Jumat, Januari 17

The Confession - John Grisham

Diposting oleh Orestilla di 15.28.00


Buku kriminal ini menjadi buku ketiga yang saya baca di tahun 2014, tepat sehari setelah saya menamatkan The Cuckoo’s Calling-nya Robert Galbraith. Kebetulan buku ini pun saya beli bersamaan dengan buku kriminal fenomenal milik J.K Rowling tersebut.
Satu pemahaman yang mampir dalam benak saya ketika membaca The Confession adalah, bahwasanya tak semua yang kita tangkap dengan indera merupakan sebuah kebenaran yang hakiki. Adakalanya dalam menilai sesuatu, insting menjadi satu pertimbangan yang tak bisa disepelekan begitu saja. Bagaimana jadinya bila akal bertahan tanpa rasa? Yang ada hanyalah kehampaan. Kekosongan. Kebodohan pada akhirnya.
Membaca The Confession setelah mengeksekusi The Cuckoo’s Calling pada awalnya membuat saya merasa dihadapkan pada balutan dua kejadian kriminal yang formatnya berbeda sama sekali. Jika Robert Galbraith membuat kita bertanya-tanya dari awal hingga akhir; menjatuhkan tuduhan pada begitu banyak  tokoh; mencurigai sekian banyak alur, John Grisham malah mempertemukan kita dengan sang pembunuh dari halaman awal buku ini.
Grisham mengawali cerita dengan kedatangan seorang lelaki ke sebuah gereja St. Mark. Lelaki bernama Travis Boyette ini membawa dua pengakuan hebat pada sang pendeta, Keith Schroeder. Ia sedang sekarat karena tumor otak yang dideritanya dan yang paling mencengangkan adalah tindakan mengerikan yang ia lakukan Sembilan tahun sebelumnya, membunuh seorang gadis pemandu sorak bernama Nicole Yarber.
Sayangnya, kepolisian setempat, pengadilan dan pihak terkait lainnya tengah menyiapkan hukuman mati untuk si tertuduh yang tak bersalah, Donte Drumm. Pemuda berkulit hitam yang dinilai cukup baik di lingkungannya. Penangkapan Donte Sembilan tahun yang lalu dinilai tak berdasar karena:
tak ada bukti fisik,
tak ada mayat (karena menurut pengakuan terpaksa Donte, ia telah membuang mayat gadis tersebut di sungai merah, didukung fakta penemuan membercard Nicole di sepanjang aliran sungai selama penyisiran),
hanya pengakuan ampuh (pengakuan dari bibir Donte yang keluar ketika ia telah benar-benar lelah menghadapi interogasi selama belasan jam, tanpa istirahat, dengan banyak ancaman, kata-kata kasar dan tekanan mental yang akan membuat siapa saja mengambil keputusan yang sama dengannya),
seekor anjing pelacak (bernama Yogi yang disinyalir mengendus dengan penuh keyakinan bahwa aroma Nicole ditemukan dalam mobil van hijau milik keluarga Donte),
saksi mata yang berdusta bernama Joey Gamble (lelaki yang menaruh hati pada Nicole sekaligus membenci Donte, sang pangeran lapangan futbol. Pada awal kesaksiannya pada polisi, Gamble sama sekali tidak menyangka bahwa idenya yang penuh dusta membawa temannya sendiri pada sebuah kematian).
Boyette meminta bantuan Keith untuk memberitahu seluruh dunia bahwa telah terjadi salah penangkapan dalam kasus kematian Nicole. Sementara si pendeta merasa sangat kebingungan karena dihadapkan pada permasalahan hukum yang sama sekali tak ia pahami. Berkat kegigihannya (dan dibantu oleh istrinya, Dana), Keith berhasil menemukan seorang pengacara pembela yang selama 9 tahun itu telah membantu Donte untuk bebas dari kesalahan yang tak pernah dilakukannya. Pengacara kawakan bernama Robbie Flak.
Walau pada awalnya Mr. Flak tidak mempercayai pengakuan Boyette, kesungguhan Keith untuk datang langsung ke Slone yang berjarak 650 km dari Kansas, akhirnya meluluhkan hati Robbie dan memberi kesempatan bagi Boyette untuk memperbaiki kesalahannya.
Usaha keras yang mereka bersama lakukan; dengan membuat rekaman pengakuan langsung oleh Boyette; afidavit (penarikan kesaksian palsu) dari Joey Gamble; tergesa-gesa menyerahkan perjuangan terakhir mereka ke pengadilan; surel darurat ke kantor gubernur, pada akhirnya keputusan tetap bulat dan tak bisa lagi diganggu gugat, permohonan penundaan dan penghentian eksekusi ditolak.
Dan ketika menit demi menit berlalu, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain pasrah dan ikhlas. Pun demikian halnya dengan Donte dan keluarganya. Ditengah rasa sedih dan kecewa luar biasa, Donte telah menyiapkan dirinya sendiri untuk menghadang kematian. Dan pesan terakhir Donte sebelum cairan mematikan itu menembus pembuluh darahnya, membuat saya yang sedang membaca kisah ini seakan sedang bergabung dengan mereka semua di bilik kematian itu, menatap pada tubuh kurus Donte yang dipajang ditengah ruangan, diatas brankas yang ditutupi seprai putih, dengan lima sabuk yang melingkari tubuhnya.
Begini bunyi pesannya:

