Jumat/ 22 Agustus 2014, Sabang -
Aceh
Selamat pagi Sabang.
Peluk dan cium dari kaka lala yang
masih nongkrong cantik di tempat tidur. Sedianya kami berencana melihat
keindahan sunrise dari tempat ini, tapi planning gagal total. Sarapan pun
terpaksa kami lakukan di kamar tidur.
Hari ini saya dan mas suami
berencana untuk mengungsi dari Anoi Itam ke Iboih yang terkenal dengan lautannya
yang keren untuk dijadikan sebagai tempat snorkling dan diving. Tugu 0
kilometer juga akan kami sambangi hari ini. Namun view Anoi Itam yang tak kalah
bagusnya, tentu saja tak akan kami lewatkan begitu saja.
01:15 siang waktu setempat. Saya sedang
menimati sejuknya angin sepoi-sepoi dibawah sebuah pohon besar nan hijau,
kesejukan tiada tara di siang yang panas dan gerah ini. Me time ini judulnya.
Saya menikmati sekali bercerita dan berketak ketik ria ditemani angin
sepoi-sepoi berbau laut. Kalau ditanya kapan waktu yang paling menyenangkan
untuk menulis saat ini, setelah saya memiliki seorang suami, jawabannya adalah
ketika mas suami sedang tidur. Itu berarti saya bisa bereksplorasi tanpa
diganggu oleh kelakuannya yang amat sangat usil. Hehehe. Dan sekarang saya
menemukan waktu lain yang juga berharga, yaitu ketika beliau sedang menunaikan
shalat jumat. Sementara saya disuruh menunggu di mobil. Maka tak ada hal lain
yang akan saya lakukan kecuali menulis.
Pantai Iboih. Yang liat lautnya, saya jamin bakalan langsung ngiler bin ngeces. Subhanallah indahnya tiada terkiraaaa.. |
Hati-hati ketika mendatangi tempat ini, karena akan ada saja alasannya untuk kembali lagi ke sini. Bikin kangen. Bikin betah. Bikin ketagihan. Dijamin! |
Kami sedang dalam perjalanan
berikutnya menuju Iboih. Semoga nanti saya dan mas suami menemukan cottage atau
resort yang keren seperti sebelumnya. Mas suami berencana diving dan snorkling
nanti disana. Sementara saya sendiri masih bimbang, meragu. Bukan karena tak
ingin menikmati keindahan laut Sabang, bukan sama sekali. Tapi karena saya
belum juga bisa berenang. Hahahaha. Tempat yang akan kami tuju pertama kali
adalah Iboih Inn. Menurut keterangan teman-teman yang pernah singgah ke pulau
ini, atau melalui website yang pernah saya baca, Iboih Inn punya segalanya
untuk menikmati keindahan alam Sabang. Nah. Ayo kita buktikan nanti.
Ternyata mencari penginapan yang
nyaman dan tepat di Iboih bukanlah perkara gampang. Iboih Inn yang keren itu
terletak di Pulau Rubiah tanpa fasilitas listrik. Dan tanpa listrik, berarti
tanpa handphone. Aaaaaaa..saya galau akut. Untungnya saya punya suami yang
pengertian. Mas suami akhirnya mau bela-belain keliling Iboih untuk mendapatkan
penginapan yang kami mau. Dekat laut dengan fasilitas lengkap. Pilihan kami
jatuh ke Pulau Weh Dive Resort. Tempatnya keren, bagus dan bersih. Namun tentu
saja kualitas berbanding lurus dengan harga. Ketika ditawarkan bungalow per
hari dengan harga 2.5 juta, kami langsung angkat kaki. Hahahaha. Karena harus
mengelilingi Sumatera, kami harus jeli menentukan penginapan yang akan kami
gunakan untuk beristirahat. Mahal boleh sih tapi jika harus mengeluarkan 5 juta
untuk 2 hari saja, kami akan melanggar komitmen dari awal. Hahahaha. Ada juga
penginapan Fatimah yang menjadi pilihan kami berikutnya. Bagus. View dari bungalow
juga keren. Bahkan, variety show yang My Trip My Adventure juga memilih tempat
ini sebagai tempat peristirahatan. Namun ada kendala lain, mobil tidak bisa
dibawa ke dekat bungalow. Dan itu artinya kami harus rela menenteng semua tas
yang kami punya. Aaaaaaa. Galau lagi deh.
Ini dia bungalow pilihan kami. Akses ke pantai dekat, begitu juga dengan jalan. Jadi kami bisa boyong pikun ke depan pintu. Langsung. |
Setelah putar sana sini dan
menitipkan saya ke penjual minuman karena sudah tepar dan tak sanggup lagi
jalan saking capeknya, akhirnya kami kembali ke titik awal kedatangan kami ke
Iboih. Bungalow milik Pak Har menjadi pilihan kami. Namun setelah bertemu
langsung dengan pemiliknya, kami tak mendapatkan bungalow persis di depan laut,
tetapi bagian belakang. Kami menolak. Dan bapak itu dengan senang hati
menawarkan bungalow lain yang bersebelahan dengan miliknya. Maka jadilah kami deal
dengan bungalow sederhana tapi nyaman tersebut. Kami membayar 350 ribu rupiah
per malamnya. Yap. Masuk dalam budget, kami bahagia. Hahaha.
Dari penginapan kami, terlihat laut
dengan birunya yang menenangkan. Untuk sarapan dan makan, kami sudah minta tolong
pada ibu yang rumahnya berdekatan dengan bungalow kami. Si ibu yang saya tidak
ketahui siapa namanya, adalah penduduk pribumi di Iboih. Beliau juga
menyediakan jasa snorkling. Setelah bercerita panjang lebar, saya merasa
beruntung sekali berkenalan dengan beliau sekeluarga. Bahkan dengan senang
hati, beliau juga mencarikan tukang cuci pakaian untuk kami. Maklum, sudah 5
hari di perjalanan, saya belum bisa mencuci pakaian kami. Sudah menumpuk,
menggunung.
Senangnya lagi, si ibu memiliki
seorang putra yang baru berumur 2 tahun. Namanya Restu. Anaknya lucuuu. Beliau
juga punya tetangga yang beristrikan bule Portugis, namanya Nola. Sudah fasih
berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Aceh pun dia bisa. Nola juga punya seorang
putri kecil bernama Naima. Dua anak kecil ini sangat tertarik dengan Volkswagen
nya mas suami. Mereka senang sekali ketika diperkenankan masuk dan bermain
disana.
Sore harinya setelah mandi dan
rehat, saya dan mas suami menuju tugu 0 kilometer yang terkenal itu. Dari
Iboih, tugu 0 berjarak kurang lebih 8 km. Tidak cukup jauh. Sengaja kami
berangkat agak sore, demi mendapatkan view sunset dari tugu 0. Namun cuaca yang
tak bersahabat memadamkan harapan kami. Jadilah akhirnya saya dan mas suami
hanya bisa mengabadikan foto kami di tugu 0 kilometer. Disana lumayan rame. Ada
banyak pengunjung yang datang.
Tempat yang WAJIB kita datangi ketika menjelajahi bumi Sabang - Nangroe Aceh Darussalam |
Ini dia Tugu 0 Kilometer yang terkenal itu. Maafkan jika foto ini agak sedikit kacau karena keberadaan tong sampah hijau di belakang saya :D |
Sepulangnya dari tugu 0 dan
mengambil santap malam di rumah ibunya Restu, kami langsung beristirahat. Saya
juga mulai tepar, sepertinya masuk angin. Daripada sakit dan tak bisa
melanjutkan perjalanan, saya pilih tidur dan mengistirahatkan badan.
Semoga hari esok berjalan dengan
lebih baik. Aamiin.
See you. Bye.
1 komentar:
keren postingannya :D
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)