Senin, Februari 10

Tea for Two - Clara NG

Diposting oleh Orestilla di 10.51.00


Buku keenam dan karya anak Indonesia pertama yang saya baca dalam tahun ini, Tea for Two. Walaupun judulnya pake bahasa inggris gitu, ini asli ditulis oleh penulis dalam negeri tercinta, namanya Clara NG. 


Sekilas tentang penulis. Clara NG merupakan salah satu penulis yang mendedikasikan karyanya pada tema perempuan, keluarga dan cinta. Lulusan Ohio State University jurusan Interpersonal Communication ini pernah memenangkan Adikarya IKAPI selama tiga tahun berturut-turut, 2006-2008.
Jujur, kesan pertama yang saya dapatkan ketika bertemu buku ini sama sekali tidak menggoda. Saya bosan. Pengantarnya bagus. Namun dialog-dialog antar tokoh dalam halaman berikutnya, sumpah garing banget. (Kadang saya merasa gimanaaaa gitu kalaunya sedang menilai buku orang lain, sementara diri sendiri belum punya satu pun. hiks. oke kembali ke laptop).
Namun, perlahan tapi pasti, saya mulai tertarik. Dan tentu saja, tak berhenti hingga tuntas. Saya sengaja menandai beberapa kalimat (kebiasaan saya setiap kali membaca), yang saya anggap penting dan punya nilai tersendiri.
Tea for two menceritakan tentang kehidupan seorang wanita sukses bernama Sassy yang memiliki sebuah perusahaan unik, perusahaan makcomblang, perusahaan yang ia namakan dengan Tea for two? Mengapa harus two “dua”? Mengapa tidak three or four? Mungkin karena perusahaan ini berusaha menyatukan dua insan yang sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain, hingga tak sedikit diantara mereka yang memutuskan untuk menikah. Diawali dengan secangkir teh, diakhiri dengan penyatuan dua hati dalam biduk pernikahan.
Sassy selalu menyampaikan energi positif pada seluruh kliennya, menancapkan mimpi indah Cinderella pada mereka yang merasa kalah sebelum berperang terkait masalah percintaan. Sebuah harga yang sayangnya tak Sassy temukan dalam pernikahannya sendiri. Setelah jatuh takluk pada seorang lelaki mapan, tampan dan penuh kharisma, Sassy mulai meninggalkan ke”aku”an dirinya, berubah menjadi sosok yang diinginkan kekasihnya. Ia yang dengan nama cinta, akhirnya harus rela hidup bersama dengan lelaki dengan ego setinggi puncak Himalaya. Lelaki temperamental yang menurut saya agak sedikit gila, karena perasaannya berubah cepat tanpa rambu-rambu yang jelas.
Sassy yang awalnya menumpangkan segala mimpi dan kepercayaannya pada Alan, si lelaki tersebut, akhirnya memutuskan untuk bercerai. Bukan karena ia tak lagi mencintai Alan, bukan juga karena Alan tak mencintainya, tapi lebih pada keinginannya untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan tanpa harus tersakiti lagi.
Buku ini mengajarkan banyak hal, tentu saja. Terlebih pada kita-kita yang belum pernah mencoba biduk pernikahan. Namun ada satu kalimat penutup di buku ini yang membuat saya menyesal, “mengapa saya tak membaca kalimat peringatan ini sebelum melahap buku Clara?”. Begini kalimatnya:

It could happen to you. It could happen to anybody. Ini lah kisah yang menelanjangi sisi buruk pernikahan. Para lajang, gemetarlah, karena lelaki yang kau pikir Mr. Right bisa berubah menjadi Mr. Totally Wrong.

Hahaha. Saya hanya bisa tertawa karena saya anggap saya telah terlalu terlambat untuk membaca peringatan tersebut, yang entah kenapa memang dihadirkan di bagian akhir.
And this is the precious sentence from “Tea for Two”:
Memang sangat mudah meletakkan kesalahan di bahu perempuan. Sangat otomatis menjadikan perempuan sebagai kambing hitam, seotomatis mencari toilet sambil berlari sekencang-kencangnya ketika terserang diare [page 18 of 312] - Lelaki dilahirkan dengan sebuah ego yang jika tak mampu dikendalikannya, maka akan seringkali berakibat fatal. Dan perempuan dengan sisi lemah yang juga ia bawa sedari lahir, menempatkannya sebagai lahan empuk yang bisa dijadikan sebagai pelampiasan ego tersebut. Menyedihkan memang. Namun fakta bicara keras di sekitar kita. Bukalah mata dan tonton sendiri.
Terkadang aku ingin mengintip takdirku agar hidupku lebih terencana. Tapi aku baru sadar, Tuhan menyimpan takdir untuk kejutan [page 96 0f 312].
Jodoh memang misterius. Beberapa orang butuh bantuan untuk dicarikan jodoh. Seperti cinta, mungkin jodoh juga mempunyai tanggal kadaluwarsa. Itulah yang menyebabkan jodoh harus berganti atau didaur ulang [page 309 of 312].
Untuk sebuah pelajaran yang mungkin tak saya temukan di banyak buku tentang pernikahan, terimakasih Clara.

Judul
:
Tea for Two
Penulis
:
Clara NG
Halaman
:
312
Penerbit
:
Gramedia, Agustus 2009

 Salam!

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Senin, Februari 10

Tea for Two - Clara NG

Diposting oleh Orestilla di 10.51.00


Buku keenam dan karya anak Indonesia pertama yang saya baca dalam tahun ini, Tea for Two. Walaupun judulnya pake bahasa inggris gitu, ini asli ditulis oleh penulis dalam negeri tercinta, namanya Clara NG. 


Sekilas tentang penulis. Clara NG merupakan salah satu penulis yang mendedikasikan karyanya pada tema perempuan, keluarga dan cinta. Lulusan Ohio State University jurusan Interpersonal Communication ini pernah memenangkan Adikarya IKAPI selama tiga tahun berturut-turut, 2006-2008.
Jujur, kesan pertama yang saya dapatkan ketika bertemu buku ini sama sekali tidak menggoda. Saya bosan. Pengantarnya bagus. Namun dialog-dialog antar tokoh dalam halaman berikutnya, sumpah garing banget. (Kadang saya merasa gimanaaaa gitu kalaunya sedang menilai buku orang lain, sementara diri sendiri belum punya satu pun. hiks. oke kembali ke laptop).
Namun, perlahan tapi pasti, saya mulai tertarik. Dan tentu saja, tak berhenti hingga tuntas. Saya sengaja menandai beberapa kalimat (kebiasaan saya setiap kali membaca), yang saya anggap penting dan punya nilai tersendiri.
Tea for two menceritakan tentang kehidupan seorang wanita sukses bernama Sassy yang memiliki sebuah perusahaan unik, perusahaan makcomblang, perusahaan yang ia namakan dengan Tea for two? Mengapa harus two “dua”? Mengapa tidak three or four? Mungkin karena perusahaan ini berusaha menyatukan dua insan yang sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain, hingga tak sedikit diantara mereka yang memutuskan untuk menikah. Diawali dengan secangkir teh, diakhiri dengan penyatuan dua hati dalam biduk pernikahan.
Sassy selalu menyampaikan energi positif pada seluruh kliennya, menancapkan mimpi indah Cinderella pada mereka yang merasa kalah sebelum berperang terkait masalah percintaan. Sebuah harga yang sayangnya tak Sassy temukan dalam pernikahannya sendiri. Setelah jatuh takluk pada seorang lelaki mapan, tampan dan penuh kharisma, Sassy mulai meninggalkan ke”aku”an dirinya, berubah menjadi sosok yang diinginkan kekasihnya. Ia yang dengan nama cinta, akhirnya harus rela hidup bersama dengan lelaki dengan ego setinggi puncak Himalaya. Lelaki temperamental yang menurut saya agak sedikit gila, karena perasaannya berubah cepat tanpa rambu-rambu yang jelas.
Sassy yang awalnya menumpangkan segala mimpi dan kepercayaannya pada Alan, si lelaki tersebut, akhirnya memutuskan untuk bercerai. Bukan karena ia tak lagi mencintai Alan, bukan juga karena Alan tak mencintainya, tapi lebih pada keinginannya untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan tanpa harus tersakiti lagi.
Buku ini mengajarkan banyak hal, tentu saja. Terlebih pada kita-kita yang belum pernah mencoba biduk pernikahan. Namun ada satu kalimat penutup di buku ini yang membuat saya menyesal, “mengapa saya tak membaca kalimat peringatan ini sebelum melahap buku Clara?”. Begini kalimatnya:

It could happen to you. It could happen to anybody. Ini lah kisah yang menelanjangi sisi buruk pernikahan. Para lajang, gemetarlah, karena lelaki yang kau pikir Mr. Right bisa berubah menjadi Mr. Totally Wrong.

Hahaha. Saya hanya bisa tertawa karena saya anggap saya telah terlalu terlambat untuk membaca peringatan tersebut, yang entah kenapa memang dihadirkan di bagian akhir.
And this is the precious sentence from “Tea for Two”:
Memang sangat mudah meletakkan kesalahan di bahu perempuan. Sangat otomatis menjadikan perempuan sebagai kambing hitam, seotomatis mencari toilet sambil berlari sekencang-kencangnya ketika terserang diare [page 18 of 312] - Lelaki dilahirkan dengan sebuah ego yang jika tak mampu dikendalikannya, maka akan seringkali berakibat fatal. Dan perempuan dengan sisi lemah yang juga ia bawa sedari lahir, menempatkannya sebagai lahan empuk yang bisa dijadikan sebagai pelampiasan ego tersebut. Menyedihkan memang. Namun fakta bicara keras di sekitar kita. Bukalah mata dan tonton sendiri.
Terkadang aku ingin mengintip takdirku agar hidupku lebih terencana. Tapi aku baru sadar, Tuhan menyimpan takdir untuk kejutan [page 96 0f 312].
Jodoh memang misterius. Beberapa orang butuh bantuan untuk dicarikan jodoh. Seperti cinta, mungkin jodoh juga mempunyai tanggal kadaluwarsa. Itulah yang menyebabkan jodoh harus berganti atau didaur ulang [page 309 of 312].
Untuk sebuah pelajaran yang mungkin tak saya temukan di banyak buku tentang pernikahan, terimakasih Clara.

Judul
:
Tea for Two
Penulis
:
Clara NG
Halaman
:
312
Penerbit
:
Gramedia, Agustus 2009

 Salam!

0 komentar on "Tea for Two - Clara NG"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea