Selasa, Mei 7

MY BIG BOSS *kisskiss*

Diposting oleh Orestilla di 10.24.00

Seringkali kita lupa pada lelaki tangguh ini. Seringkali yang pertama kali kita peluk saat menangis adalah mama, lupa bahwa papa juga menantikan kedatangan kita dengan ribuan keluh kesah yang ingin diredamnya juga, sama seperti yang dilakukan mama untuk kita. Seringkali yang kita temui saat tawa bahagia membuncah adalah mama, sekali lagi lupa bahwa papa juga tengah merentangkan kedua lengannya untuk mendapat pelukan yang sama, sama seperti yang kita berikan pada mama.

Namun jauh dari itu semua, yakinlah Pa. Sayang padamu tak mampu menandingi apapun di dunia ini.

Bicara papa, bicara tentang lelaki besar (alias gendut) yang ada dirumah. Wajah tambunnya membuat papa terlihat sangat lucu. Begitulah dimataku. Dan aku yakin juga dimata mereka, adik-adikku tercinta. Bagi kami, papa adalah sosok tegar dan kuat yang selalu menjadi penopang. Bersama mama, papa mengajarkan kami untuk bertahan dan berjuang menggapai mimpi, sesulit apapun rintang yang menghadang. Di rumah, papa tak pernah ditakuti, tapi disegani dan dihormati. Tak ada yang berani bilang “iya” kalau papa sudah memutuskan untuk berkata “tidak”. Namun adakalanya papa memberikan dispensasi khusus pada keputusannya dengan mempertimbangkan alasan yang diajukan tentunya, alasan yang bisa diterima dengan akal sehat, akal sehat papa. 

Dulu, saat meragukan pilihan untuk melanjutkan pendidikan, aku pernah berkata pada papa bahwa ketakutan mulai datang karena kami (yang notabene adalah orang biasa-biasa saja) tak memiliki “orang atas” yang bisa diberdayagunakan untuk “meluluskan”ku dari seluruh ujian masuk yang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi kedinasan yang kuikuti kala itu. Jawaban papa sederhana, sebuah jawaban yang masih terngiang hingga detik ini.

“Kita punya Allah. Dan kekuatan “orang atas” yang mereka miliki, tak akan mampu menandingi kekuatan-Nya”

Semangatku kembali menggebu karena dukungan papa. Tak hanya nasehat kala itu yang beliau dongengkan setiap hari ditelingaku, namun juga tindakan nyata. Kala itu papa masih belum divonis menderita kelainan jantung. Setiap hari, papa dengan senang hati akan menemaniku lari pagi. Tak jarang, aku lah yang selalu menyerah kalah. Namun dengan semangatnya yang selalu hidup, papa menghidupkan semangatku, menghidupkan mimpiku untuk melangkah ke kehidupan yang lebih baik. Dan pada akhirnya semua yang papa lakukan tak pernah sia-sia. Aku lulus. Aku berkesempatan untuk mengecap pendidikan di sana.

Terimakasih Pa.

Papa juga selalu berpesan agar aku berbaik-baik dengan hidup, berbaik-baik dengan kehidupan. Sebagai anak sulung papa, aku diberi tanggung jawab besar untuk memberikan teladan bagi ketiga adikku, memberikan mereka dorongan untuk bergerak maju, dorongan yang dulu selalu diberikan papa padaku. Papa bilang. orang kecil tak berpendidikan tinggi seperti papa juga punya cita-cita berharga, melihat kami sukses di masa depan. Dan demi mencapai itu semua, aku akan berusaha sekuat yang ku bisa. Dengan perjuangan yang lebih banyak, dengan usaha yang lebih gigih, dengan mimpi yang lebih tinggi. Aku ingin kelak papa bisa tersenyum bangga.

Agustus tahun ini papa genap berumur 52 tahun. Papa mulai menua dalam angka. Namun tak demikian jiwanya. Papa masih seperti dulu. Masih selalu menguatkan, selalu menyemangati, selalu mendorong, selalu memberi sanksi, selalu penuh cinta dan selalu ada untuk kami.
We love you Pa. Selamanya.







