Kring..Kring..Kring..
Demikian lagu yang setiap pagi
kunyanyikan.
Kring..Kring..Kring..
Dan bila sedang sial, aku akan
ditampar, dipukul dan diperlakukan sesuka hati.
Kring..Kring..Kring..
Perkenalkan akulah si pengingat
waktu yang punya nyanyian pribadi dalam menjalankan rutinitas kehidupanku.
Bentukku bulat bundar. Berwarna
coklat tua. Aku berumur 8 tahun. Di ruangan ini aku ditempatkan disudut kamar,
diatas sebuah meja kecil, persis disamping tempat tidur. Dari kediamanku inilah
aku mampu menonton semua pertunjukan yang berlangsung di tempat ini. Pesta
semalam, gelak tawa tak berkesudahan dan terkadang tak jarang airmata membabi
buta. Tak masalah apapun yang terjadi, tak peduli berapa kali pun aku dipukul
dan diperlakukan secara menyedihkan, aku tetap menjalankan tugasku setiap pagi.
Bernyanyi bila waktunya datang.
Kring..Kring..Kring..
Nyanyian pagiku membangunkan si
pemilik kamar, Robert. Setengah mengantuk dengan mata merah ia menatapku penuh
amarah. Dibantingnya tubuh ringkihku hingga tenggorokanku tercekat dan tak
mampu lagi bersuara. Aku diam. Menangis di dalam hati dan mencoba untuk tetap
bersabar menghadapinya yang tak pernah memperlakukan dengan baik sedari awal.
Beberapa jam setelah itu tampak ia
bangun dan berjalan ke arah kamar mandinya yang bau. Sebelum mencapai pintu, ia
menendang lagi tubuhku hingga aku yang memang bundar, terguling-guling karenanya.
Meninggalkan sakit di bagian kepala, membuatku pusing setengah mati. Tak hanya
aku, si daun pintu pun menjadi sasaran berikutnya. Tanpa belas kasihan, ia
menghantamnya begitu kuat.
Kakinya melangkah lagi mendekatiku
yang kini berada tepat di bawah meja kerjanya. Tapi sungguh beruntung, tubuhnya
tak lagi menjamah kerapuhanku. Ia mulai berkutat dengan pekerjaannya. Entah apa
yang sebenarnya ia lakukan, aku tak pernah tau. Beberapa minggu ini
kuperhatikan ia tak lagi berangkat ke kampus, tak lagi berniat merapikan
ruangannya, bahkan tak berminat sama sekali pada makanan. Yang mengisi perutnya
hanyalah minuman keras. Puluhan botol berserakan di ruangan ini, salah satunya
tergeletak disebelahku kini.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)