“Aku mencintai ibuku dan ayahku, dan aku sedih sekali ayahku meninggal sebelum aku sempat mengucapkan selamat berpisah. Negara Bagian Texas tidak mengizinkan aku menghadiri pemakamannya. Kepada Cendric, Marvin dan Andrea, aku mencintai kalian semua dan kita akan berjumpa kembali suatu hari nanti. Maafkan aku karena telah melibatkan kalian dalam semua ini, tapi ini bukan salahku. Kepada Robbie, aku sayang kau, Bung. Kau yang terhebat. Kepada keluarga Nicole Yarber. Dia gadis yang manis, dan kuharap suatu hari mereka menemukan orang yang membunuhnya. Dengan demikian kurasa kalian semua harus berada di sini dan menyaksikannya sekali lagi. Aku tidak bersalah! Aku sudah dihukum selama sembilan tahun oleh Negara Bagian Texas untuk sebuah kejahatan yang tidak kulakukan! Aku tak pernah menyentuh Nicole Yarber dan aku tak tahu siapa yang membunuhnya. Kepada Detektif Drew Kerber, Paul Koffee, Hakim Grale, semua anggota dewan juri yang rasis, semua tikus buta di mahkamah-mahkamah banding, dan kepada Gubernur Newton, hari penghakiman kalian akan tiba. Pada saat mereka menemukan pembunuh yang sebenarnya, aku akan hadir di sana untuk menghantui kalian.”

Sebuah pesan akhir yang cukup membuat bulu kuduk merinding bukan?
Dan benar saja. Hanya selang beberapa jam saja setelah kematian memilukan Donte, mereka semua mengetahui dengan pasti bahwasanya orang yang mereka eksekusi adalah seorang pemuda baik yang sama sekali tak bersalah. Fakta yang terlambat hadir di permukaan. Namun sesuai dengan janjinya, Robbie Flak sekali lagi berjuang untuk Donte, kali ini demi membersihkan nama baiknya, memberitahu semua orang bahwasanya Donte tak punya sumbangsih sama sekali terhadap kematian Nicole Yarber.
Sebuah akhir yang yaaaa..membuat kita si pembaca nyesek banget. Dan begitulah cara John Grisham menaklukkan pembacanya. Ssstt…salah satu alasan saya langsung menarik buku ini dari rak toko tanpa membaca reviewnya terlebih dahulu, tentu saja karena nama besar Grisham.
Ah. Selamat membaca deh buat kamu yang penasaran dengan buku ini. Yang pasti sedikit banyak, ilmu kita akan hukum dan peradilan menjadi bertambah. Bagaimana pandangan masyarakat di luar negeri sana akan ras, bagaimana seorang tokoh agama berperan besar dalam masalah politik dan sosial, dan sebagainya, dan sebagainya.


Baca deh. Dan nggak ada satu buku pun yang merugikan pembacanya.
Salam!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Jumat, Januari 17

The Confession - John Grisham

Diposting oleh Orestilla di 15.28.00


Buku kriminal ini menjadi buku ketiga yang saya baca di tahun 2014, tepat sehari setelah saya menamatkan The Cuckoo’s Calling-nya Robert Galbraith. Kebetulan buku ini pun saya beli bersamaan dengan buku kriminal fenomenal milik J.K Rowling tersebut.
Satu pemahaman yang mampir dalam benak saya ketika membaca The Confession adalah, bahwasanya tak semua yang kita tangkap dengan indera merupakan sebuah kebenaran yang hakiki. Adakalanya dalam menilai sesuatu, insting menjadi satu pertimbangan yang tak bisa disepelekan begitu saja. Bagaimana jadinya bila akal bertahan tanpa rasa? Yang ada hanyalah kehampaan. Kekosongan. Kebodohan pada akhirnya.
Membaca The Confession setelah mengeksekusi The Cuckoo’s Calling pada awalnya membuat saya merasa dihadapkan pada balutan dua kejadian kriminal yang formatnya berbeda sama sekali. Jika Robert Galbraith membuat kita bertanya-tanya dari awal hingga akhir; menjatuhkan tuduhan pada begitu banyak  tokoh; mencurigai sekian banyak alur, John Grisham malah mempertemukan kita dengan sang pembunuh dari halaman awal buku ini.
Grisham mengawali cerita dengan kedatangan seorang lelaki ke sebuah gereja St. Mark. Lelaki bernama Travis Boyette ini membawa dua pengakuan hebat pada sang pendeta, Keith Schroeder. Ia sedang sekarat karena tumor otak yang dideritanya dan yang paling mencengangkan adalah tindakan mengerikan yang ia lakukan Sembilan tahun sebelumnya, membunuh seorang gadis pemandu sorak bernama Nicole Yarber.
Sayangnya, kepolisian setempat, pengadilan dan pihak terkait lainnya tengah menyiapkan hukuman mati untuk si tertuduh yang tak bersalah, Donte Drumm. Pemuda berkulit hitam yang dinilai cukup baik di lingkungannya. Penangkapan Donte Sembilan tahun yang lalu dinilai tak berdasar karena:
tak ada bukti fisik,
tak ada mayat (karena menurut pengakuan terpaksa Donte, ia telah membuang mayat gadis tersebut di sungai merah, didukung fakta penemuan membercard Nicole di sepanjang aliran sungai selama penyisiran),
hanya pengakuan ampuh (pengakuan dari bibir Donte yang keluar ketika ia telah benar-benar lelah menghadapi interogasi selama belasan jam, tanpa istirahat, dengan banyak ancaman, kata-kata kasar dan tekanan mental yang akan membuat siapa saja mengambil keputusan yang sama dengannya),
seekor anjing pelacak (bernama Yogi yang disinyalir mengendus dengan penuh keyakinan bahwa aroma Nicole ditemukan dalam mobil van hijau milik keluarga Donte),
saksi mata yang berdusta bernama Joey Gamble (lelaki yang menaruh hati pada Nicole sekaligus membenci Donte, sang pangeran lapangan futbol. Pada awal kesaksiannya pada polisi, Gamble sama sekali tidak menyangka bahwa idenya yang penuh dusta membawa temannya sendiri pada sebuah kematian).
Boyette meminta bantuan Keith untuk memberitahu seluruh dunia bahwa telah terjadi salah penangkapan dalam kasus kematian Nicole. Sementara si pendeta merasa sangat kebingungan karena dihadapkan pada permasalahan hukum yang sama sekali tak ia pahami. Berkat kegigihannya (dan dibantu oleh istrinya, Dana), Keith berhasil menemukan seorang pengacara pembela yang selama 9 tahun itu telah membantu Donte untuk bebas dari kesalahan yang tak pernah dilakukannya. Pengacara kawakan bernama Robbie Flak.
Walau pada awalnya Mr. Flak tidak mempercayai pengakuan Boyette, kesungguhan Keith untuk datang langsung ke Slone yang berjarak 650 km dari Kansas, akhirnya meluluhkan hati Robbie dan memberi kesempatan bagi Boyette untuk memperbaiki kesalahannya.
Usaha keras yang mereka bersama lakukan; dengan membuat rekaman pengakuan langsung oleh Boyette; afidavit (penarikan kesaksian palsu) dari Joey Gamble; tergesa-gesa menyerahkan perjuangan terakhir mereka ke pengadilan; surel darurat ke kantor gubernur, pada akhirnya keputusan tetap bulat dan tak bisa lagi diganggu gugat, permohonan penundaan dan penghentian eksekusi ditolak.
Dan ketika menit demi menit berlalu, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain pasrah dan ikhlas. Pun demikian halnya dengan Donte dan keluarganya. Ditengah rasa sedih dan kecewa luar biasa, Donte telah menyiapkan dirinya sendiri untuk menghadang kematian. Dan pesan terakhir Donte sebelum cairan mematikan itu menembus pembuluh darahnya, membuat saya yang sedang membaca kisah ini seakan sedang bergabung dengan mereka semua di bilik kematian itu, menatap pada tubuh kurus Donte yang dipajang ditengah ruangan, diatas brankas yang ditutupi seprai putih, dengan lima sabuk yang melingkari tubuhnya.
Begini bunyi pesannya:

