Bumi mati. Setidaknya bumi yang seperti hari ini kita tempati.
Setelahnya akan datang penguasa dari sebuah tempat yang tak terdeteksi oleh
kita - sepertinya makhluk luar angkasa - yang mendiami bumi kita dengan
memusnahkan manusia sebagai syaratnya. Bukan. Bukan manusia dalam arti raga,
namun jiwa. Iya. Jiwa manusia digantikan oleh jiwa-jiwa yang baru, kemudian
tubuh si manusia akan kembali hidup seperti sedia kala di bumi yang kita cinta.
Nama Stephenie Meyer
melambung ketika karya besarnya, tetralogi Twilight, New Moon, Eclipse,
Breaking Dawn, menguasai pasar buku dunia. Ditambah lagi dengan difilmkannya
karya-karya tersebut. Masih akan sangat segar dalam ingatan kita akan akting
memukau Kirsten Steward dan Robert Pattison dalam film-film tersebut. Namun ada
satu buku yang kemudian menambah daftar pengagum Meyer. Ialah The Host (Sang
Pengelana). Buku dua dunia yang tak lagi membahas percintaan manusia dan
vampire, tapi manusia dan makhluk luar angkasa tak kasatmata.
Buku ini pertama kali
diterbitkan pada tahun 2008. Bagi saya pribadi tak pernah ada kata terlambat
walau pada faktanya saya baru menyelesaikan setelah kurang lebih 5 tahun buku
ini beredar di pasaran. Buku dengan 770 halaman ini saya bereskan kurang dari
satu minggu saja. Pemilihan katanya memang tidaklah serumit karya Paulo Coelho,
Scott Fitzgerald, apalagi William Dalrymple. Sama seperti Inferno-nya Dan
Brown, The Host membawa kita pada sebuah petualangan dan pemikiran yang membuat
saya merasa sedang menonton pertunjukan demi pertunjukan di depan sebuah layar televisi.
Ceritanya hidup.
Kisah bermula saat satu jiwa
bernama Wanderer (dalam cerita kemudian dikenal dengan Wanda) disisipkan pada
tubuh manusia Mellanie Stryder. Tidak seperti jutaan penyisipan yang lain, jiwa
Mellanie melakukan penolakan dan membawa Wanda pada ingatan-ingatan tajam masa
lalunya. Sesuatu yang sangat menyusahkan Wanda. Bisa dibayangkan bagaimana jika
dalam kehidupan kita selalu dihantui oleh pemikiran-pemikiran yang seakan
bercokol didalam otak kita sendiri. Mengerikan bukan?
Ingatan itu pula lah yang
akhirnya membawa Wanda pada kenangan akan dua lelaki yang ia cinta. Kekasihnya
Jared dan adik kecilnya Jamie. Kenangan yang kemudian membuatnya melangkah
mencari kedua lelaki tersebut. Namun ketika berhasil menemukan mereka, Jared
dan Jamie bukan lagi keluarganya. Mereka menolak Wanda, terutama Jared. Itu
semua karena yang hadir saat ini di depan mereka bukan lagi perempuan yang
mereka cintai, Mellanie. Walaupun entah karena alasan apa, Wanda mulai
merasakan getaran cinta pada keduanya. Ingatan Mellanie semakin
mempengaruhinya. Sekejab, keinginan-mimpi-harapan-kerinduan yang dimiliki oleh
Mellanie menjadi miliknya juga.
Namun jiwa pun memiliki
cinta. Hal yang awalnya ditolak mati-matian oleh sekelompok manusia yang
berhasil dikumpulkan oleh Jeb (paman Mellanie) dalam gua bawah tanah miliknya.
Kesungguhan, ketulusan, kasih sayang yang ditunjukkan oleh Wanda (dalam tubuh
Mellanie sebagai inangnya) membuat hati-hati yang awalnya beku menjadi cair
kembali. Ketika cinta itu menguat dan ketergantungan beberapa hati mulai
membebani hidupnya, Wanda memutuskan untuk pergi. Tidak hanya pindah ke inang atau
dunia yang lain. Tapi benar-benar pergi untuk mati dan dikuburkan layaknya
manusia bumi.
Keputusannya memberi pukulan
telak pada orang-orang yang sudah sangat mencintainya. Tak terkecuali Jared.
Walau menginginkan Mellanie kembali, ia tidak tega membunuh Wanda sebagai
syarat utamanya. Karena saat jiwa Wanda dikeluarkan dari raganya, Mellanie akan
kembali dan Wanda akan mati.
Konflik juga muncul saat
Wanda menyadari bahwa cintanya jatuh pada pengawal pribadi yang sudah
membelanya sedari awal, Ian. Lelaki yang mencintainya jiwanya, bukan tubuh
manusianya. Disaat Wanda mengharapkan kehadiran Ian, Mellanie malah menangis
rindu akan dekapan Jared. Kisah cinta yang sangat rumit dan komplit menurut
saya.
Pergolakan hati seperti ini
jugalah yang akan dirasakan oleh pembaca. Meyer membawa kita pada sebuah masa
dimana bumi sudah dikuasai oleh makhluk asing. Waktu dimana jiwa manusia
menjadi hal yang sudah sangat langka. Waktu dimana jiwa-jiwa mereka sudah
mengambil alih segalanya. Petualangan Wanda (bersama Mellanie dalam
pemikirannya), Jared, Jeb, Jamie, Ian, Kyle dan puluhan orang lain akan membawa
pembaca larut dan sekali lagi, tak akan mau meletakkan buku ini hingga akhir.
Buku ini juga menggambarkan
bahwa alien -makhluk asing- ini tak seburuk yang kita bayangkan. Mereka dengan
caranya sendiri memiliki cinta sejati yang sangat tulus, melebihi cinta manusia
itu sendiri. Keberlangsungan hidup mereka yang tak mengenal kekerasan,
kebohongan dan keburukan lainnya, membuat saya menarik satu kesimpulan besar, “Meyer
menginginkan kita hidup dengan lebih baik agar nanti tak akan ada makhluk asing
yang berniat mengganti jiwa-jiwa buruk kita dengan jiwa-jiwa mereka yang jauh
lebih murni”.
The Precious Sentence yang
saya temukan di halaman 715 mengungkapkan perasaan terdalam Wanda pada Ian.
Kalimat yang ia ucapkan di malam terakhir ia hidup dalam tubuh inangnya.
Kalimat yang terucap ketika Mellanie dengan hati-hati melangkah dalam ceruk
tergelap otak mereka, memberikan waktu yang cukup pada Wanda untuk mengucapkan
selamat tinggal pada kekasih manusianya. Kalimat yang membuat hati saya sendiri
ikut bergetar sedih karenanya.
“Aku, jiwa yang disebut
Wanderer, mencintaimu, manusia yang bernama Ian. Dan itu tak kan pernah
berubah, tak peduli akan menjadi apa aku nantinya”.
The Host adalah salah satu
buku yang keren untuk diselami. Selamat membaca.
Salam!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)