Kamis, Januari 23

The Girl With The Dragon Tattoo - Stieg Larsson

Diposting oleh Orestilla di 07.47.00



Tak cukup 48 jam untuk menyelesaikan 780 halaman milik Stieg Larsson yang tentu saja memikat. Saya memang selalu beruntung karena dipertemukan dengan karya-karya hebat seperti ini. Dan bagi saya, buku ini (termasuk dua sekuelnya) adalah buku langka. Kenapa? Karena saya sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mendapatkannya. Hasilnya seringkali nihil, bahkan ketika saya langsung memesan ke penerbit Qanita. Kemudian takdi mempertemukan saya dengan seorang penjual buku online. Dari beliau lah saya berhasil menyatukan ketiga buku ini untuk saya lahap sendiri. Saya tentu cukup maruk jika hanya menikmatinya seorang diri. Maka disinilah saya, bersama (semoga) ratusan blurbs yang akan selalu saya bagikan pada teman-teman semua.
Oke. Bagi yang belum pernah baca kaca Larsson, saya akan beberkan beberapa fakta menarik tentang penulis yang satu ini. Fakta yang sebenarnya bisa diketahui siapa saja karena saya dapatkan dari “halaman penulis”. Stieg Larsson meninggal pada tahun 2004, hanya beberapa saat setelah mengirimkan naskah The Girl with The Dragon Tatto, dan dua sekuelnya, The Girl who Played With Fire dan The Girl who Kicked The Hornet’s Nest. Ketiga novel yang dikenal sebagai Millenium Trilogy ini langsung menjadi fenomena. Memukau pembaca di seluruh dunia, menyabet penghargaan dan dua kali diadaptasi ke dalam film.
The Girl with The Dragon Tattoo adalah buku pertama yang akan membuat kita tertantang untuk menyelesaikan buku kedua dan ketiga. Girl. Gadis. Maka ketika pertama kali membuka halaman pertama buku ini, otak saya langsung mencari keberadaannya. Pada awalnya saya berpikir, tokoh ini lah yang akan dibahas mendalam dalam ratusan halaman yang ada. Namun prediksi saya salah. Dan jika saja boleh jujur, ada banyak pertanyaan tentang gadis bertato naga yang tidak terjawab hingga saya menyelesaikan buku ini. Mungkin di buku berikutnya? Kita lihat saja nanti.
Cerita diawali dengan tampilan masalah seorang jurnalis investigarif sekaligus pemilik majalah Millenium, Mikael Blomkvist. Blomkvist menggegerkan dunia bisnis ketika menerbitkan sebuah artikel yang mengupas kebejatan seorang ahli keuangan dan pengusaha besar bernama Hans-Eric Wennerström. Blomkivst menyadari kesalahan terbesarnya. Ia ditipu oleh seseorang untuk mendapatkan bukti-bukti yang ia kemukan dalam artikel tersebut. Dan tentu saja, ia harus rela dipenjarakan karena telah mencemarkan nama baik pengusaha tersebut. Walaupun Blomkvist sendiri yakin, ia tidak salah dalam menilai.
Kekalahannya di meja persidangan, membuat Blomkvist berkeinginan untuk menenangkan dirinya dari rutinitas. Pada saat itulah ia dikenalkan dengan seorang renta berumur 72 tahun, Hendrik Vanger, seorang pengusaha dan bekas pimpinan kelompok perusahaan Vanger. Vanger adalah raja pada masanya, seorang tokoh kunci dalam industri Swedia. Namun reorganisasi, krisis dan kompetisi akhirnya menghapus nama besar Vanger dalam percaturan bisnis. Saat ini perusahaan tersebut dipimpin oleh Martin Vanger, cucu lelaki dari kakak tertua Hendri, Richard Vanger. Dari perkenalan pertama mereka, Blomkvist mendapat keterangan bahwasanya dulu, ketika ia masih berumur 3 tahun, Blomkvist dan keluarganya pernah tinggal di kawasan tersebut. Ayahnya bekerja pada Vanger.
Vanger membawanya ke Hedeby untuk mengungkapkan kasus kematian adik perempuan Martin yang bernama Harriet Vanger. Kasus yang sudah ditutup secara resmi puluhan tahun yang lalu. Kasus yang meninggalkan luka mendalam pada Hendrik hingga ia dinilai telah terobsesi dengan kejadian tersebut. Kasus yang tak pernah terpecahkan selama hampir 37 tahun. Kasus yang tidak meninggalkan bukti apa-apa, bahkan mayat sekalipun. Walaupun sebagian besar orang beranggapan bahwa Harriet mati karena bunuh diri dan kemk ungkinan mayatnya tenggelam, tidak menyurutkan niat Hendrik untuk membuktikan bahwa pembunuh itu ada. Sejak Harriet meninggal pada tahun 1966, Hendrik di setiap ulang tahunnya, selalu menerima bingkisan yang berisi figura dengan sebuah bunga yang telah diawetkan didalamnya. Hadiah yang dulu selalu diberikan oleh Harriet. Hendrik yakin si pembunuh masih berkeliaran disekitarnya, memanfaatkan momen ulang tahun tersebut untuk menyiksanya secara mental selama berpuluh-puluh tahun.
Kasus yang sebenarnya tidak menarik sama sekali bagi Blomkvist. Namun ketika ia diberi harapan akan bukti besar terkait kebiadaban Wennerström, Blomkvist menerima tantangan tersebut.
Untuk menyelesaikan pekerjaannya, Blomkvist bersedia menempati sebuah rumah tamu yang terletak di Hedeby. Ia membawa semua perlengkapannya ke tempat tersebut, menandatangani kontrak untuk satu tahun pekerjaan dan sekaligus berjanji tidak akan membuka mulut pada siapapun terkait keberadaannya di lingkungan Vanger. Merampungkan buku tentang riwayat keluarga besar Vanger, adalah alasan yang ia gunakan ketika ada orang yang bertanya tentang pekerjaannya di sana. Namun jauh sebelum itu semua, Hendrik Vanger telah mempekerjakan seorang detektif ulung dari Milton Security bernama Lisbeth Salander, untuk melacak dan mencari tahu sedetail-detainya tentang sosok Blomkvist. Setelah yakin dengan laporan yang ia terima, Vanger segera meminta Blomkvist untuk bertemu dengannya. Tentu saja membawa kenangan masa kecilnya di tempat tersebut, memberi poin tambahan untuk menaklukkan Blomkvist pada keinginannya.
Maka dimulailah penyelidikan tersebut. Ratusan laporan, tak terhitung banyaknya foto, pengamatan mendalam mulai menjadi bagian dalam keseharian Blomkvist. Ketika menemui jalan buntu dan membutuhkan seorang asisten, Vanger mempertemukannya dengan Salander. Duo maut yang pada akhirnya mampu menguak sebuah rahasia besar dalam keluarga Vanger. Ketidaksenangan diantara sesama Vanger, misteri hilangnya Harriet, pertengkaran keluarga yang seakan tiada akhir, memang menjadi alasan yang tepat bagi Hendri Vanger untuk mempekerjakan Blomkvist.

Fakta yang akhirnya ditemukan oleh Blomkvist dan Salander adalah:
1.     Harriet Vanger tak pernah dibunuh, bunuh diri, meninggal tepatnya. Ia sukses menjadi seorang pengusaha peternakan biri-biri di Australia. Ia memang sengaja melarikan diri pada September 1966 tanpa diketahui oleh keluarga besarnya yang pada saat itu tengah mengadakan pertemuan keluarga di Hedeby.
2.     Pelariannya hanya melibatkan Anita Vanger, sepupu yang ia percaya dan sangat ia sayangi. Pada Anita lah Harriet menceritakan segala hal. Sebuah cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Hendrik di hari “kematiannya”.
3.     Alasan terbesar Harriet meninggalkan Hedeby adalah fakta bahwa ayah dan kakak kandungnya adalah pembunuh berdarah dingin. Ayahnya, Gottfried Vanger, adalah pembunuh berantai dari tahun 1949. Ia telah membunuh puluhan wanita, memperkosa mereka terlebih dahulu. Kegilaan ayahnya tersebut diturunkan pada putranya, Martin Vanger. Bahkan di akhir cerita, Martin mengaku kepada Blomkvist bahwa ia juga telah menjadi santapan ayahnya selama bertahun-tahun. Pun begitu halnya dengan Harriet.
4.    Pada tahun 1965, setelah berhasil memperkosa puterinya sendiri, Gottfried yang sedang mabuk berat, dibunuh oleh putrinya dengan cara ditenggelamkan. Sayang, aksi tersebut dilihat oleh Martin. Dan ia menjadikan hal tersebut untuk memaksa Harriet mengikuti segala kemauannya.
5.     Harriet merasa hidupnya terancam. Ketika terjadi kecelakaan besar di sekitar tempat tinggalnya pada tahun 1966 itu, ketika semua mata terfokus pada kecelakaan tersebut, ketika ia tak memiliki pilihan lain selain melarikan diri, Harriet pun menghilang seperti di telan bumi. Sejak saat itu, Martin melanjutkan tradisi pembunuhannya yang sangat mengerikan di gudang bawah rumahnya. Gudang yang ia jadikan alasan untuk menyimpan dokumen-dokumen pekerjaannya. Gudang yang sesungguhnya berfungsi sebagai bilik kematian.

Selain kehidupan pribadi Blomkvist dan masing-masing keluarga Vanger, buku ini juga mengupas kehidupan si gadis bertato naga, Salander. Sayangnya di buku pertama ini, kisahnya belum dijadikan kisah utama. Sehingga seperti yang saya bicarakan di bagian awal tadi, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentangnya.
Buku yang terdiri dari empat bagian ini juga menampilkan empat fakta menarik yang dituliskan di halaman depan masing-masing bagian. Ini dia:
1.     Delapan belas persen perempuan Swedia pernah mendapat ancaman dari seorang pris setidaknya satu kali.
2.    Empat puluh enam persen perempuan di Swedia pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.
3.     Tiga belas persen perempuan di Swedia pernah menjadi korban kekerasan seksual yang semakin lama semakin buruk di luar hubungan intim mereka.
4.     Sembilan puluh dua persen perempuan di Swedia yang pernah mengalami kekerasan seksual tidak melaporkan insiden kekerasan terakhir pada polisi.

Fakta yang sangat mencengangkan! Miris. Sebagai perempuan, saya sedih sekali setiap kali membacanya. 

ini Stieg Larsson yang fenomenal itu.

Untuk kesempurnaan, saya beri lima bintang pada buku ini. Plok plok plok. Tunggu resensi dua buku berikutnya ya teman-teman..

Salam!


2 komentar:

Ila Rizky mengatakan...

point nomor 4 sepertinya ga cuma di swedia aja, mba. mungkin di indo juga, apalagi jika korbannya termasuk orang yang susah bergaul di lingkungannya, jd cenderung pendiam. mungkin dipikirnya lebih baik diem aja.

Orestilla mengatakan...

iya saii..seringkali perempuan memang menjadi korban. Dan masih sedikit perempuan yang mampu serta berani untuk mempertahankan hak nya :')

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Kamis, Januari 23

The Girl With The Dragon Tattoo - Stieg Larsson

Diposting oleh Orestilla di 07.47.00



Tak cukup 48 jam untuk menyelesaikan 780 halaman milik Stieg Larsson yang tentu saja memikat. Saya memang selalu beruntung karena dipertemukan dengan karya-karya hebat seperti ini. Dan bagi saya, buku ini (termasuk dua sekuelnya) adalah buku langka. Kenapa? Karena saya sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mendapatkannya. Hasilnya seringkali nihil, bahkan ketika saya langsung memesan ke penerbit Qanita. Kemudian takdi mempertemukan saya dengan seorang penjual buku online. Dari beliau lah saya berhasil menyatukan ketiga buku ini untuk saya lahap sendiri. Saya tentu cukup maruk jika hanya menikmatinya seorang diri. Maka disinilah saya, bersama (semoga) ratusan blurbs yang akan selalu saya bagikan pada teman-teman semua.
Oke. Bagi yang belum pernah baca kaca Larsson, saya akan beberkan beberapa fakta menarik tentang penulis yang satu ini. Fakta yang sebenarnya bisa diketahui siapa saja karena saya dapatkan dari “halaman penulis”. Stieg Larsson meninggal pada tahun 2004, hanya beberapa saat setelah mengirimkan naskah The Girl with The Dragon Tatto, dan dua sekuelnya, The Girl who Played With Fire dan The Girl who Kicked The Hornet’s Nest. Ketiga novel yang dikenal sebagai Millenium Trilogy ini langsung menjadi fenomena. Memukau pembaca di seluruh dunia, menyabet penghargaan dan dua kali diadaptasi ke dalam film.
The Girl with The Dragon Tattoo adalah buku pertama yang akan membuat kita tertantang untuk menyelesaikan buku kedua dan ketiga. Girl. Gadis. Maka ketika pertama kali membuka halaman pertama buku ini, otak saya langsung mencari keberadaannya. Pada awalnya saya berpikir, tokoh ini lah yang akan dibahas mendalam dalam ratusan halaman yang ada. Namun prediksi saya salah. Dan jika saja boleh jujur, ada banyak pertanyaan tentang gadis bertato naga yang tidak terjawab hingga saya menyelesaikan buku ini. Mungkin di buku berikutnya? Kita lihat saja nanti.
Cerita diawali dengan tampilan masalah seorang jurnalis investigarif sekaligus pemilik majalah Millenium, Mikael Blomkvist. Blomkvist menggegerkan dunia bisnis ketika menerbitkan sebuah artikel yang mengupas kebejatan seorang ahli keuangan dan pengusaha besar bernama Hans-Eric Wennerström. Blomkivst menyadari kesalahan terbesarnya. Ia ditipu oleh seseorang untuk mendapatkan bukti-bukti yang ia kemukan dalam artikel tersebut. Dan tentu saja, ia harus rela dipenjarakan karena telah mencemarkan nama baik pengusaha tersebut. Walaupun Blomkvist sendiri yakin, ia tidak salah dalam menilai.
Kekalahannya di meja persidangan, membuat Blomkvist berkeinginan untuk menenangkan dirinya dari rutinitas. Pada saat itulah ia dikenalkan dengan seorang renta berumur 72 tahun, Hendrik Vanger, seorang pengusaha dan bekas pimpinan kelompok perusahaan Vanger. Vanger adalah raja pada masanya, seorang tokoh kunci dalam industri Swedia. Namun reorganisasi, krisis dan kompetisi akhirnya menghapus nama besar Vanger dalam percaturan bisnis. Saat ini perusahaan tersebut dipimpin oleh Martin Vanger, cucu lelaki dari kakak tertua Hendri, Richard Vanger. Dari perkenalan pertama mereka, Blomkvist mendapat keterangan bahwasanya dulu, ketika ia masih berumur 3 tahun, Blomkvist dan keluarganya pernah tinggal di kawasan tersebut. Ayahnya bekerja pada Vanger.
Vanger membawanya ke Hedeby untuk mengungkapkan kasus kematian adik perempuan Martin yang bernama Harriet Vanger. Kasus yang sudah ditutup secara resmi puluhan tahun yang lalu. Kasus yang meninggalkan luka mendalam pada Hendrik hingga ia dinilai telah terobsesi dengan kejadian tersebut. Kasus yang tak pernah terpecahkan selama hampir 37 tahun. Kasus yang tidak meninggalkan bukti apa-apa, bahkan mayat sekalipun. Walaupun sebagian besar orang beranggapan bahwa Harriet mati karena bunuh diri dan kemk ungkinan mayatnya tenggelam, tidak menyurutkan niat Hendrik untuk membuktikan bahwa pembunuh itu ada. Sejak Harriet meninggal pada tahun 1966, Hendrik di setiap ulang tahunnya, selalu menerima bingkisan yang berisi figura dengan sebuah bunga yang telah diawetkan didalamnya. Hadiah yang dulu selalu diberikan oleh Harriet. Hendrik yakin si pembunuh masih berkeliaran disekitarnya, memanfaatkan momen ulang tahun tersebut untuk menyiksanya secara mental selama berpuluh-puluh tahun.
Kasus yang sebenarnya tidak menarik sama sekali bagi Blomkvist. Namun ketika ia diberi harapan akan bukti besar terkait kebiadaban Wennerström, Blomkvist menerima tantangan tersebut.
Untuk menyelesaikan pekerjaannya, Blomkvist bersedia menempati sebuah rumah tamu yang terletak di Hedeby. Ia membawa semua perlengkapannya ke tempat tersebut, menandatangani kontrak untuk satu tahun pekerjaan dan sekaligus berjanji tidak akan membuka mulut pada siapapun terkait keberadaannya di lingkungan Vanger. Merampungkan buku tentang riwayat keluarga besar Vanger, adalah alasan yang ia gunakan ketika ada orang yang bertanya tentang pekerjaannya di sana. Namun jauh sebelum itu semua, Hendrik Vanger telah mempekerjakan seorang detektif ulung dari Milton Security bernama Lisbeth Salander, untuk melacak dan mencari tahu sedetail-detainya tentang sosok Blomkvist. Setelah yakin dengan laporan yang ia terima, Vanger segera meminta Blomkvist untuk bertemu dengannya. Tentu saja membawa kenangan masa kecilnya di tempat tersebut, memberi poin tambahan untuk menaklukkan Blomkvist pada keinginannya.
Maka dimulailah penyelidikan tersebut. Ratusan laporan, tak terhitung banyaknya foto, pengamatan mendalam mulai menjadi bagian dalam keseharian Blomkvist. Ketika menemui jalan buntu dan membutuhkan seorang asisten, Vanger mempertemukannya dengan Salander. Duo maut yang pada akhirnya mampu menguak sebuah rahasia besar dalam keluarga Vanger. Ketidaksenangan diantara sesama Vanger, misteri hilangnya Harriet, pertengkaran keluarga yang seakan tiada akhir, memang menjadi alasan yang tepat bagi Hendri Vanger untuk mempekerjakan Blomkvist.

