Letnan Divisi Pembunuhan Kota Nashville, Tayor Jackson dan kekasihnya,
profiler FBI, Dr. John Baldwin, dihadapkan pada kasus pembunuhan berantai yang
sangat menggemparkan. Tersangka membunuh gadis-gadis cantik bermata coklat
kemudian memutilasi mereka dengan memotong kedua tangannya. Tak cukup sampai
disana saja, potongan tangan tersebut akan ditemukan di lokasi pembunuhan
berikutnya. Begitu berulang-ulang kali sehingga membuat panik jajaran
kepolisian dan FBI. Tersangka dijuluki Pencekik dari Selatan.
Julukan yang juga
dijadikan sebagai sub judul buku ini, yang membuat saya langsung membawanya
pulang ke rumah setelah berkunjung ke sebuah toko buku beberapa bulan yang
lalu.
Perilaku tersangka yang berpindah tempat setiap kali membunuh, membuat
petugas kelimpungan. Bagaimana tidak? Dia seperti sudah mengatur dari awal dari
mana dan kemana akan bergerak untuk melakukan pembunuhan berikutnya. Sedikit
demi sedikit, Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mulai mengumpulkan informasi
untuk menangkap si tersangka. Sayang, di tengah penyelidikan, agen lapangan
Jerry Grimes malah menghabisi dirinya sendiri dengan menarik pelatuh tepat di
pelipisnya. Grimes merasa depresi dengan kasus yang tak juga terpecahkan,
sementara daftar korban semakin bertambah setiap harinya. Kasus ini akan
dimulai dengan berita orang hilang di sebuah tempat, kemudian penemuan mayat
beberapa hari berikutnya.
Selang beberapa waktu, Baldwin menemukan bukti baru bahwasanya setiap
kali melakukan pembunuhan, tersangka akan meninggalkan secarik kertas yang
berisi penggalan puisi-puisi klasik. Puisi yang juga dikirimkan secara berkala
melalui email kepada seorang reporter bernama Whitney Connolly. Begitu Whitney
menerima pesan berisi puisi di emailnya, maka dalam hitungan hari setelah itu
akan ditemukan mayat perempuan muda yang telah selesai dimutilasi tangannya.
Ketika Whitney merasa kenal dengan si tersangka dan merasa keselamatan saudara
kembarnya, Quinn Connolly terancam, Whitney malah tewas dalam kecelakaan
mengerikan. Kecelakaan yang ia alami ketika melakukan perjalanan menuju
kediaman Quinn. Kecelakaan yang membawa jawaban pasti tentang si pelaku
pembunuhan berantai tersebut.
Whitney dan Quinn semasa kecilnya pernah berada dalam satu lingkungan
dengan Taylor Jackson. Taylor mengingat bahwa dulu mereka begitu terkenal di
sekolah karena kasus penculikan yang menimpa keduanya. Kasus tersebut hilang
begitu saja seperti tersapu angin. Si pencekik dari selatan, membawa keduanya
bertemu kembali. Taylor, Baldwin dan rekan-rekannya mendapati bahwa setiap
pembunuhan terjadi di seluruh tempat yang disinggahi oleh suami Quinn, Jake Buckley
yang bekerja sebagai wakil presiden Health Partners. Dan kebetulan lagi, tujuh
dari delapan korban memiliki hubungan dengan dunia media. Ditambah lagi,
kebiasaan Jake yang sering mengirimkan puisi kepada Quinn ketika mereka
berpacaran dulu, membuat Jake berubah menjadi tersangka utama.
Namun, ada beberapa hal yang mereka lewatkan begitu saja. Keterangan
Jake yang menyanggah pembunuhan tersebut serta DNA nya yang tidak cocok dengan
contoh yang pernah ditemukan di salah satu lokasi, membuat Baldwin harus
bergerak sekali lagi. Lincoln Ross, berhasil mengetahui alamat si tersangka
ketika mengirimkan email kepada Whitney, bahkan ketika Whitney telah tewas
dalam kecelakaan. Ketika mereka mendatangi tempat tersebut yang merupakan
sebuah kedai kopi, berbicara dengan seorang seniman yang dengan tak sengaja
telah melukis orang yang malam sebelumnya berada di tempat tersebut dan
menggunakan komputer yang memang disediakan untuk tamu, Baldwin dihadapkan pada
kenyataan baru bahwasanya sang pembunuh yang mereka cari selama ini adalah
Reese Connolly, adik kandung Whitney dan Quinn.
Pembunuhan ini pula yang akhirnya menguar rahasia besar keluarga
Connolly. Begitu mengetahui bahwa Reese yang membunuh gadis-gadis tersebut,
terkuak lagi fakta terkait hilangnya Whitney dan Quinn sewaktu mereka masih
kecil. Dalam peristiwa itu, Quinn diperkosa oleh pelaku dan hamil. Dia lah yang
kemudian melahirkan Reese. Namun kedua orangtuanya menutupi fakta tersebut dari
dunia, termasuk Reese sendiri. Mereka kemudian mengakui Reese sebagai adik
kandungnya hingga ketika berumur 14 tahun, Reese mengetahui kisah kelam
kelahirannya. Setelah menemui ayah kandungnya yang meringkuk di penjara karena
dijatuhi hukuman 30 tahun, Reese memulai pembunuhan. Ia juga mengirimi Whitney
(yang semula dianggap ibu kandungnya) penggalan bait puisi seperti yang
ditinggalkannya di lokasi pembunuhan. Ia berharap Whitney akan terkenal dengan
pemberitaan yang ia buat terkait pembunuhan tersebut. Bentuk kasih sayang yang
disampaikan seorang anak pada ibunya. Tapi Reese keliru dan ia telah membuat
sebuah kesalahan fatal.
Reese sengaja mengambinghitamkan Jake karena ia tahu bahwasanya rumah
tangga Jake dan Quinn sudah tidak utuh lagi. Dengan memonitor jadwal perjalanan
dinas Jake, Reese bisa melakukan pembunuhan tersebut dengan lancar. Bahkan ia
juga sempat menyimpan mayat perempuan yang sudah tercabik-cabik di dalam bagasi
Jake, sebelum Jake diciduk oleh polisi.
Alamat email Reese yang berupa kode (yang digunakannya untuk mengirim
pesan kepada Whitney), akhirnya berhasil dipecahkan oleh Baldwin dan Taylor.
IM1855195C@yahoo.com
I/M/1/8/5/5/1/9/5/C
IM/18/5/5/19/C
I’m 18 5 5 19 C
I’m R E E S E C
I’m Reese Connolly
I’m Reese Chase (Chase nama belakang
ayah kandungnya, yang memerkosa Whitney 20 tahun yang lalu).
Beberapa puisi yang ditulis oleh Reese untuk korban-korban sekaligus
petunjuk penting bagi Whitney merupakan salinan dari puisi milik William
Wordsworth berjudul She Was a Phantom of Delight, William Butler Yeats dan John
Done berjudul The Flea.
She Was A
Phantom of Delight by William Wordsworth
She was a Phantom of delight
When first she gleamed upon my sight;
A lovely Apparition, sent
To be a moment's ornament;
Her eyes as stars of Twilight fair;
Like Twilight's, too, her dusky hair;
But all things else about her drawn
From May-time and the cheerful Dawn;
A dancing Shape, an Image gay,
To haunt, to startle, and way-lay.
I saw her upon nearer view,
A Spirit, yet a Woman too!
Her household motions light and free,
And steps of virgin-liberty;
A countenance in which did meet
Sweet records, promises as sweet;
A Creature not too bright or good
For human nature's daily food;
For transient sorrows, simple wiles,
Praise, blame, love, kisses, tears, and smiles.
And now I see with eye serene
The very pulse of the machine;
A Being breathing thoughtful breath,
A Traveller between life and death;
The reason firm, the temperate will,
Endurance, foresight, strength, and skill;
A perfect Woman, nobly planned,
To warn, to comfort, and command;
And yet a Spirit still, and bright
With something of angelic light.
( Ia
adalah hantu kenikmatan
Kala mataku
pertama menangkapnya;
Penampakan
yang menawan, dikirim
Tuk
menjadi hiasan sesaat nan cantik;
Matanya
bersinar;
bagai
bintang senja, pun, bagai senja rambut gelapnya;
Namun
segala hal lain tentangnya
Berasal
dari Mei dan fajar yang ceria;
Sebuah
sosok menari, sebauh bentuk yang riang,
Tuk
menghantui, mengejutkan, dan menghadang.
Ku
melihatnya lebih dekat,
Sesosok
rok, namun juga seorang wanita!
Geraknya
lembut dan lepas,
Dengan
langkah dara nan bebas;
Raut
wajahnya saat bersua
Kenangan
manis, janji manis jua;
Makhluk
yang tak terlalu cerdas atau baik
Tuk
santapan sifat manusia sehari-hari;
Tuk duka
yang sementara, tipu muslihat yang sederhana,
Pujian, tudingan,
cinta, kecupan, airmata, dan senyuman.
Dan kini
kulihat dengan pandang tenang
Detak
mesin yang terdengar;
Sebuah
sosok hembuskan nafas bijak,
Pengelana
antara arwah dan nyawa;
Sasaran
yang tegas, kehendak yang terkendali,
Kesabaran,
ramalan, kekuatan, dan keahlian;
Seorang
wanita sempurna, diciptakan dengan keanggunan,
Tuk
memperingatkan, untuk menghibur, dan menguasai;
dan masih
jiwa yang murni, dan berbinar
Dengan cahaya bak malaikat bersinar. )
Melalui novel ini, Ellison membawa kita pada peristiwa pembunuhan nan
kelam dan penuh teka-teki. Rentetan bukti yang ditemukan serta proses olah TKP
yang tak semudah membalikkan telapak tangan, membuat kita merasa seolah-olah
sedang berada di sana. Menyaksikan kekejaman si pembunuh secara langsung.
Kehadiran penggalan-penggalan puisi klasik dari beberapa maestro terkemuka,
memberi warna lain dalam kisah ini. Bacalah dan dapatkan sensasi yang luar
biasa ketika membacanya.
4 bintang untuk All the Pretty Girls.
Salam!
Judul
|
:
|
All
the Pretty Girls
|
Penulis
|
:
|
J.T.
Ellison
|
Halaman
|
:
|
342
|
Penerbit
|
:
|
Violet
Books, 2011
|