla. Bukan. Bukan berarti penyalahgunaan tempat ibadah. Setidaknya kita tak melakukan itu semua didalam rumah Allah kan teman? Ada aturan, ada sopan santun, ada etika.



Lapangan kebanggaan kita semua. Lapangan parade. Tempat dulu peluh menetes hingga membasahi hampir seluruh baju yang sedang kita pakai. Ingat kan teman kala kita berpanas-panas dibawah semburan cahata mentari? Persiapan pengukuhan muda praja. Bahkan kejadian yang sama pun kembali terulang saat mempersiapkan pengukuhan pamong praja muda. Ditempat ini pernah ada ratusan bahkan ribuan anak bangsa yang menangis dalam rasa bangga, haru, syukur tak terhingga. Di lapangan hijau ini ada hati-hati yang selalu merindu pada ibu di rumah, pada pelukan atau pada masakan beliau.

Hayoo. Mana yang airmatanya kembali menyeruak? Kangen? Iya. Sama.
Love You 18.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Rabu, Juli 3

Kilas balik pertama setelah.. #IPDN Part 4

Diposting oleh Orestilla di 02.09.00


Cerita hari ini berbeda. Sangat. Karena ia tercipta bersama lembar-lembar kerinduan yang sudah menggunung. (Haha. Malam pekat dingin dan melelahkan boleh lah ya mendayu-mendayu cam ini). Awalnya tak ada niat berkisah di malam yang sudah mendekati pagi ini (01:44AM) tapi berhubung potongan chating bersama seorang sahabat barusan, ada riak menggelitik yang bila tak tersalurkan akan menjadi bunga tidur saat lelap datang.
Oke. Kita mulai saja secepatnya.
Setelah menunggu sekian lama akhirnya punya kesempatan lagi bertandang ketempat keramat ini. Keramat? Eittss..jauhkan pikiran negatif anda tentang hal-hal mistis dan menakutkan karena cerita ini bukan cerita horror yang membuat malam anda tak hanya pekat gelap namun juga kiamat. Haha. Tidak tidak. Kembali ke awal. Tempat keramat, karena hanya dengan melihat gerbang penyambutnya saja, jantung detaknya menjadi lebih cepat dari yang seharusnya. Bukan karena takut namun bahagia membuncah. Ya. IPDN selalu saja mampu menyampaikan letup kesenangan yang yaaaaa..mungkin hanya aku dan kamu yang tau. Ehm.

 Ingat gerbang ini teman? Disini (katanya) dulu pernah terpampang sebuah spanduk besar bertuliskan “Ragu-ragu?Kembali!”. Benar atau tidaknya, tentu yang terdahulu yang lebih tau. Benar atau tidaknya, memang itulah yang tergambar dan terasa di hati saat pertama kali melangkah ke tempat ini. Gerbang dengan dua patung putih besar menjadi penyambut langkah pertama dalam kilas balik hari itu. Kilas balik pertama setelah remah-remah rindu bergabung menjadi satu dan menggunung setelahnya.


 Ini lapangan parkir timur yang dulunya sering dijadikan tempat apel kabupaten, apel gabungan praja putra dan putri. Nah. Jangan ditanya bagaimana rasanya beradu pandang dengan sang kekasih hati di lapangan ini. Jangan ditanya bagaimana rasanya menahan letup bahagia, sekecil apapun itu, ketika tanpa sengaja seseorang yang membuat hati bertekuk lutut menghadiahkan senyum hangatnya di pagi yang biasanya masih berselimut embun. Dan jangan ditanya, ada berapa hati yang terpaut ditempat ini. Tentu saja.


 Mesjid kampus. Saksi bisu yang menjadi satu-satunya tempat pelampiasan praja dalam memperbaiki gizi (salah. seharusnya memperbaiki nafsu makan). Bala-bala, buah dengan segala variasinya, nasi padang, pempek lenggang, dan bla bla bla. Bukan. Bukan berarti penyalahgunaan tempat ibadah. Setidaknya kita tak melakukan itu semua didalam rumah Allah kan teman? Ada aturan, ada sopan santun, ada etika.



Lapangan kebanggaan kita semua. Lapangan parade. Tempat dulu peluh menetes hingga membasahi hampir seluruh baju yang sedang kita pakai. Ingat kan teman kala kita berpanas-panas dibawah semburan cahata mentari? Persiapan pengukuhan muda praja. Bahkan kejadian yang sama pun kembali terulang saat mempersiapkan pengukuhan pamong praja muda. Ditempat ini pernah ada ratusan bahkan ribuan anak bangsa yang menangis dalam rasa bangga, haru, syukur tak terhingga. Di lapangan hijau ini ada hati-hati yang selalu merindu pada ibu di rumah, pada pelukan atau pada masakan beliau.

Hayoo. Mana yang airmatanya kembali menyeruak? Kangen? Iya. Sama.
Love You 18.

0 komentar on "Kilas balik pertama setelah.. #IPDN Part 4"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea