Yang keranjingan dengan
buku-bukunya Dan Brown, Scott Mariani dan penulis lain yang dalam setiap
karyanya sering mengedepankan konspirasi berbagai perkumpulan rahasia besar
dunia, sudah seharusnya membaca Foucault’s Pendulum.
Oke. Sebelum mengulik lebih
banyak lagi tentang novel yang ini, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan
penulisnya. Siapa yang tak kenal Umberto Eco? Karyanya bertajuk The Name of The
Rose (sudah saya masukkan dalam list bacaan tahun depan) merupakan salah satu
novel terlaris dunia. Pernah dalam sebuah medianet yang saya baca, novel
tersebut berada dalam list yang sama dengan Casual Vacancy-nya J.K. Rowling dan
The Alchemist-nya Paulo Coelho.
Dalam buku ini disebutkan
bahwa Umberto Eco lahir di Alessandria, Italia pada 1932. Dia adalah professor
semiotic di Universitas Bologna, seorang filsuf, sejarawan, kritikus sastra,
dan estetikus. Pokok penelitian keilmuannya berkisar dari Santo Thomas Aquinas
sampai James Joyce hingga Superman. Saat ini ia tinggal di Milan.
Dari background kehidupannya
saja, kita bisa menilai bahwasanya Foucault’s Pendulum tentu saja telah
berhasil diramu oleh seorang penulis yang memiliki otak genius seperti Umberto
Eco.
Foucault’s Pendulum sendiri
memiliki alur bolak balik dalam penyajiannya. Kisah ini diawali dengan
keberadaan tokoh utamanya, Casaubon, di Conservatoire des Arts et Métiers di
Paris. Ia tengah menunggu serangkaian acara dari perkumpulan rahasia yang dalam
ceritanya telah memutuskan kontaknya dengan Jacopo Belbo, temannya sesama
editor di sebuah penerbitan.
Disini diterangkan bahwa
Pendulum Foucault pertama kali diujicobakan di suatu gudang bawah tanah pada
tahun 1851, kemudian dipamerkan di observatorium, dan kelak di bawah kubah
Panteon dengan kawat sepanjang enam puluh tujuh meter dan sebuah bandul seberat
dua puluh delapan kilogram. Sejak 1855, Pendulum tersebut (dalam versi yang
lebih kecil) berada di Conservatoire des Arts et Métiers, tepatnya
Saint-Martin-des-Champs.
ini dia penampakan Conservatoire des Arts et Métiers yang saya culik dari mbah google |
Apa yang dilakukan Casaubon
di sana?
Ia sedang menunggu sebuah
pertunjukan hebat (bertepatan dengan Malam Santo Yohanes) yang sekaligus akan
menjelaskan alasan hilangnya Jacopo Belbo, teman dekat sekaligus partner
kerjanya di Garamond Press.
Apa yang terjadi sebelumnya
pada Belbo?
Belbo hilang secara misterius
setelah sebelumnya berhasil menghubungi Casaubon, memberitakan keberadaannya di
Paris setelah absen beberapa hari di kantor mereka tanpa alasan yang jelas.
Belbo berbicara dengan terburu-buru dengan menggunakan sebuah telepon umum,
mengabarkan bahwa Rencana yang mereka rilis bertiga (bersama seorang teman yang
lain bernama Diotavelli) adalah suatu hal yang nyata, bahwa ia tengah melarikan
diri dari suatu kelompok yang sedang berusaha membunuhnya, Kesatria Templar.
Namun sebelum ia menjelaskan lebih jauh lagi, hubungan telepon itu terputus
yang didahului oleh sebuah tembakan. Sebelum komunikasi mereka berakhir, Belbo
sempat meminta Casaubon untuk membaca seluruh file yang ia simpan di dalam
komputer kesayangannya, Abulafia.
Rencana apa yang mereka miliki?
Disinilah letak kisah
dramatiknya. Bersama kedua rekannya sesama editor, Casaubon berencana
menelurkan buku yang berisi tentang sebuah teori konspirasi. Hal ini mereka
lakukan sebagai bentuk bersenang-senang di tengah rasa lelah dalam tugasnya
membaca tumpukan manuskrip tentang teori-teori konspirasi okultisme. Namun
mereka mulai terobsesi. Menghabiskan waktu berhari-hari dikantor, mengunjungi
berbagai tempat dan puluhan perpustakaan. Membaca banyak buku tentang
Freemansory, Kabala hingga Kesatria Templar. Apalagi ide gila tersebut mendapat
respon positif dari atasan mereka, Signor Garamond. Dalam proses menyelesaikan
rencana ini pula mereka berkenalan dengan Signor Aglié, seorang misterius yang
memberi pengaruh besar di akhir cerita (ada baiknya tidak saya ceritakan
seluruhnya agar melahirkan tanda tanya di hati calon pembaca. hehe.)
Namun rencana besar tersebut
ternyata menarik perhatian sejumlah penggemar teori konspirasi. Parahnya lagi,
sebuah perkumpulan rahasia menganggapnya serius. Mereka yakin bahwasanya Belbo
memiliki kunci harta karun milik Kesatrian Templar. Permainan tersebut dalam
sekejab mata berubah menjadi teror yang bahkan sampai mengancam nyawa mereka.
Umberto Eco mengajak kita
menelusuri labirin gelap konspirasi-konspirasi besar dunia yang disuguhkan
dengan sangat menawan. Jangan ditanya perihal ilmu, ada banyak yang ia sediakan
dalam novel yang memiliki 691 halaman ini.
Salah satu hikmah yang bisa
saya simpulkan setelah mengeksekusi novel ini adalah “jangan pernah meremehkan sesuatu
hal, sekecil apapun itu”. Adakalanya hal tersebut sepele di mata kita,
namun begitu berharga di mata orang lain. Bahkan Casaubon, Belbo dan Diotavelli
tidak pernah menduga permainan yang mereka mulai dengan sebuah keisengan,
berakhir lewat kematian.
Foucault's Pendulum |
The Precious Sentencesnya
mana?
Ini dia:
karena memori manusia,
dengan susah payah, belajar untuk mengingat, tetapi tidak untuk melupakan (page
28)
aku adalah bagian dari
sebuah generasi yang hilang dan merasa nyaman di tengah-tengah orang lain yang
merasa kehilangan dan kesepian (page 86)
dunia adalah teka-teki,
sebuah teka-teki tak berbahaya yang dibuat mengerikan oleh kegilaan kita untuk
mencoba menginterpretasinya seolah-olah memiliki kebenaran yang mendasarinya
(page 105)
bertindaklah seperti orang
gila, dan selamanya kau tidak akan terduga (page 115)
pengecut mati berkali-kali
sebelum ia betul-betul mati (page 276)
aku membenci siapa pun yang
mencoba melihatku sebagai ilusi dari hasrat (page 278)
bicara adalah obat mujarab.
terapi kata (page 652)
Selamat berburu bukunya,
selamat membaca, selamat mencintai konspirasi.
Salam!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)