Kisah
yang akan kuceritakan mungkin bukan kisah yang menarik bagi banyak orang,
tetapi terlalu berharga untuk kubuang dan kulupakan. Berharap cerita yang akan
kubagi bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang sedang membaca
tulisan ini.
Teruntuk
seseorang yang dulu pernah mengisi relung hatiku..
Mengenalmu
adalah hal terindah yang pernah ada sampai saat ini. Meskipun kita memulainya
dengan cara yang berbeda. Berbeda karena pertama kali aku bertemu denganmu yang
kurasakan bukanlah cinta tetapi benci. Walaupun sekarang pada akhirnya kusadari
bahwa terdapat perbedaan yang sangat tipis antara cinta dan benci.
Kejadian
ini berlangsung di tahun 2003, sembilan tahun yang lalu. Saat kita masih
berseragam abu-abu. Masa pencarian jati diri, begitu kita menyebutnya.
Ditempatkan di kelas yang sama denganmu, tak berarti membuatku jatuh cinta
sedari awal. Bagiku yang saat itu belum pernah sama sekali mengenal yang namanya
cinta, pertemanan menjadi pilihan terbaik. Dimata gadis remaja sepertiku,
dirimu adalah sosok teman yang bisa diandalkan untuk berbagi banyak ilmu dan
pelajaran. Pengalaman hidupmu yang lebih banyak, membuatku berpikir betapa
beruntungnya aku memiliki teman sepertimu. Bersama rekan sekelas lainnya,
seringkali kita berdiskusi tentang banyak hal terutama pelajaran-pelajaran di
sekolah. Menyenangkan walaupun hanya untuk beberapa bulan saja. Mengapa? Karena
ada segelintir orang yang merasa terganggu dengan kedekatan kita, meskipun
hanya dalam hubungan pertemanan biasa. Harga diriku sebagai perempuan terusik
dan kuputuskan untuk tidak lagi dekat denganmu, sama sekali tidak. Bahkan hanya untuk menegurmu ketika kita
berpapasan di kelas. Kurasa hal itu pulalah yang akhirnya membuatmu sedikit
demi sedikit mulai menjauh dariku dan tidak lagi menganggapku sebagai teman. Namun,
tanpamu hari-hariku tetap berlalu dengan sangat baik karena ada begitu banyak
sahabat disekelilingku. Ketidakadaanmu tak memberi banyak pengaruh bagiku saat
itu.
Tuhan
berkata lain. Lewat sebuah kejadian kecil, aku dan kamu memulai lagi pertemanan
itu. Terkadang sungguh lucu ketika mengingatnya kembali. Betapa ego remaja kita
memberi begitu banyak warna. Dan yang lebih membuatku terkejut adalah
pengakuanmu setelah itu. Hanya berselang beberapa bulan saja kamu memintaku
untuk menjadikanmu sebagai teman dekat. Sungguh kejadian yang tak akan pernah
kulupakan. Dengan banyak pertimbangan, kuterima permintaanmu. Walau hati tak
sepenuhnya mengerti, bagaimana mungkin seseorang yang dulu kubenci dan
membenciku bisa memiliki rasa sayang itu dihatinya? Dan yang tak kalah
herannya, mengapa perasaan seperti itu juga tumbuh dihatiku? Mungkin inilah
yang namanya cinta. Kita tak pernah tau kapan ia datang, pada siapa dan
bagaimana caranya menghampiri sisi-sisi kehidupan. 15 Mei 2005. Hari yang
sangat membahagiakan, untukku, untukmu dan untuk kita.
Perjalanan
waktu menghadiahkan banyak pelajaran, baik itu lewat kebahagiaan, tangisan,
luka dan airmata. Namun ketika perjalanan itu kulewati bersamamu,
kesakitan menjadi indah dengan
sendirinya. Cinta memang mengindahkan segala yang ada. Terlalu berlebihan
mungkin, tapi akan ada banyak yang mendukungku, berada tepat dibelakangku
ketika kulemparkan pernyataan seperti itu. Kusadari bahwa tanpamu aku tak akan
memiliki banyak kekuatan untuk bertahan. Bagiku, dirimu tak hanya tempat untuk
berbagi bahagia tapi juga sandaran ketika kesedihan menikamku, ketika duka menghampiri.
Begitupun sebaliknya kamu. Bahagiaku bertambah tatkala aku tak hanya menjadi perempuan
yang kamu temui dengan tawa, tetapi juga saat matamu berlinang airmata.
Walaupun tak sering hal itu kamu perlihatkan didepanku. Karena dirimu selalu
berusaha untuk menjadi lebih tegar dan lebih kuat untukku.
Masa-masa
sekolah menjadi masa yang paling indah. Setidaknya untuk kita berdua. Waktu
berlalu begitu cepat, satu bulan, dua bulan, dan seterusnya. Untuk kemudian, masa
depan yang yang sesungguhnya telah menanti di depan. Satu tahun bersamamu
bertepatan dengan perjuangan berat kita untuk memperoleh kelulusan dengan nilai
terbaik. Belajar bersama, saling berbagi ilmu dan informasi, ah betapa
menyenangkannya melakukan itu semua bersamamu. Dan harapan kitapun dijamah
Tuhan. Kelulusan itu kita raih dengan nilai yang sangat memuaskan.
Dengan
segala usaha dan jerih payah mengikuti banyak tes, akhirnya aku diterima di
sebuah Sekolah Tinggi Pemerintahan yang jaraknya jauh dari tanah kelahiranku.
Aku tahu ini juga jalan yang sedang dipilihkan Tuhan untukku. Bahagia? Tentu
saja. Tak banyak yang memiliki kesempatan seperti yang sudah ada digenggamanku.
Tak ingin sedikitpun kulewatkan kesempatan yang telah dititipkan Tuhan untukku.
Namun ada satu hal yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.
Perpisahan.Ya. Berpisah denganmu untuk waktu dan jarak yang terbentang ribuan
kilometer. Mampukah kita? Kuyakinkan hati untuk bertahan tapi tidak denganmu.
Kamu memilih untuk mundur dan melepasku melangkah keduniaku yang baru. Hatiku
tercekat saat dirimu memintaku untuk melupakan semua yang telah kita lewati.
Namun apa daya yang ku punya? Tak ada yang bisa kulakukan selain melepasmu
dengan ikhlas walaupun itu semua tak mudah bagiku. Mencoba berdamai dengan
keadaan, mencoba meyakinkan hati dan perasaan bahwasanya cinta yang kupunya
tulus untukmu. Cinta yang tak hanya bahagia ketika bersama tetapi juga saat
ragamu tak lagi jadi milikku. Maka melangkahlah aku ke kehidupanku yang baru. Bersama
lingkungan dan orang-orang yang tidak kukenal sama sekali. Tapi kupastikan pada
diriku sendiri bahwa ini semua hanya masalah waktu. Tak butuh waktu yang lama
untukku menjadikan mereka semua keluarga. Memang sulit menjalani hidup jauh
dari orang-orang yang kita sayang dan menyayangi kita. Namun apapun
rintangannya, semua kujalani dengan kesabaran dan keihkhlasan. Lalu dengan
semua kebahagiaan baru yang kuperoleh disana, lupakah aku denganmu? Tidak. Sama
sekali tidak. Walaupun kamu bukan lagi seseorang yang menempatkanku dihatimu
seperti dulu, aku masih mencintaimu, menempatkanmu disudut hatiku yang paling
dalam. Menjaga segalanya tetap seperti dulu. Tapi bukan lagi untukmu, kulakukan
hanya untuk diriku sendiri.
Namun
sepertinya dirimupun terlalu lelah menjalani hari-hari tanpaku. Kamu memintaku
kembali. Meyakinkanku lagi bahwa apapun yang telah kamu putuskan dulu adalah
sebuah kesalahan. Kesalahan terbesar yang pernah kamu lakukan untuk kita.
Betapa lunglainya hatiku karenamu. Betapa sia-sianya tenaga yang kukerahkan
untuk membangun banyak pertahanan agar bisa terlihat kuat di mata semua orang
yang ku kenal. Namun, dengan begitu banyaknya cinta yang kupunya, kuterima lagi
permintaanmu untuk yang kedua kalinya. Aku mencoba meyakinkan lagi hatiku untuk
merengkuh kembali kebahagiaan yang dulu pernah kita miliki. Dan dimulailah
hubungan jarak jauh itu. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar dan bukan sesuatu
yang mudah untuk menjalani sebuah hubungan yang terpisahkan oleh jarak. Betapa
sakitnya menahan sebuah kerinduan. Betapa berharganya waktu ketika aku memiliki
kesempatan untuk pulang, bertemu denganmu. Betapa beratnya perjuangan yang kita
lalui untuk meyakinkan semua orang bahwa kita benar-benar bahagia dengan segala
yang kita miliki. Betapa bangganya aku padamu, yang dengan banyak pengorbanan,
kesabaran dan kesetiaan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.
Walaupun aku tahu, tak banyak yang bisa kulakukan untukmu saat itu. Namun,
dengan semua kekurangan yang kupunya, aku semakin berusaha untuk
membahagiakanmu. Dalam setiap sujud, ku selalu berdoa untukmu, untuk keabadian
cinta kita. Memohon pada-Nya agar selalu menjaga apa yang telah kita
perjuangkan selama ini. Meminta agar Dia selalu menjaga hatimu untukku dan
hatiku untukmu.
Waktu
berlalu, tahun demi tahun berjalan dan akhirnya tiga tahun itupun mampu kita
jalani dengan sangat baik. Walaupun ada begitu banyak kesedihan dan airmata.
Tapi ujian itu telah kita selesaikan dengan nilai terbaik, lagi. Aku kembali ke
kampung
halamanku, berkumpul dengan keluarga dan tentunya tak lagi harus menjalani
hubungan jarak jauh denganmu. Aku benar-benar bahagia. Membayangkan bahwa jarak
tak akan menjadi alasan bagi kita untuk memendam kerinduan dan kesedihan. Kebahagiaan
pun menjadi milik kita lagi. Kali ini walaupun harus terpisahkan jarak beberapa
puluh kilometer, kita tak menganggapnya sebagai rintangan besar seperti dulu Hidup
di dua kota yang berlainan, dengan kesibukan kita masing-masing, selalu
tersedia waktu untuk bertemu denganmu sesering yang kita bisa. Meskipun harus
menunggu akhir minggu untuk berada didekatmu, aku benar-benar bahagia.
Namun
Tuhan akhirnya menguji ketulusanku. Setelah hampir tujuh tahun menjalani hidup
bersamamu, aku pun tahu bahwa dihatimu telah ada perempuan lain. Perempuan yang
dengan cintanya membuatmu berpaling dan mengesampingkan perasaanku, melupakan
keberadaanku. Kucoba untuk berpikir sebaik yang aku bisa. Menyalahkan keadaan
pada diri sendiri, kurangkah perhatianku untukmu? Terlalu lelahkah kamu untuk
meneruskan perjuangan kita hingga akhirnya nanti? Begitu burukkah sikap-sikapku
yang tak sesuai dengan prinsip hidupmu? Tapi sampai detik ini tak satupun
kutemui jawaban itu. Kamu hanya menjawab semua pertanyaanku dengan diam. Betapa
semua ini membuatku hancur dan berantakan. Asa yang telah kugantungkan setinggi
mungkin tiba-tiba lenyap dalam sekejab mata. Kamu yang kujadikan sandaran agar
ku selalu kuat untuk tetap berdiri menantang dunia, pergi dan tak pernah
sedikitpun menoleh ke belakang untuk melihat kerapuhanku. Waktu seakan
menghentikan duniaku. Betapa kejamnya dirimu. Ingin rasanya aku menatap jauh ke
dalam matamu dan bertanya, ada apa dengan semua ini? Tetapi jangankan bertanya
seperti itu, bertemu denganku pun kamu tak lagi mau. Bagimu aku hanyalah
seonggok daging tak berperasaan yang dengan mudahnya kamu tinggalkan saat
dirimu menemukan seseorang yang lebih baik. Seseorang yang dengan banyak
kelebihan akan memberikanmu kebahagiaan dan ketenangan yang tak mampu
kupersembahkan lagi untukmu.
Begitu
pentingkah arti kesempurnaan untukmu? Begitu burukkah aku dimatamu? Apakah
waktu yang kita habiskan selama tujuh tahun ini benar-benar tak memiliki arti
sama sekali? Benar-benar tidak pantas lagi untuk kita pertahankan? Teringat
ketika pertama kali aku memutuskan untuk menerimamu hadir dalam hidupku.
Teringat bagaimana saat itu aku berjanji akan menjaga cinta yang kita punya,
saat aku berusaha menerima segala kekuranganmu, menjadikannya tiada dengan
menutupi kekurangan-kekurangan itu dengan kelebihan yang ku punya. Teringat
bagaimana susahnya kita untuk selalu bersama walaupun harus selalu dengan
berlinang airmata. Teringat bagaimana bahagianya ketika aku melihatmu tertawa
saat kita menghabiskan banyak waktu mengitari kota. Teringat bagaimana lelahnya
aku menjaga semua kepercayaan yang kamu titipkan padaku saat aku jauh darimu. Aku
selalu berharap kamu juga akan melakukan hal yang sama untukku. Namun, sekarang
yang kurasakan tak lebih dari sebuah kehampaan. Ada ruang kosong yang menganga
dalam hatiku. Aku jatuh dan terpuruk. Aku telah kehilangan sesuatu yang terlalu
berarti untukku. Aku kehilanganmu.
Namun kupercaya
bahwa inilah jalan yang telah Tuhan pilihkan lagi untukku, untuk kita. Sakit
memang. Bahkan aku tak sanggup lagi memilih kata-kata yang tepat untuk
mengungkapkan kesedihanku. Aku berharap akan menjadi satu-satunya perempuan
yang kamu sakiti. Jangan pernah biarkan ada perempuan lain yang mengeluarkan
banyak airmata untukmu. Bagaimanapun akhirnya kini, aku bersyukur bisa
memberikan segala yang kupunya. Cinta, ketulusan dan kesetiaan. Mungkin semua
ini tidak pernah cukup untukmu. Namun aku telah menyelesaikannya dengan sangat
baik. Aku mencintaimu dengan ketulusan, walaupun itu berarti aku harus rela
melepaskanmu bersamanya. Memang tidak akan semudah yang kubayangkan tapi aku
sungguh-sungguh bahagia ketika dirimu berbahagia di sana.
Satu
hal yang masih kupercaya, bahwa Tuhan akan mempertemukanku kembali denganmu
jika memang dirimulah laki-laki yang telah dipersiapkan-Nya untukku, jika
memang aku lah tulang rusukmu. Aku akan mencoba menerimanya dengan lapang dada,
berbesar hati dan memompa semua kesabaran yang ada di dalam diriku. Banyak
hikmah dan pelajaran yang bisa kupetik dari kesakitan ini. Aku berjanji akan
menjadi perempuan tangguh dan kuat, yang mampu berdiri tegak diatas kakiku
sendiri, yang tidak lagi mengandalkanmu sebagai sandaranku. Aku berjanji akan
melanjutkan hidupku dengan lebih baik lagi. Aku berjanji akan tetap tersenyum
dan berusaha memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang menyayangiku. Aku
berjanji akan menyimpan semua kenangan yang kita punya jauh didasar hatiku yang
paling dalam. Aku berjanji akan belajar sekuat yang aku bisa untuk melupakanmu.
Memang tak akan mudah menghapus semuanya, tapi bila meninggalkanku adalah
takdir yang telah tertulis untukmu, akan kujadikan kenangan itu hal terindah
yang pernah ada. Namun berjanjilah satu hal untukku, jika ini memang pilihanmu,
berbahagialah selalu untukku. Terimakasih atas segalanya. Terimakasih karena
telah datang dalam hidupku.
6 komentar:
;( netes-netes nih aer mata
berharap cerita tak hanya menjadi kisah sampah..belajarlah bersamanya. Ketika yang lain mampu menjauhkan dari kebodohan seperti itu, aku bahagia :)
"Namun berjanjilah satu hal untukku, jika ini
memang pilihanmu, berbahagialah selalu untukku.
Terima kasih atas segalanya. Terima kasih karena
telah datang dalam hidupku." Bagian terakhir ini terlalu "jleb" buat gue. Oke, tahan galaunya. :) nice.
Mungkin kata yg bisa mewakili, cinta tak harus memiliki.
Kisah kita nyaris sama
kunjungi balik ya www.anak
bawangimut.blogspot
Gayuh: Iya. Sengaja mencari rangkaian narasi yang tak akan membuat cerita ini mati di hati. Terimakasih sudah berkunjung :)
Riska: Yang lebih baik tentu sudah disiapkan oleh Tuhan dear :)
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)