Cerita ini ada karena siang
yang garang akan panasnya tiba-tiba berubah sendu karena hati saya terpapar
kelu. Kelu pada pengabdian yang sudah 4 tahun ini saya jalankan. Sebagai
seorang abdi negara, saya dan jutaan rekan yang lain di pelosok negeri ini
berusaha memberikan yang terbaik untuk bangsa. Walau tak sedikit juga diantara
kami yang mengecewakan ibu pertiwi. Entah itu masalah tilap-menilap uang
negara, entah itu masalah lainnya. Saya tidak peduli lagi. Walau bagaimanapun
penilaian pada hal ini tak bisa kita lakukan secara objektif, subjektif lah
teman. Jika ingin menunjuk buruk, cukup pada si pelaku yang bersalah. Jangan
lakukan pada kami semua. Karena masih banyak pegawai negeri di luar sana yang
jujur, yang mengemban tugas sepenuh hati karena dengan gaji bulanan itu kami
hidup dan menghidupi keluarga kami.
Tak jarang, airmata saya
jatuh. Bersedih. Menangisi hujatan-hujatan yang seakan memang pantas
dialamatkan pada kami semua. Bukankah di tempat lain juga ditemukan penjahat layaknya
yang tersorot dari lembaga kami? Bahkan ada yang jauh lebih menyakitkan.
Bukankah kami, anda dan kita semua ini manusia? Hamba-Nya yang pasti pernah
salah dan khilaf.
Namun jauh dari kekecewaan
dan kesedihan itu, saya meyakinkan hati nurani saya sendiri untuk tetap berbuat
baik. Tak pelru bagi saya segala pujian
dari mulut anda. Yang saya butuhkan hanya sebentuk kepuasan dan keikhlasan
dalam melayani Indonesia tercinta. Jika bagi anda, kami si pelayan ini terlalu
hina, masih ada bangsa dan negara yang menganggap kami ada.
Cerita ini terlahir dari
sebuah percakapan dengan salah seorang warga di tempat saya bekerja.
Warga: Saya mau ambil KTP elektronik. Bisa buk?
Saya: Bisa Pak. Boleh saya lihat KTP bapak yang lama?
Warga: Aduh. Saya nggak tau naruh dimana buk. Hilang.
Saya: Kalau begitu silahkan Bapak buatkan surat keterangan
kepolisian terlebih dahulu. Nanti setelah selesai, bapak bawa kembali ke sini
dan akan kami berikan KTP bapak yang baru.
Warga: Ga bisa pake SIM ya? atau surat dari RT?
Saya: Mohon maaf pak. Tidak bisa. Karena KTP yang lama akan
ditarik kembali sebagai ganti KTP baru
yang diedarkan. Dan jika memang hilang, maka akan kami lampirkan nantinya surat
keterangan hilang dari kepolisian.
Warga: Saya heran kenapa sistem di pemerintahan ini terlalu
berbelit-belit.
Saya: Maaf pak. Kami bekerja sesuai dengan aturan dan edaran
yang ada. Jika bapak berkenan, silahkan dibaca surat edaran langsung dari pusat
terkait penyebaran KTP elektronik ini.
Warga: Ah sudahlah. Saya juga belum terlalu butuh dengan KTP
ini. Saya kecewa karena dipersulit.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)