Kembali
lagi bersamaku, Sang Dokter cinta yang katanya mampu menjadi motivator bagi
sebagian orang, yang sejujurnya... Halah. Kecoplosan. Tu
kaaaann...stop..!!stop..!! Jangan sampai ada sesi curhat. Hahahaha.
Cinta.
Bicara cinta, bicara banyak hal. Bicara tentang beragam perasaan yang bercampur
baur didalamnya. Ialah bahagia dengan segala suka cita hingga tak bisa menahan
bibir untuk tetap tersenyum sepanjang hari. Ialah kesedihan mendalam yang mampu
membuat segelintir orang bahkan terlalu nekat untuk mengakhiri perjalanan
panjang kehidupannya. Ialah keraguan tatkala cinta dihadapkan pada dua cermin
dengan pantulan indahnya yang berlomba untuk dipilih. Ialah kebodohan ketika
kesadaran akan ketidakmungkinan menuju akhir yang masih memaksa hati untuk tetap
bertahan dalam angan panjang tak berujung.
Tak ada
yang bisa menebak apa itu sebenarnya cinta. Sebelum membahas klasifikasi cinta
pada ciptaan Tuhan, mari kita sadari bahwa sesungguhnya cinta hanya pantas
dipersembahkan untuk-Nya, Sang Pencipta itu sendiri.
Ketika mendapati
dua insan dalam keseharian yang selalu tersenyum satu sama lain, yang mempertontonkan
rengkuhan penuh kasih didepan semua mata, cintakah itu yang mereka punya?
Tidak. Tidak untuk semua orang yang melakonkannya. Ada cinta yang lahir dari
sebuah keterpaksaan. Terpaksa karena tak ada pilihan lain yang bisa dipilih
dalam daftar pilihan yang ada. Terpaksa karena sebuah alasan yang ditempeli
label rahasia. Rahasia pribadi si pelakon dengan Sang Khalik. Rahasia yang
hanya akan menjadi miliknya sendiri sampai kematian mendatangi.
Ada cinta
dalam kepura-puraan. Melengkapi hidup yang dia percaya hanya sebuah sandiwara. Maka
bersandiwara pulalah ia dalam cinta. Namun jauh didalam hatinya yang paling
dalam, ada sebongkah kehampaan yang hanya dirasainya sendiri. Kehampaan yang
tertutupi oleh kepura-puraan yang ia perankan dengan sangat matang dan
menyentuh.
Cinta pada
pandangan pertama menjadi satu topik cinta yang seringkali dibicarakan ketika
mata bertemu mata dan hati menafsirkan keberadaannya. Namun siapa yang mampu
menjamin itu menjadi cinta yang sebenarnya? Berhati-hatilah. Tidakkah itu cinta
yang hanya memuja keindahan fisik semata? Atau cinta yang jatuh pada sikapnya
yang tampak sangat istimewa? Dan ya. Mungkin saja memang itu cinta
sesungguhnya. Ada yang bertahun-tahun menjalin cinta dan akhirnya berpaling
ketika pandangan pertama mengalihkan cinta lama pada perasaan baru yang
tarikannya lebih kuat dan membuat hati berbunga-bunga. Ada yang langsung
bertekuk lutut karena pandangan pertama telah membuatnya jatuh hingga hidup tak
lengkap ketika tak mendapatinya ada. Demikianlah cinta. Demikianlah pandangan
pertama yang mampu membuatnya ada.
Ada cinta
dalam diam. Cinta yang bersemi tanpa untaian kata. Tanpa sebuah pertemuan
istimewa. Tanpa kesepakatan akan sebuah status. Namun mampu menghadiahkan
letupan-letupan kebahagiaan. Cinta yang hadir saat pertemuan tak terduga
mempertemukan pandanganmu dengannya. Cinta yang menutupi malam kelammu dengan
megahnya kerlipan bintang. Cinta yang hadir bahkan tanpa disadari oleh
keduanya. Namun rasa itu ada dan sesungguhnya nyata.
Bila aku
berkata, ini dia cerita cintaku. Bagaimana denganmu?
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)