DUA HATI
SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA
Sabtu/ 23 Agustus 2014, Iboih –
Pulau Weh, Sabang.
Sudah jam 10:28 pagi menuju siang.
Tapi saya dan mas suami belum kemana-mana hari ini. Saya sedang duduk santai di
depan bungalow, ketak ketik narasi ditemani lepi dan hembusan angin laut. Dari
tempat saya duduk sekarang, terlihat jelas Pulau Rubiah di depan sana. Indah.
Nanti siang, saya dan mas suami berencana untuk menyambangi tempat tersebut.
Pagi tadi kami dibuatkan sarapan
oleh ibunya Restu. Mungkin karena semalam tepar dan mabuk karena masuk angin,
saya bisa makan banyak pagi ini. Karena jujur beberapa hari ini nafsu makan
saya berkurang drastis. Mungkin karena harus berpisah dengan yang namanya bareh
solok (beras Solok). Hahahaha. Perut saya masih belum cocok dengan beras daerah
lain. Masih kurang gregetnya.
Mas suami masih belum selesai mandi
dan beres-beres. Sebelum ke pulau, saya mau main-main dulu di pantai. Trus
nyari baju pantai buat mas suami juga. Kasian. Bajunya belum ada yang selesai
dicuci. Dan sisa yang ada malah kemeja lengan panjang. Hahahaha. Dia terpaksa
bertahan dengan satu-satunya kaos kutang yang tersisa. Udahan dulu ya. Kaka
lala mau shopping bajunya Mas Agung dulu.
Lihat lautnyaaaaaaaa..kinclong kan ya? |
Kalau ada yang mau ke Sabang, cari aja Iboih kemudian temukan Teupin Layeu. Menginap lah di sana satu atau dua hari. Nikmati surga dunia yang dihadiahkan Allah untuk kita. |
Ini diambil dari dermaga kecil, tempat kapal dan perahu ditambatkan. Masih pagi ketika kami mengabadikan momen ini. Kalau sudah siang menjelang sore, di sini biasanya penuh dan rame. |
Fokuskan penglihatan kamu ke bungalow yang ada di belakang kiri kaka lala. Jika menginap di sana, kamu akan dapat melihat Pulau Rubiah langsung dari tempat tidurmu :) |
Agak bimbang ke Pulau Rubiah untuk
snorkling hari ini. Cuaca tampak mendung di ujung sana. Tapi karena besok harus
bergerak meninggalkan Sabang, hanya hari ini yang tersisa untuk menikmati
keindahan bawah lautnya yang terkenal itu. Maka jadilah saya dan mas suami
diantarkan oleh Bang Yoyok menuju Pulau Rubiah. Pulau ini berjarak sangat dekat
dengan daratan tempat kami menginap. Keberadaannya dapat dinikmati dari pinggir
pantai dengan mata telanjang. Jarak tempuh menuju pulau ini pun tak sampai 10
menit. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk menuju kesana dengan menggunakan
boat adalah 200 ribu rupiah. Setelah snorkling nanti kita akan diajak
mengelilingi pulau dengan perahu. Menyenangkan pastinya.
Ini dia makam Ummi Rubiah yang pastinya terletak di Pulau Rubiah |
Setibanya di Pulau Rubiah, mas
suami langsung mengajak saya menyelam. Waaahhh..lautnya sangat bersih. Ikannya
banyak dan jinak. Di beberapa tempat saya temukan terumbu karang buatan. Bahkan
ada bangkai sepeda motor dan mobil yang memang sengaja diletakkan di dalam laut
sebagai terumbu karang buatan. Pengunjung hari ini lumayan banyak. Hujan mulai
turun namun tak menyurutkan langkah orang-orang untuk tetap menikmati keindahan
laut Pulau Weh.
Jangan sampai tak mendatangi ini ketika snorkling di Iboih |
Setelah berpuas hati melihat
ikan-ikan yang berkejaran kesana kemari, kami menepi menuju pondok-pondok yang
memang disediakan untuk rehat bagi pengunjung. Saya langsung memesan teh panas,
begitu pun mas suami, kopi panas khas Aceh menjadi pilihannya. Kami berdua
kemudian memesan sate gurita. Rasanya enak, agak kenyal. Sementara kuahnya
dibalur dengan kacang. So delicious. Harga per porsinya hanya 20 ribu rupiah. Yang
berencana liburan ke Pulau Weh Sabang, khususnya ke daerah Iboih, wajib
mencicipi kuliner ini.
Nyam..nyam..sate guritanya suedap tenaaaann. |
Bang Yoyok datang menjemput setelah
dihubungi via telepon oleh mas suami. Saatnya berkeliling. Kebetulan ombak agak
sedikit besar. Jujur sebenarnya saya takut. Sisi kiri saya adalah lautan luas
tanpa tepi. Sementara sisi kanan terhampar tebing-tebing Pulau Rubiah yang tak
berpenghuni. Menakjubkan memang, tapi belum mampu mengusir ketakutan saya. Maklum,
saya tak bisa berenang. Bisa dibayangkan bagaimana jika tiba-tiba saja perahu
yang kami tumpangi ini terbalik kemudian tenggelam. Aaaaaaaa..
Sejujurnya, ini saya sedang takut setengah mati. Takut tenggelam. Nggak bisa berenang. Hahahaha. |
Boat nya Bang Yoyok yang menjadi armada kami mengelilingi Pulau Rubiah. |
Teupin Layeu dari kejauhan. |
Mas suami yang mungkin saja tahu
akan ketakutan saya akan laut, segera mengalihkan perhatian saya pada jernihnya
air yang ada di bawah kami. Subhanallah..bahkan dari atas perahu pun saya bisa
melihat dasar laut. Airnya biru terang dan bersih. Terlihat ikan berseliweran.
Rasa cemas saya terbayarkan oleh keindahan yang mungkin tak saya dapati di
tempat saya sendiri.
Sepulangnya dari pulau, kami
bertemu lagi dengan Adi dan istrinya, Ade. Adi juga mengajak anak semata
wayangnya yang masih berumur 9 bulan, Zaiyan. Kami ngobrol enak di beranda
bungalow sembari melihat Zaiyan yang sepertinya tak bisa diam. Wajah kecilnya
memberitahu kami semua bahwa ia tengah bahagia.
Malam ini ibunya Restu memasak ikan
bakar untuk kami. Rasanya seperti biasa, sedap dan nikmat. Tak ada tempat yang
akan kami sambangi malam ini. Waktunya beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk
perjalanan jauh berikutnya. Ah. Semoga nanti akan ada waktu dan rejeki lagi
untuk kembali ke tempat ini. Karena ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan
kembali. Rabb..terimakasih untuk hari ini.
Sampai jumpa di cerita
cinta kami berikutnya. Bye.Ini galeri foto kami yang acakadul:
Pertama kalinya cium suami di dalam laut. Hihihi. I lop you :) |
Ada ikan dimana-manaaaaa |
Walau gerimis menghadang, snorkling tetap dilanjutkan |
3 komentar:
keren lautnya, jadi pengen snorkling
Jadi ingat rumah kalau lihat pantai :-D
Yandhi: musti dicoba memang :)
Rullah: pantainya Indonesia memang keren gilak..
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)