Fakta yang akhirnya ditemukan oleh Blomkvist dan Salander adalah:
1.     Harriet Vanger tak pernah dibunuh, bunuh diri, meninggal tepatnya. Ia sukses menjadi seorang pengusaha peternakan biri-biri di Australia. Ia memang sengaja melarikan diri pada September 1966 tanpa diketahui oleh keluarga besarnya yang pada saat itu tengah mengadakan pertemuan keluarga di Hedeby.
2.     Pelariannya hanya melibatkan Anita Vanger, sepupu yang ia percaya dan sangat ia sayangi. Pada Anita lah Harriet menceritakan segala hal. Sebuah cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Hendrik di hari “kematiannya”.
3.     Alasan terbesar Harriet meninggalkan Hedeby adalah fakta bahwa ayah dan kakak kandungnya adalah pembunuh berdarah dingin. Ayahnya, Gottfried Vanger, adalah pembunuh berantai dari tahun 1949. Ia telah membunuh puluhan wanita, memperkosa mereka terlebih dahulu. Kegilaan ayahnya tersebut diturunkan pada putranya, Martin Vanger. Bahkan di akhir cerita, Martin mengaku kepada Blomkvist bahwa ia juga telah menjadi santapan ayahnya selama bertahun-tahun. Pun begitu halnya dengan Harriet.
4.    Pada tahun 1965, setelah berhasil memperkosa puterinya sendiri, Gottfried yang sedang mabuk berat, dibunuh oleh putrinya dengan cara ditenggelamkan. Sayang, aksi tersebut dilihat oleh Martin. Dan ia menjadikan hal tersebut untuk memaksa Harriet mengikuti segala kemauannya.
5.     Harriet merasa hidupnya terancam. Ketika terjadi kecelakaan besar di sekitar tempat tinggalnya pada tahun 1966 itu, ketika semua mata terfokus pada kecelakaan tersebut, ketika ia tak memiliki pilihan lain selain melarikan diri, Harriet pun menghilang seperti di telan bumi. Sejak saat itu, Martin melanjutkan tradisi pembunuhannya yang sangat mengerikan di gudang bawah rumahnya. Gudang yang ia jadikan alasan untuk menyimpan dokumen-dokumen pekerjaannya. Gudang yang sesungguhnya berfungsi sebagai bilik kematian.

Selain kehidupan pribadi Blomkvist dan masing-masing keluarga Vanger, buku ini juga mengupas kehidupan si gadis bertato naga, Salander. Sayangnya di buku pertama ini, kisahnya belum dijadikan kisah utama. Sehingga seperti yang saya bicarakan di bagian awal tadi, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentangnya.
Buku yang terdiri dari empat bagian ini juga menampilkan empat fakta menarik yang dituliskan di halaman depan masing-masing bagian. Ini dia:
1.     Delapan belas persen perempuan Swedia pernah mendapat ancaman dari seorang pris setidaknya satu kali.
2.    Empat puluh enam persen perempuan di Swedia pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.
3.     Tiga belas persen perempuan di Swedia pernah menjadi korban kekerasan seksual yang semakin lama semakin buruk di luar hubungan intim mereka.
4.     Sembilan puluh dua persen perempuan di Swedia yang pernah mengalami kekerasan seksual tidak melaporkan insiden kekerasan terakhir pada polisi.

Fakta yang sangat mencengangkan! Miris. Sebagai perempuan, saya sedih sekali setiap kali membacanya. 

ini Stieg Larsson yang fenomenal itu.

Untuk kesempurnaan, saya beri lima bintang pada buku ini. Plok plok plok. Tunggu resensi dua buku berikutnya ya teman-teman..

Salam!


2 komentar on "The Girl With The Dragon Tattoo - Stieg Larsson"

Ila Rizky on 25 Januari 2014 pukul 19.38 mengatakan...

point nomor 4 sepertinya ga cuma di swedia aja, mba. mungkin di indo juga, apalagi jika korbannya termasuk orang yang susah bergaul di lingkungannya, jd cenderung pendiam. mungkin dipikirnya lebih baik diem aja.

Orestilla on 27 Januari 2014 pukul 10.35 mengatakan...

iya saii..seringkali perempuan memang menjadi korban. Dan masih sedikit perempuan yang mampu serta berani untuk mempertahankan hak nya :')

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea