Jumat, September 13

Wanita Penghantar Pernikahan #Part2

Diposting oleh Orestilla di 08.51.00


Resti gundah gulana karena baru saja ditinggal pergi kekasihnya tanpa alasan pasti. Lelaki itu meninggalkannya begitu saja ketika cinta masih melekat hebat tepat dihatinya. Resti bak kehilangan tempat untuk bersandar. Hari-harinya berlalu dalam kelu. Resti tak menampik bahwa hatinya masih mendamba sang lelaki. Walau untuk memilikinya kembali hanya bagaikan mimpi abadi. Resti tak akan pernah bangun dari mimpinya, dan segalanya tak akan pernah menjadi nyata.

Dalam kegalauan hati itulah ia bertemu dengan Ari. Lelaki baru yang tertaut umur dua tahun diatasnya. Ari dengan sikapnya yang luwes, kata-katanya yang mengundang tawa, dan kecintaannya pada segala hal yang juga dicintai Resti, menempatkannya di sebuah pojok istimewa di hati Resti. Hari-hari berikutnya mereka lalui dengan penuh suka. Dengah kesibukannya masing-masing, Resti dan Ari selalu meluangkan waktu -yang walaupun singkat- hanya untuk sekedar berbagi hal apa pun yang mereka temui hari itu. Ada kalanya Ari mengajak Resti untuk melancong ke sebuah tempat rental dvd, memilihkan tontonan-tontonan seru atau terkadang merekomendasikan beberapa buku yang pada akhirnya membuat Resti tergila-gila pada jenis bacaan berat yang dulu tak pernah ia sentuh. Ketika pulang dalam sebuah perjalanan “rahasia” yang ia lakukan, Ari menghadiahkan beberapa batang coklat, makanan favorit Resti. Kudapan manis ini bagi Resti bagaikan sebuah obat pelipur lara dari segala macam masalah yang mendera. Rumusnya: Masalah + Coklat = Bahagia. Rumus aneh yang ia sendiri tak pahami, namun berlaku benar dalam kenyataannya. Hari menjadi minggu untuk kemudian berganti bulan, mereka menjelmakan hubungan yang mereka awali dengan sebuah ketidaksengajaan menjadi satu persahabatan yang mendatangkan bahagia bagi keduanya.

Namun sedari awal Resti sudah memblokir hatinya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada sahabat barunya itu. Karena dari awal pun Ari secara tak langsung sudah memproklamirkan keterikatannya pada seorang hawa, wanita istimewa yang sudah menempati hatinya. Resti menyadari itu dengan sangat, bahwa ia tak akan pernah menjamah tempat “terlarang” itu. 

Pertemuan ada karena perpisahan juga tak bisa disangkal keberadaannya. Memadu persahabatan dengan lelaki yang sudah mengikrarkan janji pada wanita lain, mengharuskan Resti untuk bersiap-siap kehilangan. Kehilangan tawa Ari yang meledak-ledak ketika larut malam mereka habiskan via telepon genggam, kehilangan serapah Ari yang selalu menafsirkan tingkah laku Resti yang selalu lain dari manusia normal lainnya, kehilangan nasehat berharga yang seringkali Ari lontarkan ketika Resti menghujaninya dengan curahan-curahan hati, kehilangan suara Ari yang menentramkan ketika pada malam-malam tertentu Ari mendongeng kisah-kisah seru untuknya, kehilangan momen-momen tergila yang mereka lalui berdua. Seminggu sebelum pernikahannya, Ari masih berusaha untuk berlaku sama seperti yang lalu. Namun resti tau dalam diamnya bahwa Ari hanya tak ingin membuatnya bersedih, membuatnya benar-benar kehilangan. Walau setelah ia benar-benar menikah, Ari tak pernah lagi menjamah hidupnya dengan bahagia. Ari telah pergi dan ia tak akan lagi pernah kembali. Dalam kesendiriannya, ada satu hal yang tak pernah disadari Resti, ia sebenarnya telah jatuh cinta, jatuh pada waktu dan orang yang salah. Jatuh karena kebodohannya sendiri. Dan ia sadar, sama seperti lelaki yang dulu pernah meninggalkannya, Resti hanya berperan sebagai wanita penghantar pernikahan.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Jumat, September 13

Wanita Penghantar Pernikahan #Part2

Diposting oleh Orestilla di 08.51.00


Resti gundah gulana karena baru saja ditinggal pergi kekasihnya tanpa alasan pasti. Lelaki itu meninggalkannya begitu saja ketika cinta masih melekat hebat tepat dihatinya. Resti bak kehilangan tempat untuk bersandar. Hari-harinya berlalu dalam kelu. Resti tak menampik bahwa hatinya masih mendamba sang lelaki. Walau untuk memilikinya kembali hanya bagaikan mimpi abadi. Resti tak akan pernah bangun dari mimpinya, dan segalanya tak akan pernah menjadi nyata.

Dalam kegalauan hati itulah ia bertemu dengan Ari. Lelaki baru yang tertaut umur dua tahun diatasnya. Ari dengan sikapnya yang luwes, kata-katanya yang mengundang tawa, dan kecintaannya pada segala hal yang juga dicintai Resti, menempatkannya di sebuah pojok istimewa di hati Resti. Hari-hari berikutnya mereka lalui dengan penuh suka. Dengah kesibukannya masing-masing, Resti dan Ari selalu meluangkan waktu -yang walaupun singkat- hanya untuk sekedar berbagi hal apa pun yang mereka temui hari itu. Ada kalanya Ari mengajak Resti untuk melancong ke sebuah tempat rental dvd, memilihkan tontonan-tontonan seru atau terkadang merekomendasikan beberapa buku yang pada akhirnya membuat Resti tergila-gila pada jenis bacaan berat yang dulu tak pernah ia sentuh. Ketika pulang dalam sebuah perjalanan “rahasia” yang ia lakukan, Ari menghadiahkan beberapa batang coklat, makanan favorit Resti. Kudapan manis ini bagi Resti bagaikan sebuah obat pelipur lara dari segala macam masalah yang mendera. Rumusnya: Masalah + Coklat = Bahagia. Rumus aneh yang ia sendiri tak pahami, namun berlaku benar dalam kenyataannya. Hari menjadi minggu untuk kemudian berganti bulan, mereka menjelmakan hubungan yang mereka awali dengan sebuah ketidaksengajaan menjadi satu persahabatan yang mendatangkan bahagia bagi keduanya.

Namun sedari awal Resti sudah memblokir hatinya sendiri untuk tidak jatuh cinta pada sahabat barunya itu. Karena dari awal pun Ari secara tak langsung sudah memproklamirkan keterikatannya pada seorang hawa, wanita istimewa yang sudah menempati hatinya. Resti menyadari itu dengan sangat, bahwa ia tak akan pernah menjamah tempat “terlarang” itu. 

Pertemuan ada karena perpisahan juga tak bisa disangkal keberadaannya. Memadu persahabatan dengan lelaki yang sudah mengikrarkan janji pada wanita lain, mengharuskan Resti untuk bersiap-siap kehilangan. Kehilangan tawa Ari yang meledak-ledak ketika larut malam mereka habiskan via telepon genggam, kehilangan serapah Ari yang selalu menafsirkan tingkah laku Resti yang selalu lain dari manusia normal lainnya, kehilangan nasehat berharga yang seringkali Ari lontarkan ketika Resti menghujaninya dengan curahan-curahan hati, kehilangan suara Ari yang menentramkan ketika pada malam-malam tertentu Ari mendongeng kisah-kisah seru untuknya, kehilangan momen-momen tergila yang mereka lalui berdua. Seminggu sebelum pernikahannya, Ari masih berusaha untuk berlaku sama seperti yang lalu. Namun resti tau dalam diamnya bahwa Ari hanya tak ingin membuatnya bersedih, membuatnya benar-benar kehilangan. Walau setelah ia benar-benar menikah, Ari tak pernah lagi menjamah hidupnya dengan bahagia. Ari telah pergi dan ia tak akan lagi pernah kembali. Dalam kesendiriannya, ada satu hal yang tak pernah disadari Resti, ia sebenarnya telah jatuh cinta, jatuh pada waktu dan orang yang salah. Jatuh karena kebodohannya sendiri. Dan ia sadar, sama seperti lelaki yang dulu pernah meninggalkannya, Resti hanya berperan sebagai wanita penghantar pernikahan.


0 komentar on "Wanita Penghantar Pernikahan #Part2"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea