Jangan bilang pecinta buku
kalau belum baca karya-karyanya Jane Austen. Pride and Prejudice. Pastinya ingat kan? Atau mungkin sebagian
besar dari kamu malah sudah menonton film layar lebarnya?
Iya. Jane Austen. Penulis
handal yang akhirnya menjadi motivator untuk kelahiran buku ini, Bespelling
Jane Austen yang digagas oleh empat penulis besar lainnya. Jadi ceritanya,
keempat penulis ini ditantang untuk melahirkan sebuah karya, dengan konsep
seperti cerita pendek, yang merupakan kembangan dari cerita-cerita Jane Austen
dari berbagai novel yang telah ia keluarkan.
Di bagian pertama, ada Mary
Balogh yang jatuh cinta pada karya Austen berjudul Persuassion. Dalam ceritanya yang bertajuk Almost Persuade, Balogh menuturkan lika-liku kehidupan seorang
lelaki dan wanita yang mengalami reinkarnasi. Mereka yang beberapa kali
dipertemukan pada kehidupan yang lalu, sama-sama gagal dalam mempertahankan
cinta. Maka dalam pertemuan sekian kalinya, mereka berupaya untuk kuat dan
tidak lagi menyerah pada proses penyatuan hati yang mungkin saja tak akan
pernah mereka jumpai lagi di reinkarnasi berikutnya. Cerita bersetting tahun
1800-an (ini tebak-tebakan saya saja, mengingat gaya hidup dan cara berpakaian
yang dikisahkan), memperkenalkan seorang gadis muda bernama Jane Everett yang
mendapat firasat bahwa lelaki yang ia temui di rumah seorang pendeta adalah
lelaki yang pernah mengisi hidupnya di masa lalu. Lelaki tampan bernama Kapten
Robert Mitford yang langsung saja menarik perhatiannya di jumpa pertama. Namun
status sosial yang berbeda membuat keduanya tak urung menikah. Sebuah alasan
yang menyadarkan mereka akan rintangan yang sekali lagi menghampiri seperti
halnya rintangan-rintangan lain yang mengalahkan mereka dahulu. Mampukah mereka
bersatu kali ini?
Cerita berikutnya datang
dari Colleen Gleason. Kepunyaannya dalam buku ini yang diberi judul Northanger
Castle terinspirasi dari Northanger Abbey-nya Jane Austen. Dalam ceritanya,
Gleason menetapkan tokoh Caroline Merril sebagai ganti dari Catherine Morland
yang membuatnya merasa menemukan kesamaan karakter dalam memahami dunia gothic.
Gleason memulai cerita dari wilayah Inggris pada tahun 2845 (ini memang
dicantumkan di awal paragraf pertama). Caroline curiga bahwa seorang lelaki
vampir sedang mengincar nyawa orang-orang terdekatnya. Kesukaannya membaca
buku-buku berbau mistis dan gothic membuatnya paranoid, sehingga
mengharuskannya membawa banyak benda yang ia yakin bisa menyelamatkannya dari
bangsa vampir. Bawang putih, salib dan pasak kayu adalah contoh benda-benda yang
selalu ia bawa dalam tas besarnya. Rasa ingin tahu dan kemarahan yang
menyelubungi perasaannya pada lelaki bernama Mr. Blanchard tersebut membawa
Caro pada berbagai penemuan yang membuatnya terhenyak berkali-kali. Ditambah
penuturan rahasia dari lelaki lain, James Thornton, yang mengaku sebagai teman
masa kecil Mr. Blanchard yang saat itu memang sedang merencanakan hal-hal
buruk. Caro percaya penuh padanya. Namun kejadiannya selanjutnya malah tidak
sesuai dengan perkiraan awal. Bukti-bukti yang ia temukan malah mengarah pada
sosok yang sedari awal tak membuatnya curiga. Dan ia harus berterima kasih
karena ternyata Mr. Blanchard sedang berusaha untuk menjauhkannya dari petaka.
Blood and Prejudice adalah kisah berikutnya yang ditulis oleh Susan
Krinard. Iya. Cerita ini terinspirasi dari karya terkenal Austen, Pride and Prejudice. Tentu saja.
Faktanya, serial Bespelling Jane Austen ini memang lahir dari Krinard. Ia lah
yang pertama kali memunculkan cerita ini dan segera mengontak agennya dan
mengumpulkan tiga penulis handal lain untuk berkolaborasi dengannya dalam
proyek besar ini. Ia berharap serial ini akan memuaskan dahaga penggemar Jane
Austen dan mereka yang menyukai cerita-cerita mistis. Blood and Prejudice milik Krinard bercerita tentang kisruh perusahaan
Bennet Laboratories yang hampir bangkrut. Seorang anak perempuan dari pemilik
perusahaan tersebut, Lizzy, terjebak dalam hubungan yang rumit dengan lelaki
bernama Mr. Darcy. Lelaki ini sendiri adalah direktur Bingley Pharmaceuticals
sekaligus sahabat dari Mr. Charles Bingley, orang yang akan mengambil alih
perusahaan keluarga mereka. Orang yang pada pandangan pertama langsung jatuh
cinta pada Jane, kakak tertua Lizzy. Orang yang diharapkan sang ibu akan mampu
mengembalikan perusahaan tersebut ke tangan mereka hanya dengan mengikatnya
dengan sebuah pernikahan. Namun Mr. Darcy dengan segala pengaruhnya akan diri
Charles berusaha untuk memisahkannya dari Jane. Dalam proses tersebut, ia malah
jatuh cinta pada Lizzy. Sementara Lizzy yang menganggap Darcy terlalu kejam
pada keluarganya, menemukan fakta baru bahwa Darcy merupakan bagian dari kaum
strigoi (vampir). Mampukah Lizzy membebaskan hidupnya dari rasa cinta pada
vampir yang bisa saja merenggut nyawanya? Mampukah ia menyelamatkan sang kakak
dari dekapan seorang lelaki yang menghabiskan hidupnya dengan bergaul dengan
strigoi (dan bisa saja Charles adalah salah satu bagian dari mereka)? Mampukah
Lizzy mengembalikan kejayaan Bennet Laboratories yang menjadi kebanggaan
keluarganya? Krinard menghantarkan kita pada kisah di luar logika yang di
setiap halamannya akan membuat kita sering kali kaget dan berucap:
“ooo..”
“astagaaaa..”
“ngerii..”
“ternyataaaa..”
Penutup buku ini diserahkan
pada Janet Mullany yang hadir dengan rangkaian narasi berjudul Little to Hex
Her. Sama seperti Austen, Mullany mengambil latar belakang sebuah desa di kota
Washington D.C. Ia menceritakan sosok Emma Woodhouse yang dipercaya sang kakak,
Isabella, untuk mengurus bisnis biro jodohnya, Hartfields. Biro jodoh ini tak
seperti biro-biro jodoh kebanyakan. Dijalankan oleh seorang penyihir,
Hartfields mencoba menjodohkan makhluk-makhluk paranormal dengan berbagai watak
dan karakter. Sebut saja manusia serigala, vampir, penyihir dan makhluk astral
lainnya. Ketidakpuasan seorang pelanggan bernama Mr. Elton memporak-porandakan
bisnis tersebut. Elton berusaha untuk membuat semua pelanggan Hartfields
hengkang dan menjatuhkan Woodhouse sebagai akibat dari keteledorannya yang
tidak bisa bersikap profesional. Namun sebagai pemula di bisnis tersebut, Woodhouse
tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Hanya saja sikap keras kepala
dan tinggi hati membuatnya semakin terpuruk dan terpojok. Di waktu yang tepat,
lelaki yang ia tinggalkan sepuluh tahun silam hadir menyelamatkannya. Adalah
Knightley, yang sejak hari ia ditinggalkan masih menyimpan rasa yang sama untuk
Emma Woodhouse. Namun kekerasan hati Woodhouse membuatnya bertahan untuk
bersikap netral dalam posisinya sebagai seorang rekan kerja.
Keempat kisah yang
ditampilkan cukup memikat. Aroma mistisnya ada, pun begitu halnya dengan
romansa tokoh di setiap cerita. Dan beberapa the precious sentences yang saya temukan ada di halaman ini:
Perasaan terdalam dan tulus
dari seseorang adalah petunjuk yang paling dapat dipercaya [page 53 of 431]
Membaca apapun lebih baik
daripada tidak membaca sama sekali [page 154 of 431]
Lebih baik memakai akal
sehat yang biasanya bisa mencegah kesalahan fatal saat sifat mudah percaya dan
kelembutan hati sedang menggiringnya ke jalan kesesatan [page 203 of 431]
Wanita manapun tidak
seharusnya bergantung kepada ketetapan hati seorang pris [page 258 of 431]
Pelajaran berharga yang saya
temukan dari buku ini adalah “jangan menaruh kepercayaan yang terlalu cepat
pada satu pribadi”. Bahkan terkadang orang yang kita anggap baik, malah
seyogyanya sedang mengasah pisau untuk ditancapkan pada punggung kita. Pun
begitu sebaliknya.
Untuk lima bintang bernilai
sempurna (*****), saya beri buku ini nilai ****.
Selamat membaca.
Salam!
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)