DUA HATI
SATU CINTA, SATU UNIT BANYAK CERITA
Rabu/ 20 Agustus 2014, Sabulussalam
- Aceh
Masih di Nangroe Aceh Darussalam.
11:56 kami baru melangkah keluar dari penginapan. Jauh sih dari target
sebelumnya yang direncanakan pukul 10 pagi. Sengaja memang Mas Agung masak dulu
jadi di perjalanan nanti kami tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk biaya
makan. Hahahaha. Hemat dong. Dari rumah, Mas Agung sudah menyiapkan kompor gas
kecil dan tetek bengek peralatan masak. Suami saya memang paling andalan.
Yihuuu..
Koki kesayangan kaka lala :) |
Lintas Subulussalam menuju Meulaboh
lancar dan menyenangkan. Ada sawit dimana-mana. Jalanan mulus tanpa gelombang.
Hanya saja ada banyak belokan sehingga kaka lala jadi sedikit mual. Hahahaha. Belum
lagi tanjakannya disana-sini. Sepertinya kita dibawa menuju puncak tertinggi
daerah tersebut. Dan saya harus professional memang karena harus ketak ketik
keyboard laptop selama dalam perjalanan.
Kawasan lintas Salubussalam –
Meulaboh berada di pesisir barat Sumatera. Mendekati daerah Bakongan, kami
disambut hamparan laut dari Samudera Hindia. Keren. Jalanan mulus, pantainya
pun bagus. Mas suami sumringah sepanjang perjalanan, mungkin teringat bagaimana
perjuangan kami ketika melintasi Sumatera Utara hari kemaren. Sayang di
beberapa bagian, pantai di dam dengan batu. Sepertinya hal tersebut dilakukan
demi menahan erosi air laut yang akan merusak bibir pantai.
Kita disuguhkan view seperti ini ketika melewati Lintas Barat - Selatan Aceh. Subhanallah.. |
Ini dia pantainya. Keren. Bersih. |
8 km sebelum memasuki Tapak Tuan,
kami terpaksa menghentikan perjalanan karena ada perbaikan jalan yang
menyebabkan sistem tutup buka. Terlambat. Kami sampai disana ketika jalan baru
saja ditutup. Dari hasil nguping pembicaraan
mas suami dengan masyarakat setempat, kami harus menunggu sekitar 1 jam.
Hah. Yaaaa begitulah. Namanya juga perjalanan. Akan ada saja kendala yang kita
temui. Tapi lebih dari itu semua, satu hal yang membuat saya shock adalah
penuturan si bapak bahwasanya untuk mencapai Banda Aceh kami membutuhkan 10 jam
perjalanan dengan kecepatan 90 km/ jam. Padahal informasi sebelumnya
menjelaskan kepada kami bahwasanya Banda Aceh bisa ditempuh dalam 6 jam saja.
Hahaha. Tentu saja kami kecewa.
Perjalanan menuju Meulaboh diguyur
hujan lagi. Tidak deras, cukup mendinginkan badan kami yang sudah
berpanas-panas dari pertama kali berangkat tadi pagi.
07:51 pm. Saya baru saja
menyelesaikan shalat Maghrib di daerah Kabupaten Nagan Raya. Informasi dari
uztad yang ada di masjid, Meulaboh hanya tinggal setengah jam perjalanan dari
daerah ini. Sementara Banda Aceh masih membutuhkan 4 jam. Daerah ini lumayan
sepi. Mungkin juga karena malam telah beranjak naik. Masjid Nurussalam tempat
kami shalat tampak ramai karena ada banyak santri yang mengaji Al-Quran. Kami
berdua hanya tertawa terbahak-bahak karena roaming dengan bahasa mereka.
Perjalanan kami lanjutkan. Kami berdua masih galau untuk melanjutkan perjalanan
hingga Banda Aceh atau beristirahat malam ini di Meulaboh.
Sesampainya di Meulaboh, mas suami
segera menghubungi teman kami seangkatan ketika mengecap pendidikan di IPDN.
Poin penting yang kami temukan ketika bergerak melintasi seluruh wilayah
Sumatera adalah eratnya kekeluargaan almamater kami. Karena di setiap dearah
yang kami singgahi, dipastikan akan ada purna praja yang satu angkatan dengan
kami. Kami bertemu dengan Fefi, purna praja asal pendaftaran Meulaboh. Bang
Fefi mengajak kami menikmati santap malam di negeri tersebut. Setelah puas
berkelakar dan menguak kembali kenangan ketika berada di kampus, kami bertolak menuju
Banda Aceh.
Yang paling kiri itu Bang Fefi. Yang pake baju merah itu temennya. Makasi untuk makan malamnya Bang | . |
Pukul 12.30 dini hari kami
menghentikan perjalanan. Selain karena memang sudah terlalu lelah, saya sendiri
berharap bisa menyaksikan keindahan gunung Geurute yang terkenal itu. Dan itu
berarti kami harus berangkat pagi. Maka jadilah malam ini kami menginap di SPBU
terakhir sebelum tempat tersebut. Hahaha. Saya sendiri tak pernah menyangka
bisa tidur di tempat pengisian bensin, walau dari jauh-jauh hari mas suami
sudah memberikan gambaran tentang kondisi tersebut.
2 komentar:
ahhhh bulan madunya bikin ngiirrriii aahhh.. lah padahal nikah aja belum mau ngiri...
hahaha..disegerakan aja Angga :)
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)