Catatan: Papa itu punya putra bungsu kesayangan yang selalu dijagoin dalam segala hal. Namun sayang, jagoan papa nggak pernah mau nongol didepan kamera. Hasilnya, selalu banyak yang nanya berapa jumlah kami bersaudara. Haha. Namanya Bang Aris. Nanti akan ada halaman khusus untuk si bungsu. Bye :) 
 


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Selasa, Mei 7

MY BIG BOSS *kisskiss*

Diposting oleh Orestilla di 10.24.00

Seringkali kita lupa pada lelaki tangguh ini. Seringkali yang pertama kali kita peluk saat menangis adalah mama, lupa bahwa papa juga menantikan kedatangan kita dengan ribuan keluh kesah yang ingin diredamnya juga, sama seperti yang dilakukan mama untuk kita. Seringkali yang kita temui saat tawa bahagia membuncah adalah mama, sekali lagi lupa bahwa papa juga tengah merentangkan kedua lengannya untuk mendapat pelukan yang sama, sama seperti yang kita berikan pada mama.

Namun jauh dari itu semua, yakinlah Pa. Sayang padamu tak mampu menandingi apapun di dunia ini.

Bicara papa, bicara tentang lelaki besar (alias gendut) yang ada dirumah. Wajah tambunnya membuat papa terlihat sangat lucu. Begitulah dimataku. Dan aku yakin juga dimata mereka, adik-adikku tercinta. Bagi kami, papa adalah sosok tegar dan kuat yang selalu menjadi penopang. Bersama mama, papa mengajarkan kami untuk bertahan dan berjuang menggapai mimpi, sesulit apapun rintang yang menghadang. Di rumah, papa tak pernah ditakuti, tapi disegani dan dihormati. Tak ada yang berani bilang “iya” kalau papa sudah memutuskan untuk berkata “tidak”. Namun adakalanya papa memberikan dispensasi khusus pada keputusannya dengan mempertimbangkan alasan yang diajukan tentunya, alasan yang bisa diterima dengan akal sehat, akal sehat papa. 

Dulu, saat meragukan pilihan untuk melanjutkan pendidikan, aku pernah berkata pada papa bahwa ketakutan mulai datang karena kami (yang notabene adalah orang biasa-biasa saja) tak memiliki “orang atas” yang bisa diberdayagunakan untuk “meluluskan”ku dari seluruh ujian masuk yang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi kedinasan yang kuikuti kala itu. Jawaban papa sederhana, sebuah jawaban yang masih terngiang hingga detik ini.

“Kita punya Allah. Dan kekuatan “orang atas” yang mereka miliki, tak akan mampu menandingi kekuatan-Nya”

Semangatku kembali menggebu karena dukungan papa. Tak hanya nasehat kala itu yang beliau dongengkan setiap hari ditelingaku, namun juga tindakan nyata. Kala itu papa masih belum divonis menderita kelainan jantung. Setiap hari, papa dengan senang hati akan menemaniku lari pagi. Tak jarang, aku lah yang selalu menyerah kalah. Namun dengan semangatnya yang selalu hidup, papa menghidupkan semangatku, menghidupkan mimpiku untuk melangkah ke kehidupan yang lebih baik. Dan pada akhirnya semua yang papa lakukan tak pernah sia-sia. Aku lulus. Aku berkesempatan untuk mengecap pendidikan di sana.

Terimakasih Pa.

Papa juga selalu berpesan agar aku berbaik-baik dengan hidup, berbaik-baik dengan kehidupan. Sebagai anak sulung papa, aku diberi tanggung jawab besar untuk memberikan teladan bagi ketiga adikku, memberikan mereka dorongan untuk bergerak maju, dorongan yang dulu selalu diberikan papa padaku. Papa bilang. orang kecil tak berpendidikan tinggi seperti papa juga punya cita-cita berharga, melihat kami sukses di masa depan. Dan demi mencapai itu semua, aku akan berusaha sekuat yang ku bisa. Dengan perjuangan yang lebih banyak, dengan usaha yang lebih gigih, dengan mimpi yang lebih tinggi. Aku ingin kelak papa bisa tersenyum bangga.

Agustus tahun ini papa genap berumur 52 tahun. Papa mulai menua dalam angka. Namun tak demikian jiwanya. Papa masih seperti dulu. Masih selalu menguatkan, selalu menyemangati, selalu mendorong, selalu memberi sanksi, selalu penuh cinta dan selalu ada untuk kami.
We love you Pa. Selamanya.







Catatan: Papa itu punya putra bungsu kesayangan yang selalu dijagoin dalam segala hal. Namun sayang, jagoan papa nggak pernah mau nongol didepan kamera. Hasilnya, selalu banyak yang nanya berapa jumlah kami bersaudara. Haha. Namanya Bang Aris. Nanti akan ada halaman khusus untuk si bungsu. Bye :) 
 


0 komentar on "MY BIG BOSS *kisskiss*"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea