Saat ini tengah malam. Seluruh rumah gelap. Ketiga anakku terserang rasa
mual yang parah. Anak laki-laki dan anak perempuanku terdengar muntah di kamar
mandi yang berlainan. Beberapa menit lalu kutengok mereka untuk memeriksa apa
yang mereka muntahkan. Aku khawatir tentang si kecil, namun ia pun terpaksa
kubuat mengeluarkan isi perut. Hanya itu harapan yang dimilikinya.
Keadaanku lumayan baik, paling tidak untuk sementara waktu. Aku tidak
tahu apakah kami akan selamat: sebagian besar orang yang terlibat urusan ini
sudah mati. Dan begitu banyak hal yang tidak kuketahui dengan pasti.
Fasilitasnya telah kami hancurkan, tetapi aku tidak yakin tindakan kami
itu tidak terlambat.
Aku masih menunggu Mae. Ia pergi ke lab di Palo Alto dua belas jam lalu,
Moga-moga ia berhasil. Moga-moga ia membuat orang-orang di sana mengerti betapa
gawat situasinya. Aku menunggu-nunggu dihubungi lab, tetapi sampai sekarang
belum ada kabar apa pun.
Telingaku berdering-dering, dan itu pertanda buruk. Aku juga merasakan
getaran di rongga dada dan rongga perut. Moga-moga aku tidak jatuh pingsan.
Anak-anak membutuhkanku, terutama si kecil. Mereka ketakutan. Dan itu wajar
saja.
Aku pun demikian.
Ketika duduk dalam kegelapan ini, rasanya sulit dipercaya bahwa seminggu
yang lalu masalahku yang terbesar adalah mendapatkan pekerjaan. Betapa konyol
rasanya sekarang.
Tetapi begitulah, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa
depan.
Narasi pembuka pada novel ini
mengingatkan saya akan satu hal. Coba tebak!
Apa?
Iya.
ALIEN.
Haha.
Dan saya salah. Hahaha.
Tapi tentu saja cerita yang dirangkum
Crichton dalam 598 halamannya yang mendebarkan tetap menarik dan menguras
keringat (sekali lagi tema science
fiction membuat saya merasa tengah menonton adegan demi adegan dalam sebuah
film).
Si “aku” dalam cerita ini adalah Jack
Forman, seorang bapak dari tiga orang anak (satu laki-laki dan dua perempuan)
yang baru saja berhenti dari pekerjaannya sebagai kepala divisi program di
perusahaan MediaTronics. Ia bersama timnya bertugas membuat program pemrosesan
parallel terdistribusi atau program berbasis agen.
Tidak mengerti?
Sama! Saya juga bingung dengan semua
istilah yang ditampilkan ketika memulai halaman pertama novel ini. Namun
percaya saja, semakin banyak halaman yang kita baca, semakin banyak ilmu yang
kita renda dan yaaaa tentu saja semakin banyak tanya yang akhirnya terjawab
dengan sendirinya. Betapa mengagumkannya buku ini.
Jack yang tengah menikmati sibuknya
menjadi bapak rumah tangga akhirnya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang
tengah disibukkan oleh ulah partikel-partikel yang menggila karena kesalahan
pemrograman. Dan kebetulan yang tragis sekali karena perusahaan tersebut juga
menjadi ladang bisnis istrinya sendiri, Julia.
Partikel yang menggila..
Kumpulan nano partikel yang sedianya
disiapkan sebagai kamera khusus yang akan digunakan oleh Pentagon untuk
mengamati wilayah musuh dalam penyempurnaan taktik perang, berubah haluan
menjadi monster yang akhirnya merenggut banyak nyawa, termasuk beberapa orang
pintar yang terlibat dalam tim pemrograman tersebut. Dalam novel ini, kumpulan
nano partikel (robot mikro) yang diproduksi di gurun Nevada, digambarkan serupa
debu yang beterbangan. Mereka berhasil lolos dari laboratorium dan mulai
bereproduksi. Robot mikro ini juga mampu hidup mandiri layaknya manusia.
Pada awalnya, nano partikel ini
diprogram sebagai predator. Program yang dahulunya dirancang oleh Jack.
Kemudian mereka mulai berevolusi dan semakin mematikan dalam hitungan jam.
Kumpulan nano partikel akan memasuki
tubuh makhluk hidup yang ia temui, menggerogotinya dan membunuhnya dalam
hitungan detik. Mengerikan memang. Novel ini memperlihatkan kepada kita
bagaimana teknologi mampu menjadi pembunuh keji layaknya virus.
Novel ini memang hanya sebuah rekaan.
Namun program-program riset yang mendasarinya benar-benar ada. Terdapat 44
referensi yang bisa menuntun pembaca yang berminat untuk mempelajari genetika,
nanoteknologi dan kecerdasan terdistribusi. Salah satunya adalah Evolutionary Design by Computers oleh
Peter Bentley.
Bicara ilmu pengetahuan, ada banyak poin
yang bisa kita petik di dalam novel ini. Yang paling membuat saya takjub ada di
halaman 448. Tentang Rayap Afrika.
Rayap Afrika mampu membuat gundukan tanah menyerupai kastil selebar
puluhan meter, dengan menara-menara yang menjulang setinggi 1,8 meter. Sebagai
perbandingan, andai rayap seukuran manusia, maka gundukan tersebut menjadi
pencakar langit dengan tinggi 1.600 meter dan lebar 8.000 meter. Dan sama
seperti pencakar langit, sarang rayap juga memiliki arsitektur internal yang
rumit, yang berfungsi memasukkan udara segar, membuang kelebihan CO2 dan panas,
dan sebagainya. Di dalam struktur itu terdapat kebun untuk menumbuhkan makanan,
tempat tinggal bagi kalangan petinggi, serta hunian bagi sampai dengan dua juta
ekor rayap. Setiap sarang berbeda dari yang lain; masing-masing dibangun secara
khusus berdasarkan tuntutan dan kelebihan lokasi tertentu.
Bagaimana akhir cerita si nano partikel?
Jack dan sahabatnya, Mae, mampu
menghentikan pembiakan robot mikro ini dengan meledakkan tempat pembiakannya.
Sementara itu mereka harus rela kehilangan hampir seluruh rekan kerja yang
sudah terjangkiti sedari awal, termasuk Julia. Namun ada beberapa kisah menarik
yang tak akan saya beberkan dalam laman ini. Kenapa? Karena saya ingin
teman-teman semua menyelesaikan sendiri novel keren ini. Hahaha.
Untuk yang menyenangi bidang teknologi
dan biologi, saya sarankan untuk menuntaskannya sesegera mungkin. Selamat
membaca.
Salam!
Judul
|
:
|
Prey
|
Penulis
|
:
|
Michael Crichton
|
Halaman
|
:
|
598
|
Penerbit
|
:
|
Gramedia Pustaka Utama
|