Sebelum berceloteh panjang tentang buku
ini, boleh saya memaki?
“Dasar laki-laki gila….!!!!”
Iya. Sesaat sebelum menyelesaikan buku
ini, saya dilanda prahara batin. Serius. Saya sempat berpikir seandainya saya
berada di posisi yang sama, gadis-gadis itu..anak-anak kecil
itu..manusia-manusia polos yang belum tahu sama sekali akan hidup dengan
segudang problematikanya yang tiada akhir. Ah. Membayangkannya saja sudah
membuat saya bergidik ngeri, apalagi bayangan itu menjadi realita. Akan
terkenang dengan sangat pahit tentunya di hati saya.
Monte Francis saya nilai sebagai seorang
penulis yang mau membebani pundaknya dengan resiko besar dengan mengangkat
kisah ini dalam sebuah buku. Membeberkan fakta-fakta gila yang berkembang di
sebuah kota besar seperti California, tentunya bukanlah pekerjaan gampang.
Monte merakit sedikit demi sedikit hasil penelitian dan penyelidikan kepolisian
untuk mengumpulkan kisah tragis ini dalam lembaran. Walaupun tak semua hasil
penyelidikan tersebut berhasil ia dapatkan. Setidaknya, sedikit dari yang Monte
peroleh, sudah cukup untuk memaki dan mengumpat di dalam hati.
***
12 Maret 2004, Fresno, California geger
hanya dalam beberapa jam setelah aksi pembunuhan-bunuh diri yang menimpa 9
(sembilan) orang anggota keluarga, 2 (dua) diantaranya adalah perempuan dewasa,
sementara 7 (tujuh) lainnya masih sangat kecil, bahkan ada bayi yang baru
berusia beberapa bulan. Tersangka utama dari kasus tersebut adalah Marcus
Wesson. Ayah, paman, sekaligus kakek dari mereka yang terbunuh.
Setelah diusut lebih jauh, terbongkarlah
rahasia besar yang sulit dicerna oleh akal sehat. Marcus Wesson, hidup bersama
istri, anak, cucu, keponakan, yang ia nikahi. Hubungan inces yang sulit untuk
dijelaskan dalam bagan keluarga. Marcus menikahi anak kandungnya dan keponakannya
sampai melahirkan bayi yang menjadi anak sekaligus cucunya sendiri. Anak-anak
tersebut kemudian diasingkan dari kehidupan sosial, mereka dididik dengan
pembelajaran yang dirumuskan sendiri oleh sang penguasa, Marcus Wesson.
Sementara anak-anak gadisnya yang telah beranjak dewasa bekerja di beberapa
restoran untuk menghidupi keluarga besar tersebut, Marcus hanya duduk-duduk
santai dirumahnya. Jangan bayangkan sebuah rumah mewah yang mampu menampung 14
orang anggota keluarga mereka. Marcus hanya mampu menyediakan sebuah kapal
bobrok yang ia beli dengan harga murah dengan kerusakan di sana sini. Kapal
yang ia letakkan di sebuah pantai, menyediakan perahu kecil yang akan membawa
anggota keluarga mereka menepi jika ingin membeli kebutuhan pangan ataupun
bekerja.
Marcus juga melengkapi anak-anaknya
dengan peti mati sebagai tempat tidur. Kepercayaan baru yang ia ciptakan dengan
menggabungkan Tuhan dan Vampir, membuat Marcus yakin bahwa ia adalah seorang
bampir yang sekaligus bertindak sebagai Tuhan di muka bumi. Maka mulailah ia
mencuci otak seluruh anggota keluarganya, sehingga tak seorang pun yang berani
melawan perintahnya. Pun begitu halnya dengan perkawinan. Marcus menikahi
anak-anak dan keponakannya dengan sebuah ritual yang ia siapkan sedemikian hingga.
Tujuannya adalah untuk memperoleh ras vampir murni. Sayang, beberapa diantara
gadis-gadis tersebut akhirnya menyadari bahwa ayah mereka adalah seorang gila
psikopat yang akan merenggut masa depan mereka nantinya. Sofina dan Ruby adalah
yang berhasil kabur dari genggaman Marcus. Namun mereka tidak bisa membawa
pergi putra maupun putrinya.
Setelah menimbang banyak hal, akhirnya
Sofina dan Ruby memutuskan untuk menjemput anak-anak mereka. Pada saat itu
Marcus dan keluarganya tidak lagi tinggal di Sudan (nama kapal bobrok) karena
mereka terusir, tetapi di sebuah rumah yang tak layak huni dengan jumlah
anggota keluarga demikian banyaknya. Dalam wawancara dengan beberapa orang
tetangga, juga diketahui bahwa tak ada satu orang pun dari mereka yang
mengetahui keberadaan anak-anak kecil dalam keluarga tersebut. Mereka hanya
sering melihat perempuan-perempuan dewasa dengan pakaian hitam yang selalu
melekat di badan mereka.
Kedatangan Sofina dan Ruby membuat
beberapa anggota keluarga tersebut marah besar. Mereka memang menganggap Sofina
dan Ruby sebagai pengkhianat. Mereka berdua dipandang sebagai manusia yang akan
menjadi petaka dengan memisahkan keluarga mereka. jauh sebelum kejadian
berdarah ini, Marcus telah menanamkan sebuah prinsip pada keluarganya. Apabila
suatu hari nanti ada yang ingin memisahkan mereka, baik itu pemerintah melalui
DPA (Dewan Perlindungan Anak) atau pihak lain, maka anak yang lebih dewasa akan
membunuh anak-anak kecil untuk kemudian membunuh dirinya sendiri. Mereka
percaya pada semua perkataan Marcus, bahwa mereka adalah anak Tuhan yang akan
kembali pada-Nya daripada harus hidup terpisah.
Yang paling ditakutkan Sofina dan Ruby
pun terjadi hari itu. Eksekutornya adalah Sebhrenah, anak sekaligus istri
Marcus Wesson. Dia menembaki anak-anak dengan timah peluru di mata kanan mereka
(kecuali anaknya sendiri yang ditembak di mata kiri) kemudian menembak dirinya
sendiri. Mayat-mayat yang bersimbah darah tersebut ditumpuk di sudut salah satu
kamar. Setelah pembunuhan-bunuh diri itu terjadi, Marcus menyerahkan dirinya
kepada polisi. Namun di dalam persidangan, baik itu Marcus, istri dan
anak-anaknya yang lain (yang masih hidup), percaya bahwa yang menjadi pembunuh
dalam kejadian tersebut adalah Sofina dan Ruby. Karena jika hari itu mereka
tidak datang, tidak akan ada yang terbunuh.
Penyangkalan yang berbelit-belit dan
tidak masuk akal pada akhirnya membawa Marcus Wesson pada hukuman mati. Di
dalam sel terakhirnya itulah Marcus menyelesaikan autobiografinya, yang tak
pernah diterbitkan.
***
Di halaman terakhir buku ini, terlihat
beberapa potong potret keluarga Marcus. Juga penampakannya ketika ditangkap dan
disidang. Ia berkulit hitam, berperawakan sangar, tubuhnya tinggi besar dengan
rambut panjang yang digimbal. Sementara anak-anak hasil perkawinannya dengan
sang istri, anak dan keponakannya memiliki raut wajah yang sangat mirip
dengannya. Anak-anak polos yang hidupnya harus berakhir dengan sebuah
penjagalan memilukan. Kejadian ini disebut-sebut sebagai pembunuhan massal
paling kejam di Fresno.
Saya kehilangan kata-kata untuk
mengungkapkan kebiadaban laki-laki ini.
Siapkan saja mental yang kuat untuk
menuntaskan kisah ini hingga tamat.
Marcus Wesson |
7 (tujuh) anak-anak lucu yang meninggal bersimbah darah |
Pohon keluarga Marcus Wesson. Lihat bagaimana hubungan inces tersebut berlaku dalam keluarga ini |
Rumah pembantaian 12 Maret 2004 |
Peti mati yang disediakan oleh Marcus untuk anak-anaknya |
Judul
|
:
|
By Their Father’s Hand
|
Penulis
|
:
|
Monte Francis
|
Halaman
|
:
|
330
|
Penerbit
|
:
|
Gramedia
|
Salam!