“Aku mencintai ibuku dan ayahku, dan aku sedih sekali ayahku meninggal sebelum aku sempat mengucapkan selamat berpisah. Negara Bagian Texas tidak mengizinkan aku menghadiri pemakamannya. Kepada Cendric, Marvin dan Andrea, aku mencintai kalian semua dan kita akan berjumpa kembali suatu hari nanti. Maafkan aku karena telah melibatkan kalian dalam semua ini, tapi ini bukan salahku. Kepada Robbie, aku sayang kau, Bung. Kau yang terhebat. Kepada keluarga Nicole Yarber. Dia gadis yang manis, dan kuharap suatu hari mereka menemukan orang yang membunuhnya. Dengan demikian kurasa kalian semua harus berada di sini dan menyaksikannya sekali lagi. Aku tidak bersalah! Aku sudah dihukum selama sembilan tahun oleh Negara Bagian Texas untuk sebuah kejahatan yang tidak kulakukan! Aku tak pernah menyentuh Nicole Yarber dan aku tak tahu siapa yang membunuhnya. Kepada Detektif Drew Kerber, Paul Koffee, Hakim Grale, semua anggota dewan juri yang rasis, semua tikus buta di mahkamah-mahkamah banding, dan kepada Gubernur Newton, hari penghakiman kalian akan tiba. Pada saat mereka menemukan pembunuh yang sebenarnya, aku akan hadir di sana untuk menghantui kalian.”

Sebuah pesan akhir yang cukup membuat bulu kuduk merinding bukan?
Dan benar saja. Hanya selang beberapa jam saja setelah kematian memilukan Donte, mereka semua mengetahui dengan pasti bahwasanya orang yang mereka eksekusi adalah seorang pemuda baik yang sama sekali tak bersalah. Fakta yang terlambat hadir di permukaan. Namun sesuai dengan janjinya, Robbie Flak sekali lagi berjuang untuk Donte, kali ini demi membersihkan nama baiknya, memberitahu semua orang bahwasanya Donte tak punya sumbangsih sama sekali terhadap kematian Nicole Yarber.
Sebuah akhir yang yaaaa..membuat kita si pembaca nyesek banget. Dan begitulah cara John Grisham menaklukkan pembacanya. Ssstt…salah satu alasan saya langsung menarik buku ini dari rak toko tanpa membaca reviewnya terlebih dahulu, tentu saja karena nama besar Grisham.
Ah. Selamat membaca deh buat kamu yang penasaran dengan buku ini. Yang pasti sedikit banyak, ilmu kita akan hukum dan peradilan menjadi bertambah. Bagaimana pandangan masyarakat di luar negeri sana akan ras, bagaimana seorang tokoh agama berperan besar dalam masalah politik dan sosial, dan sebagainya, dan sebagainya.


Baca deh. Dan nggak ada satu buku pun yang merugikan pembacanya.
Salam!

0 komentar on "The Confession - John Grisham"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea