Kamis, Februari 13

Monte Francis - By Their Father's Hand

Diposting oleh Orestilla di 11.04.00



Sebelum berceloteh panjang tentang buku ini, boleh saya memaki?
“Dasar laki-laki gila….!!!!”
Iya. Sesaat sebelum menyelesaikan buku ini, saya dilanda prahara batin. Serius. Saya sempat berpikir seandainya saya berada di posisi yang sama, gadis-gadis itu..anak-anak kecil itu..manusia-manusia polos yang belum tahu sama sekali akan hidup dengan segudang problematikanya yang tiada akhir. Ah. Membayangkannya saja sudah membuat saya bergidik ngeri, apalagi bayangan itu menjadi realita. Akan terkenang dengan sangat pahit tentunya di hati saya.
Monte Francis saya nilai sebagai seorang penulis yang mau membebani pundaknya dengan resiko besar dengan mengangkat kisah ini dalam sebuah buku. Membeberkan fakta-fakta gila yang berkembang di sebuah kota besar seperti California, tentunya bukanlah pekerjaan gampang. Monte merakit sedikit demi sedikit hasil penelitian dan penyelidikan kepolisian untuk mengumpulkan kisah tragis ini dalam lembaran. Walaupun tak semua hasil penyelidikan tersebut berhasil ia dapatkan. Setidaknya, sedikit dari yang Monte peroleh, sudah cukup untuk memaki dan mengumpat di dalam hati.
***
12 Maret 2004, Fresno, California geger hanya dalam beberapa jam setelah aksi pembunuhan-bunuh diri yang menimpa 9 (sembilan) orang anggota keluarga, 2 (dua) diantaranya adalah perempuan dewasa, sementara 7 (tujuh) lainnya masih sangat kecil, bahkan ada bayi yang baru berusia beberapa bulan. Tersangka utama dari kasus tersebut adalah Marcus Wesson. Ayah, paman, sekaligus kakek dari mereka yang terbunuh.
Setelah diusut lebih jauh, terbongkarlah rahasia besar yang sulit dicerna oleh akal sehat. Marcus Wesson, hidup bersama istri, anak, cucu, keponakan, yang ia nikahi. Hubungan inces yang sulit untuk dijelaskan dalam bagan keluarga. Marcus menikahi anak kandungnya dan keponakannya sampai melahirkan bayi yang menjadi anak sekaligus cucunya sendiri. Anak-anak tersebut kemudian diasingkan dari kehidupan sosial, mereka dididik dengan pembelajaran yang dirumuskan sendiri oleh sang penguasa, Marcus Wesson. Sementara anak-anak gadisnya yang telah beranjak dewasa bekerja di beberapa restoran untuk menghidupi keluarga besar tersebut, Marcus hanya duduk-duduk santai dirumahnya. Jangan bayangkan sebuah rumah mewah yang mampu menampung 14 orang anggota keluarga mereka. Marcus hanya mampu menyediakan sebuah kapal bobrok yang ia beli dengan harga murah dengan kerusakan di sana sini. Kapal yang ia letakkan di sebuah pantai, menyediakan perahu kecil yang akan membawa anggota keluarga mereka menepi jika ingin membeli kebutuhan pangan ataupun bekerja.
Marcus juga melengkapi anak-anaknya dengan peti mati sebagai tempat tidur. Kepercayaan baru yang ia ciptakan dengan menggabungkan Tuhan dan Vampir, membuat Marcus yakin bahwa ia adalah seorang bampir yang sekaligus bertindak sebagai Tuhan di muka bumi. Maka mulailah ia mencuci otak seluruh anggota keluarganya, sehingga tak seorang pun yang berani melawan perintahnya. Pun begitu halnya dengan perkawinan. Marcus menikahi anak-anak dan keponakannya dengan sebuah ritual yang ia siapkan sedemikian hingga. Tujuannya adalah untuk memperoleh ras vampir murni. Sayang, beberapa diantara gadis-gadis tersebut akhirnya menyadari bahwa ayah mereka adalah seorang gila psikopat yang akan merenggut masa depan mereka nantinya. Sofina dan Ruby adalah yang berhasil kabur dari genggaman Marcus. Namun mereka tidak bisa membawa pergi putra maupun putrinya.
Setelah menimbang banyak hal, akhirnya Sofina dan Ruby memutuskan untuk menjemput anak-anak mereka. Pada saat itu Marcus dan keluarganya tidak lagi tinggal di Sudan (nama kapal bobrok) karena mereka terusir, tetapi di sebuah rumah yang tak layak huni dengan jumlah anggota keluarga demikian banyaknya. Dalam wawancara dengan beberapa orang tetangga, juga diketahui bahwa tak ada satu orang pun dari mereka yang mengetahui keberadaan anak-anak kecil dalam keluarga tersebut. Mereka hanya sering melihat perempuan-perempuan dewasa dengan pakaian hitam yang selalu melekat di badan mereka.
Kedatangan Sofina dan Ruby membuat beberapa anggota keluarga tersebut marah besar. Mereka memang menganggap Sofina dan Ruby sebagai pengkhianat. Mereka berdua dipandang sebagai manusia yang akan menjadi petaka dengan memisahkan keluarga mereka. jauh sebelum kejadian berdarah ini, Marcus telah menanamkan sebuah prinsip pada keluarganya. Apabila suatu hari nanti ada yang ingin memisahkan mereka, baik itu pemerintah melalui DPA (Dewan Perlindungan Anak) atau pihak lain, maka anak yang lebih dewasa akan membunuh anak-anak kecil untuk kemudian membunuh dirinya sendiri. Mereka percaya pada semua perkataan Marcus, bahwa mereka adalah anak Tuhan yang akan kembali pada-Nya daripada harus hidup terpisah.
Yang paling ditakutkan Sofina dan Ruby pun terjadi hari itu. Eksekutornya adalah Sebhrenah, anak sekaligus istri Marcus Wesson. Dia menembaki anak-anak dengan timah peluru di mata kanan mereka (kecuali anaknya sendiri yang ditembak di mata kiri) kemudian menembak dirinya sendiri. Mayat-mayat yang bersimbah darah tersebut ditumpuk di sudut salah satu kamar. Setelah pembunuhan-bunuh diri itu terjadi, Marcus menyerahkan dirinya kepada polisi. Namun di dalam persidangan, baik itu Marcus, istri dan anak-anaknya yang lain (yang masih hidup), percaya bahwa yang menjadi pembunuh dalam kejadian tersebut adalah Sofina dan Ruby. Karena jika hari itu mereka tidak datang, tidak akan ada yang terbunuh.
Penyangkalan yang berbelit-belit dan tidak masuk akal pada akhirnya membawa Marcus Wesson pada hukuman mati. Di dalam sel terakhirnya itulah Marcus menyelesaikan autobiografinya, yang tak pernah diterbitkan.
***
Di halaman terakhir buku ini, terlihat beberapa potong potret keluarga Marcus. Juga penampakannya ketika ditangkap dan disidang. Ia berkulit hitam, berperawakan sangar, tubuhnya tinggi besar dengan rambut panjang yang digimbal. Sementara anak-anak hasil perkawinannya dengan sang istri, anak dan keponakannya memiliki raut wajah yang sangat mirip dengannya. Anak-anak polos yang hidupnya harus berakhir dengan sebuah penjagalan memilukan. Kejadian ini disebut-sebut sebagai pembunuhan massal paling kejam di Fresno.
Saya kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan kebiadaban laki-laki ini.
Siapkan saja mental yang kuat untuk menuntaskan kisah ini hingga tamat.

Marcus Wesson
7 (tujuh) anak-anak lucu yang meninggal bersimbah darah
Pohon keluarga Marcus Wesson. Lihat bagaimana hubungan inces tersebut berlaku dalam keluarga ini
Rumah pembantaian 12 Maret 2004
Peti mati yang disediakan oleh Marcus untuk anak-anaknya

Judul
:
By Their Father’s Hand
Penulis
:
Monte Francis
Halaman
:
330
Penerbit
:
Gramedia

Salam!
 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

Kamis, Februari 13

Monte Francis - By Their Father's Hand

Diposting oleh Orestilla di 11.04.00



Sebelum berceloteh panjang tentang buku ini, boleh saya memaki?
“Dasar laki-laki gila….!!!!”
Iya. Sesaat sebelum menyelesaikan buku ini, saya dilanda prahara batin. Serius. Saya sempat berpikir seandainya saya berada di posisi yang sama, gadis-gadis itu..anak-anak kecil itu..manusia-manusia polos yang belum tahu sama sekali akan hidup dengan segudang problematikanya yang tiada akhir. Ah. Membayangkannya saja sudah membuat saya bergidik ngeri, apalagi bayangan itu menjadi realita. Akan terkenang dengan sangat pahit tentunya di hati saya.
Monte Francis saya nilai sebagai seorang penulis yang mau membebani pundaknya dengan resiko besar dengan mengangkat kisah ini dalam sebuah buku. Membeberkan fakta-fakta gila yang berkembang di sebuah kota besar seperti California, tentunya bukanlah pekerjaan gampang. Monte merakit sedikit demi sedikit hasil penelitian dan penyelidikan kepolisian untuk mengumpulkan kisah tragis ini dalam lembaran. Walaupun tak semua hasil penyelidikan tersebut berhasil ia dapatkan. Setidaknya, sedikit dari yang Monte peroleh, sudah cukup untuk memaki dan mengumpat di dalam hati.
***
12 Maret 2004, Fresno, California geger hanya dalam beberapa jam setelah aksi pembunuhan-bunuh diri yang menimpa 9 (sembilan) orang anggota keluarga, 2 (dua) diantaranya adalah perempuan dewasa, sementara 7 (tujuh) lainnya masih sangat kecil, bahkan ada bayi yang baru berusia beberapa bulan. Tersangka utama dari kasus tersebut adalah Marcus Wesson. Ayah, paman, sekaligus kakek dari mereka yang terbunuh.
Setelah diusut lebih jauh, terbongkarlah rahasia besar yang sulit dicerna oleh akal sehat. Marcus Wesson, hidup bersama istri, anak, cucu, keponakan, yang ia nikahi. Hubungan inces yang sulit untuk dijelaskan dalam bagan keluarga. Marcus menikahi anak kandungnya dan keponakannya sampai melahirkan bayi yang menjadi anak sekaligus cucunya sendiri. Anak-anak tersebut kemudian diasingkan dari kehidupan sosial, mereka dididik dengan pembelajaran yang dirumuskan sendiri oleh sang penguasa, Marcus Wesson. Sementara anak-anak gadisnya yang telah beranjak dewasa bekerja di beberapa restoran untuk menghidupi keluarga besar tersebut, Marcus hanya duduk-duduk santai dirumahnya. Jangan bayangkan sebuah rumah mewah yang mampu menampung 14 orang anggota keluarga mereka. Marcus hanya mampu menyediakan sebuah kapal bobrok yang ia beli dengan harga murah dengan kerusakan di sana sini. Kapal yang ia letakkan di sebuah pantai, menyediakan perahu kecil yang akan membawa anggota keluarga mereka menepi jika ingin membeli kebutuhan pangan ataupun bekerja.
Marcus juga melengkapi anak-anaknya dengan peti mati sebagai tempat tidur. Kepercayaan baru yang ia ciptakan dengan menggabungkan Tuhan dan Vampir, membuat Marcus yakin bahwa ia adalah seorang bampir yang sekaligus bertindak sebagai Tuhan di muka bumi. Maka mulailah ia mencuci otak seluruh anggota keluarganya, sehingga tak seorang pun yang berani melawan perintahnya. Pun begitu halnya dengan perkawinan. Marcus menikahi anak-anak dan keponakannya dengan sebuah ritual yang ia siapkan sedemikian hingga. Tujuannya adalah untuk memperoleh ras vampir murni. Sayang, beberapa diantara gadis-gadis tersebut akhirnya menyadari bahwa ayah mereka adalah seorang gila psikopat yang akan merenggut masa depan mereka nantinya. Sofina dan Ruby adalah yang berhasil kabur dari genggaman Marcus. Namun mereka tidak bisa membawa pergi putra maupun putrinya.
Setelah menimbang banyak hal, akhirnya Sofina dan Ruby memutuskan untuk menjemput anak-anak mereka. Pada saat itu Marcus dan keluarganya tidak lagi tinggal di Sudan (nama kapal bobrok) karena mereka terusir, tetapi di sebuah rumah yang tak layak huni dengan jumlah anggota keluarga demikian banyaknya. Dalam wawancara dengan beberapa orang tetangga, juga diketahui bahwa tak ada satu orang pun dari mereka yang mengetahui keberadaan anak-anak kecil dalam keluarga tersebut. Mereka hanya sering melihat perempuan-perempuan dewasa dengan pakaian hitam yang selalu melekat di badan mereka.
Kedatangan Sofina dan Ruby membuat beberapa anggota keluarga tersebut marah besar. Mereka memang menganggap Sofina dan Ruby sebagai pengkhianat. Mereka berdua dipandang sebagai manusia yang akan menjadi petaka dengan memisahkan keluarga mereka. jauh sebelum kejadian berdarah ini, Marcus telah menanamkan sebuah prinsip pada keluarganya. Apabila suatu hari nanti ada yang ingin memisahkan mereka, baik itu pemerintah melalui DPA (Dewan Perlindungan Anak) atau pihak lain, maka anak yang lebih dewasa akan membunuh anak-anak kecil untuk kemudian membunuh dirinya sendiri. Mereka percaya pada semua perkataan Marcus, bahwa mereka adalah anak Tuhan yang akan kembali pada-Nya daripada harus hidup terpisah.
Yang paling ditakutkan Sofina dan Ruby pun terjadi hari itu. Eksekutornya adalah Sebhrenah, anak sekaligus istri Marcus Wesson. Dia menembaki anak-anak dengan timah peluru di mata kanan mereka (kecuali anaknya sendiri yang ditembak di mata kiri) kemudian menembak dirinya sendiri. Mayat-mayat yang bersimbah darah tersebut ditumpuk di sudut salah satu kamar. Setelah pembunuhan-bunuh diri itu terjadi, Marcus menyerahkan dirinya kepada polisi. Namun di dalam persidangan, baik itu Marcus, istri dan anak-anaknya yang lain (yang masih hidup), percaya bahwa yang menjadi pembunuh dalam kejadian tersebut adalah Sofina dan Ruby. Karena jika hari itu mereka tidak datang, tidak akan ada yang terbunuh.
Penyangkalan yang berbelit-belit dan tidak masuk akal pada akhirnya membawa Marcus Wesson pada hukuman mati. Di dalam sel terakhirnya itulah Marcus menyelesaikan autobiografinya, yang tak pernah diterbitkan.
***
Di halaman terakhir buku ini, terlihat beberapa potong potret keluarga Marcus. Juga penampakannya ketika ditangkap dan disidang. Ia berkulit hitam, berperawakan sangar, tubuhnya tinggi besar dengan rambut panjang yang digimbal. Sementara anak-anak hasil perkawinannya dengan sang istri, anak dan keponakannya memiliki raut wajah yang sangat mirip dengannya. Anak-anak polos yang hidupnya harus berakhir dengan sebuah penjagalan memilukan. Kejadian ini disebut-sebut sebagai pembunuhan massal paling kejam di Fresno.
Saya kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan kebiadaban laki-laki ini.
Siapkan saja mental yang kuat untuk menuntaskan kisah ini hingga tamat.

Marcus Wesson
7 (tujuh) anak-anak lucu yang meninggal bersimbah darah
Pohon keluarga Marcus Wesson. Lihat bagaimana hubungan inces tersebut berlaku dalam keluarga ini
Rumah pembantaian 12 Maret 2004
Peti mati yang disediakan oleh Marcus untuk anak-anaknya

Judul
:
By Their Father’s Hand
Penulis
:
Monte Francis
Halaman
:
330
Penerbit
:
Gramedia

Salam!
 

0 komentar on "Monte Francis - By Their Father's Hand"

Posting Komentar

Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea