Pertama kali aku mengenalnya ada banyak kekuatan yang hadir
tanpa rencana. Kata demi kata yang ia rangkai dalam kesederhanaan begitu
menggugah, begitu menyentuh dan tentu saja begitu menguatkan.
Merry Riana. Sosok bersahaja yang ku kenal tanpa jabat tangan.
Senyum ramah yang selalu dihadiahkan, gelak tawa yang selalu hadir di setiap
penampilannya di berbagai media massa membuat tak seorang pun akan berpikir
bahwa ia hanyalah seorang perempuan biasa yang lahir melalui ujian hidup luar
biasa.
Tak kupungkiri, dialah salah satu motivatorku untuk bergerak
maju. Terkadang saat lelah menumpuk dan keputusasaan mengintai hari, ku
yakinkan kembali hati dan menantang diri sendiri, “Jika Merry Riana diumur
belia saja bisa? Kenapa aku tidak?” dan perlahan semangat itu akan bangkit kembali.
Merry Riana juga lah yang turut memompa mimpiku melanjutkan
pendidikan, lagi, lagi dan lagi. Perjuangannya menyelesaikan pendidikan
ditengah himpitan ekonomi yang menyesakkan tak menjadi batu halangan yang
menjatuhkan, namun menjadi tempat berpijak baginya untuk terlontar ke kehidupan
yang jauh lebih baik. Dan itulah salah satu alasanku untuk kembali menimba ilmu
di bangku kuliah pascasarjana. Sebuah rute penting yang saat ini belum
terselesaikan tapi akan kuperjuangkan hingga akhirnya nanti. Apapun alasannya.
Apapun hambatannya.
Dulu..ketika mendengar kabar kedatangannya di provinsi tetangga,
hatiku melonjak begitu senangnya. Ingin sekali bertatap mata langsung
dengannya. Ingin sekali bisa berjabatan tangan dengan perempuan tangguh seperti
dia. Tapi apa lacur. Bentrokan jadwal kuliah membuatku mengurungkan niat tersebut.
Kecewa pastinya. Dan yang bisa kulakukan hanya berenang dalam lautan kata yang
selalu ia sediakan di media sosialnya. Bagiku itu cukup. Cukup banyak untuk
melepaskan dahaga akan sebuah rasa penasaran.
Namun kesabaranku berbuah manis. Kemaren pagi, Sabtu 9 Februari
2013, mimpiku menjadi nyata. Akhirnya setelah menunggu lebih dari satu tahun
lamanya, aku bisa berada didekatnya. Dalam radius terkecil yang tak pernah
kuduga sebelumnya. Dengan suka cita bahkan dengan mengorbankan kuliah, aku
menghadiri seminar internasional langsung dari motivator favoritku. Bangku
terdepan adalah targetku hari itu. Sungguh tak ingin kulewatkan waktu penting,
yang yaaaa mungkin saja tak akan pernah terulang lagi untuk kali yang kedua.
Walau untuk yang satu ini aku selalu berdoa bisa kembali berada ditempat dan
diruangan yang sama dengannya. Banyak ilmu yang kuperoleh hari itu. Banyak tawa
dan tak sedikit airmati ketika kisahnya kembali menyentuh nurani. Kebahagiaanku
berlipat ganda ketika aku diberi kesempatan untuk berjabatan tangan dan
bertegur sapa. Tak lagi lewat media sosial seperti biasanya, ini NYATA. Ketika
tangannya menjabat tanganku, aku berharap akan ada aliran kekuatan yang
berpindah darinya untukku. Aku ingin kuat. Sekuat ia dulu menapak hidup.
Terimakasih Mbak Merry Riana. Kelak, ketika mimpiku menjadi
nyata, akan kusematkan nama kecilmu disana. Nama kecil sederhana, sesederhana
orang yang memilikinya namun memiliki tempat istimewa dalam perjalanan hidupku.
You’re the best sista. Always.
Semoga Allah masih nyediain stok lelaki pembaharu seperti Mas
Alva untuk dijadikan pendamping hidup dunia akhirat. Amiiiinn. Mbak Ria bener,
Mas Alva itu anugerah terindah yang dikirimkan Tuhan untuknya.
Semoga suatu hari nanti waktu mempertemukan kami kembali.
Dan ini dia sahabat tercinta sesama pecinta Merry Riana. Thanks
untuk satu hari yang luar biasa kemaren sista. KITA PASTI BISA. Haha
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari. Kritikan pedas pun tetap saya terima sebagai ajang pembelajaran kedepannya. Terimakasih :)