Berbeda 121 halaman dari
buku pendahulunya, The Girl who Played
with Fire [buku kedua trilogi Millenium], sesuai dugaan saya, memang
menguak rahasia besar Lisbeth Salander, si gadis bertato naga.
Buku ini dimulai dengan
kematian seorang jurnalis bernama Dag Svensson, yang tengah menyelidiki
industri perdagangan wanita di Swedia. Svensson berencana untuk menerbitkan
bukunya melalui Millenium. Dalam penyelidikan tersebut, Svensson banyak dibantu
oleh data-data yang juga dikumpulkan oleh kekasihnya, Mia Johansson, yang
sedang menyusun disertasi berjudul From
Rusia with Love, Perdagangan Manusia, Kejahatan Terorganisasi dan Respons
Masyarakat. Wanita yang ikut tewas tertembak bersamanya. Pada waktu yang
hampir bersamaan, Nils Bjurman, wali Lisbeth Salander, juga ditemukan terbunuh
di apartemennya. Sidik jari yang ditemukan di senjata ketiga orang itu mengarah
pada satu orang: Lisbeth Salander.
Kepolisian setempat segera
melakukan pergerakan. Richard Ekstrom, jaksa penuntut yang sangat berpengalaman
ditunjuk untuk memimpin investigasi pendahuluan. Ia dibantu oleh Inspektur
Kriminal Jan Bublanski. Dalam penyelidikan tersebut juga turut andil detektif
kenamaan dari Milton Security dan penyelidikan pribadi oleh Mikael Blomkvist.
Hanya Blomkvist yang percaya Salander tidak bersalah. Kepercayaan tersebut
bertambah kuat dengan keterangan yang diberikan oleh Salander melalui email
yang ia kirimkan pada Blomkvist. Pernyataan bahwa ia sama sekali tidak terlibat
dalam kedua pembunuhan tersebut. Sementara Salander harus bersembunyi,
Blomkvist berupaya menemukan bukti-bukti yang bisa membersihkan nama rekannya.
Sekali lagi, Mikael
Blomkvist, wartawan kriminal, dan Lisbeth Salander, si gadis Bengal ahli
hacking, bertemu dalam kasus yang mengancam hidup mereka.
Tak mereka sangka,
penyelidikan membawa mereka terlibat dalam sebuah konspirasi besar yang
melibatkan banyak pihak, termasuk badan intelijen Swedia. Bahkan, mereka
menemukan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Salander. Apa itu?
1. Salander, dan saudara
kembarnya, Camilla, lahir di dalam keluarga yang sangat berantakan. Ibunya yang
begitu jatuh cinta pada sang suami, merelakan dirinya dianiaya secara fisik dan
psikis. Hal yang pada akhirnya membuat perempuan itu harus mendekam di panti
rehabilitas dan mulai kehilangan ingatannya secara perlahan.
2. Salander dianggap
berpenyakit mental, psikopat. Sebuah anggapan yang hanya diterima begitu saja
oleh masyarakat karena disuap oleh berita berbagai media. Salander sendiri
memiliki kelebihan langka yaitu ingatan fotografis. Ia akan dengan sangat mudah
merekam segala sesuatu yang ia baca dalam waktu singkat. Kelebihan yang
membuatnya tidak mudah melupakan seluruh kejadian buruk yang telah dialaminya.
3. Pembunuh yang sedang dicari
oleh kepolisian adalah seorang lelaki raksasa yang mengidap sebuah kelainan
genetik, yang tidak akan pernah merasakan nyeri pada tubuhnya. Lelaki bernama
Niedermann. Di akhir cerita, kita akan mengetahui bahwa lelaki ini adalah
saudara tiri Salander.
4. Sementara Alexander
Zalachenko, lelaki yang dicurigai setelah bukti-bukti yang ada meragukan
keterlibatan Salander, adalah ayah kandung Salander yang berusaha ia bunuh
dengan sebuah bom pada tahun 1991. Selang beberapa waktu sebelum ia dimasukkan
ke dalam rumah sakit jiwa karena ditengarai berpengaruh buruk pada
lingkungannya. Zala sendiri adalah agen penting Uni Soviet yang melarikan diri
dan meminta suaka di Swedia. Pihak Swedia sendiri akhirnya menerima banyak
informasi rahasia dari Zala. Sesuatu hal yang menjadi rahasia militer Swedia
yang paling besar.
Mikael Blomkvist dan Lisbeth
Salander harus mengungkap kebenaran sebelum orang-orang yang tak ingin rahasia
itu terbongkar, berhasil menemukan dan membungkam Salander untuk selamanya.
Berkat ketajaman instingnya, Salander berhasil menemukan rumah pertanian yang
dijadikan oleh Zala sebagai tempat persembunyian. Disanalah akhirnya Salander
berhasil memuntahkan kemarahannya langsung kepada sang ayah, walau untuk itu
semua, ia harus merelakan beberapa butir peluru bersarang di tubuhnya yang
kurus.
Banyak yang berpendapat
bahwa buku kedua ini lebih tajam dan menusuk dibandingkan buku pertamanya.
Sejauh yang saya baca memang demikian. Halaman demi halaman menguak rahasia
yang sebelumnya tak sedikitpun mampir dalam pemikiran kita. Kegigihan dan
ketangguhan Salander memberikan pencerahan bahwasanya perempuan, selemah apapun
pandangan dunia padanya, sesungguhnya memiliki kekuatan yang tersembunyi.
Yang membuat saya berdecak
kagum adalah kelihaian Stieg Larsson yang sama sekali tidak mempertemukan
Blomkvist dan Salander secara “langsung” dalam kisah ini. Memang keduanya hanya
berkomunikasi melalui email. Dan pertemuan singkat hanya terjadi ketika
Blomkvist menemukan Salander di rumah pertanian milik Zala. Saat itu Salander
sudah terombang-ambing antara hidup dan mati.
Tidak ada orang yang tidak bersalah. Yang ada hanyalah perbedaan
derajat tanggung jawab [ page 573 of 901]
Judul
|
:
|
The Girl who Played with
Fire
|
Penulis
|
:
|
Stieg Larsson
|
Jumlah halaman
|
:
|
901
|
Penerjemah
|
:
|
Nurul Agustina
|
Penerbit
|
:
|
Qanita
|
Selamat membaca.
Salam!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)