Jumat, Juni 7

Diklat Kepemimpinan

Diposting oleh Orestilla di 15.09.00


Oke. Apa yang terlintas pertama kali ketika membaca atau mendengar kata-kata ini?
Bosan.
Atau mengantuk?
Bisa dibayangkan kelas berukuran 6 x 13 meter yang tertutup rapat, deretan kursi cukup empuk untuk diduduki dan semilir hembus angin penyebar kantuk yang disampaikan oleh penyejuk ruangan.  


Sama. Hal seperti itu pula lah yang pertama kali melintas ketika mendapati sebuah surat tugas di meja kerja saya beberapa hari yang lalu. Sebuah kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab yang harus diemban sebagai seorang abdi negara untuk mengikuti sederetan kegiatan dalam pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diadakan selama hampir dua bulan.
Namun nethink itu akhirnya terhapus setelah benar-benar berada di tempat ini. Mendapati teman-teman baru (walau sebagian besar dari mereka sudah seumuran dengan mama dan papa), pengalaman baru dan yang pasti tentunya pengetahuan baru dari bapak ibu widyaiswara yang sudah berkecimpung puluhan tahun dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. Sungguh kesempatan langka yang saya yakin bila kemaren saya tolak, tak akan pernah lagi saya dapatkan.
Ada banyak cerita lucu yang saya temui di awal pendidikan ini. 3 hari pertama sebelum menerima materi di dalam ruangan kelas, kami disuguhkan pada sebuah kegiatan outbond yang mengundang ketertarikan cukup tinggi karena selain diadakan di luar ruangan (yang tentunya sedikit banyak akan menekan tingkat kebosanan), kegiatan ini lebih seperti acara bersenang-senang walaupun di dalam pelaksanaannya sendiri kami masih dihadapkan pada poin-poin penting terkait kepemimpinan.
Tak pernah sebelumnya terbayangkan akan bekerja sama dengan bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mengisi sebuah botol air mineral dengan cara ekstrem seperti yang kemaren kami lakukan bersama. Botol tersebut ditempatkan di sebuah ketinggian, sementara sungai beraliran cukup deras tengah berlarian dibawahnya. Bapak widyaiswara hari itu memerintahkan kami untuk mengisi botol dengan air sungai yang dipisahkan jarak cukup jauh. Dan yang lebih parahnya, botol tersebut harus diisi tanpa menggunakan media bantuan. Hanya diperbolehkan memanfaatkan apa yang ada pada diri kami masing-masing. Pada awalnya kami berkonsentrasi dengan menadahkan tangan masing-masing, tapi setelah dirasa hal tersebut tidak banyak membantu, bapak-bapak pun berinisiatif untuk melepaskan baju kaosnya dan mulailah kami membentuk sebuah jembatan penghubung antara sungai dan botol tadi. Kerjasama dan kesabaran lah yang akhirnya membaawa kami pada juara kedua. Haha. Bila diingat lagi, saya akan tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Bapak ibu yang umurnya sudah mencapai setengah abad, berlaku seperti anak kecil saat melebur bersama alam.
Semoga diklat ini akan berakhir dengan baik. Yaaa.. walaupun rasa kantuk ditengah pelajaran tak gampang untuk diusir begitu saja, setidaknya saya dan teman-teman semua sedang berusaha untuk merebut sebuah pencapaian terbaik dalam menapak jenjang karir kami kedepannya.
Oiya, setelah menghabiskan 13 hari di tempat karantina ini, saya baru bisa memanfaatkan internet dan membagikan cerita ini pada anda semua. Nanti jika tak disibukkan oleh kegiatan-kegiatan selama pendidikan, saya akan selalu mencoba untuk menyambungkan lagi kata demi kata agar banyak cerita yang membahana. See You :)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Jumat, Juni 7

Diklat Kepemimpinan

Diposting oleh Orestilla di 15.09.00


Oke. Apa yang terlintas pertama kali ketika membaca atau mendengar kata-kata ini?
Bosan.
Atau mengantuk?
Bisa dibayangkan kelas berukuran 6 x 13 meter yang tertutup rapat, deretan kursi cukup empuk untuk diduduki dan semilir hembus angin penyebar kantuk yang disampaikan oleh penyejuk ruangan.  


Sama. Hal seperti itu pula lah yang pertama kali melintas ketika mendapati sebuah surat tugas di meja kerja saya beberapa hari yang lalu. Sebuah kesempatan, kepercayaan dan tanggung jawab yang harus diemban sebagai seorang abdi negara untuk mengikuti sederetan kegiatan dalam pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diadakan selama hampir dua bulan.
Namun nethink itu akhirnya terhapus setelah benar-benar berada di tempat ini. Mendapati teman-teman baru (walau sebagian besar dari mereka sudah seumuran dengan mama dan papa), pengalaman baru dan yang pasti tentunya pengetahuan baru dari bapak ibu widyaiswara yang sudah berkecimpung puluhan tahun dalam kegiatan-kegiatan seperti ini. Sungguh kesempatan langka yang saya yakin bila kemaren saya tolak, tak akan pernah lagi saya dapatkan.
Ada banyak cerita lucu yang saya temui di awal pendidikan ini. 3 hari pertama sebelum menerima materi di dalam ruangan kelas, kami disuguhkan pada sebuah kegiatan outbond yang mengundang ketertarikan cukup tinggi karena selain diadakan di luar ruangan (yang tentunya sedikit banyak akan menekan tingkat kebosanan), kegiatan ini lebih seperti acara bersenang-senang walaupun di dalam pelaksanaannya sendiri kami masih dihadapkan pada poin-poin penting terkait kepemimpinan.
Tak pernah sebelumnya terbayangkan akan bekerja sama dengan bapak-bapak dan ibu-ibu untuk mengisi sebuah botol air mineral dengan cara ekstrem seperti yang kemaren kami lakukan bersama. Botol tersebut ditempatkan di sebuah ketinggian, sementara sungai beraliran cukup deras tengah berlarian dibawahnya. Bapak widyaiswara hari itu memerintahkan kami untuk mengisi botol dengan air sungai yang dipisahkan jarak cukup jauh. Dan yang lebih parahnya, botol tersebut harus diisi tanpa menggunakan media bantuan. Hanya diperbolehkan memanfaatkan apa yang ada pada diri kami masing-masing. Pada awalnya kami berkonsentrasi dengan menadahkan tangan masing-masing, tapi setelah dirasa hal tersebut tidak banyak membantu, bapak-bapak pun berinisiatif untuk melepaskan baju kaosnya dan mulailah kami membentuk sebuah jembatan penghubung antara sungai dan botol tadi. Kerjasama dan kesabaran lah yang akhirnya membaawa kami pada juara kedua. Haha. Bila diingat lagi, saya akan tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Bapak ibu yang umurnya sudah mencapai setengah abad, berlaku seperti anak kecil saat melebur bersama alam.
Semoga diklat ini akan berakhir dengan baik. Yaaa.. walaupun rasa kantuk ditengah pelajaran tak gampang untuk diusir begitu saja, setidaknya saya dan teman-teman semua sedang berusaha untuk merebut sebuah pencapaian terbaik dalam menapak jenjang karir kami kedepannya.
Oiya, setelah menghabiskan 13 hari di tempat karantina ini, saya baru bisa memanfaatkan internet dan membagikan cerita ini pada anda semua. Nanti jika tak disibukkan oleh kegiatan-kegiatan selama pendidikan, saya akan selalu mencoba untuk menyambungkan lagi kata demi kata agar banyak cerita yang membahana. See You :)

0 komentar on "Diklat Kepemimpinan"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea