Senin, Januari 27

Stieg Larsson - The Girl who Played with Fire

Diposting oleh Orestilla di 10.01.00 0 komentar



Berbeda 121 halaman dari buku pendahulunya, The Girl who Played with Fire [buku kedua trilogi Millenium], sesuai dugaan saya, memang menguak rahasia besar Lisbeth Salander, si gadis bertato naga.
Buku ini dimulai dengan kematian seorang jurnalis bernama Dag Svensson, yang tengah menyelidiki industri perdagangan wanita di Swedia. Svensson berencana untuk menerbitkan bukunya melalui Millenium. Dalam penyelidikan tersebut, Svensson banyak dibantu oleh data-data yang juga dikumpulkan oleh kekasihnya, Mia Johansson, yang sedang menyusun disertasi berjudul From Rusia with Love, Perdagangan Manusia, Kejahatan Terorganisasi dan Respons Masyarakat. Wanita yang ikut tewas tertembak bersamanya. Pada waktu yang hampir bersamaan, Nils Bjurman, wali Lisbeth Salander, juga ditemukan terbunuh di apartemennya. Sidik jari yang ditemukan di senjata ketiga orang itu mengarah pada satu orang: Lisbeth Salander.
Kepolisian setempat segera melakukan pergerakan. Richard Ekstrom, jaksa penuntut yang sangat berpengalaman ditunjuk untuk memimpin investigasi pendahuluan. Ia dibantu oleh Inspektur Kriminal Jan Bublanski. Dalam penyelidikan tersebut juga turut andil detektif kenamaan dari Milton Security dan penyelidikan pribadi oleh Mikael Blomkvist. Hanya Blomkvist yang percaya Salander tidak bersalah. Kepercayaan tersebut bertambah kuat dengan keterangan yang diberikan oleh Salander melalui email yang ia kirimkan pada Blomkvist. Pernyataan bahwa ia sama sekali tidak terlibat dalam kedua pembunuhan tersebut. Sementara Salander harus bersembunyi, Blomkvist berupaya menemukan bukti-bukti yang bisa membersihkan nama rekannya.
Sekali lagi, Mikael Blomkvist, wartawan kriminal, dan Lisbeth Salander, si gadis Bengal ahli hacking, bertemu dalam kasus yang mengancam hidup mereka.
Tak mereka sangka, penyelidikan membawa mereka terlibat dalam sebuah konspirasi besar yang melibatkan banyak pihak, termasuk badan intelijen Swedia. Bahkan, mereka menemukan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Salander. Apa itu?
1.   Salander, dan saudara kembarnya, Camilla, lahir di dalam keluarga yang sangat berantakan. Ibunya yang begitu jatuh cinta pada sang suami, merelakan dirinya dianiaya secara fisik dan psikis. Hal yang pada akhirnya membuat perempuan itu harus mendekam di panti rehabilitas dan mulai kehilangan ingatannya secara perlahan.
2.    Salander dianggap berpenyakit mental, psikopat. Sebuah anggapan yang hanya diterima begitu saja oleh masyarakat karena disuap oleh berita berbagai media. Salander sendiri memiliki kelebihan langka yaitu ingatan fotografis. Ia akan dengan sangat mudah merekam segala sesuatu yang ia baca dalam waktu singkat. Kelebihan yang membuatnya tidak mudah melupakan seluruh kejadian buruk yang telah dialaminya.
3.     Pembunuh yang sedang dicari oleh kepolisian adalah seorang lelaki raksasa yang mengidap sebuah kelainan genetik, yang tidak akan pernah merasakan nyeri pada tubuhnya. Lelaki bernama Niedermann. Di akhir cerita, kita akan mengetahui bahwa lelaki ini adalah saudara tiri Salander.
4.     Sementara Alexander Zalachenko, lelaki yang dicurigai setelah bukti-bukti yang ada meragukan keterlibatan Salander, adalah ayah kandung Salander yang berusaha ia bunuh dengan sebuah bom pada tahun 1991. Selang beberapa waktu sebelum ia dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa karena ditengarai berpengaruh buruk pada lingkungannya. Zala sendiri adalah agen penting Uni Soviet yang melarikan diri dan meminta suaka di Swedia. Pihak Swedia sendiri akhirnya menerima banyak informasi rahasia dari Zala. Sesuatu hal yang menjadi rahasia militer Swedia yang paling besar.

Mikael Blomkvist dan Lisbeth Salander harus mengungkap kebenaran sebelum orang-orang yang tak ingin rahasia itu terbongkar, berhasil menemukan dan membungkam Salander untuk selamanya. Berkat ketajaman instingnya, Salander berhasil menemukan rumah pertanian yang dijadikan oleh Zala sebagai tempat persembunyian. Disanalah akhirnya Salander berhasil memuntahkan kemarahannya langsung kepada sang ayah, walau untuk itu semua, ia harus merelakan beberapa butir peluru bersarang di tubuhnya yang kurus.
Banyak yang berpendapat bahwa buku kedua ini lebih tajam dan menusuk dibandingkan buku pertamanya. Sejauh yang saya baca memang demikian. Halaman demi halaman menguak rahasia yang sebelumnya tak sedikitpun mampir dalam pemikiran kita. Kegigihan dan ketangguhan Salander memberikan pencerahan bahwasanya perempuan, selemah apapun pandangan dunia padanya, sesungguhnya memiliki kekuatan yang tersembunyi.
Yang membuat saya berdecak kagum adalah kelihaian Stieg Larsson yang sama sekali tidak mempertemukan Blomkvist dan Salander secara “langsung” dalam kisah ini. Memang keduanya hanya berkomunikasi melalui email. Dan pertemuan singkat hanya terjadi ketika Blomkvist menemukan Salander di rumah pertanian milik Zala. Saat itu Salander sudah terombang-ambing antara hidup dan mati.

Tidak ada orang yang tidak bersalah. Yang ada hanyalah perbedaan derajat tanggung jawab [ page 573 of 901]



Judul


:


The Girl who Played with Fire
Penulis
:
Stieg Larsson
Jumlah halaman
:
901
Penerjemah
:
Nurul Agustina
Penerbit
:
Qanita

Selamat membaca.
Salam!


Kamis, Januari 23

The Girl With The Dragon Tattoo - Stieg Larsson

Diposting oleh Orestilla di 07.47.00 2 komentar



Tak cukup 48 jam untuk menyelesaikan 780 halaman milik Stieg Larsson yang tentu saja memikat. Saya memang selalu beruntung karena dipertemukan dengan karya-karya hebat seperti ini. Dan bagi saya, buku ini (termasuk dua sekuelnya) adalah buku langka. Kenapa? Karena saya sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mendapatkannya. Hasilnya seringkali nihil, bahkan ketika saya langsung memesan ke penerbit Qanita. Kemudian takdi mempertemukan saya dengan seorang penjual buku online. Dari beliau lah saya berhasil menyatukan ketiga buku ini untuk saya lahap sendiri. Saya tentu cukup maruk jika hanya menikmatinya seorang diri. Maka disinilah saya, bersama (semoga) ratusan blurbs yang akan selalu saya bagikan pada teman-teman semua.
Oke. Bagi yang belum pernah baca kaca Larsson, saya akan beberkan beberapa fakta menarik tentang penulis yang satu ini. Fakta yang sebenarnya bisa diketahui siapa saja karena saya dapatkan dari “halaman penulis”. Stieg Larsson meninggal pada tahun 2004, hanya beberapa saat setelah mengirimkan naskah The Girl with The Dragon Tatto, dan dua sekuelnya, The Girl who Played With Fire dan The Girl who Kicked The Hornet’s Nest. Ketiga novel yang dikenal sebagai Millenium Trilogy ini langsung menjadi fenomena. Memukau pembaca di seluruh dunia, menyabet penghargaan dan dua kali diadaptasi ke dalam film.
The Girl with The Dragon Tattoo adalah buku pertama yang akan membuat kita tertantang untuk menyelesaikan buku kedua dan ketiga. Girl. Gadis. Maka ketika pertama kali membuka halaman pertama buku ini, otak saya langsung mencari keberadaannya. Pada awalnya saya berpikir, tokoh ini lah yang akan dibahas mendalam dalam ratusan halaman yang ada. Namun prediksi saya salah. Dan jika saja boleh jujur, ada banyak pertanyaan tentang gadis bertato naga yang tidak terjawab hingga saya menyelesaikan buku ini. Mungkin di buku berikutnya? Kita lihat saja nanti.
Cerita diawali dengan tampilan masalah seorang jurnalis investigarif sekaligus pemilik majalah Millenium, Mikael Blomkvist. Blomkvist menggegerkan dunia bisnis ketika menerbitkan sebuah artikel yang mengupas kebejatan seorang ahli keuangan dan pengusaha besar bernama Hans-Eric Wennerström. Blomkivst menyadari kesalahan terbesarnya. Ia ditipu oleh seseorang untuk mendapatkan bukti-bukti yang ia kemukan dalam artikel tersebut. Dan tentu saja, ia harus rela dipenjarakan karena telah mencemarkan nama baik pengusaha tersebut. Walaupun Blomkvist sendiri yakin, ia tidak salah dalam menilai.
Kekalahannya di meja persidangan, membuat Blomkvist berkeinginan untuk menenangkan dirinya dari rutinitas. Pada saat itulah ia dikenalkan dengan seorang renta berumur 72 tahun, Hendrik Vanger, seorang pengusaha dan bekas pimpinan kelompok perusahaan Vanger. Vanger adalah raja pada masanya, seorang tokoh kunci dalam industri Swedia. Namun reorganisasi, krisis dan kompetisi akhirnya menghapus nama besar Vanger dalam percaturan bisnis. Saat ini perusahaan tersebut dipimpin oleh Martin Vanger, cucu lelaki dari kakak tertua Hendri, Richard Vanger. Dari perkenalan pertama mereka, Blomkvist mendapat keterangan bahwasanya dulu, ketika ia masih berumur 3 tahun, Blomkvist dan keluarganya pernah tinggal di kawasan tersebut. Ayahnya bekerja pada Vanger.
Vanger membawanya ke Hedeby untuk mengungkapkan kasus kematian adik perempuan Martin yang bernama Harriet Vanger. Kasus yang sudah ditutup secara resmi puluhan tahun yang lalu. Kasus yang meninggalkan luka mendalam pada Hendrik hingga ia dinilai telah terobsesi dengan kejadian tersebut. Kasus yang tak pernah terpecahkan selama hampir 37 tahun. Kasus yang tidak meninggalkan bukti apa-apa, bahkan mayat sekalipun. Walaupun sebagian besar orang beranggapan bahwa Harriet mati karena bunuh diri dan kemk ungkinan mayatnya tenggelam, tidak menyurutkan niat Hendrik untuk membuktikan bahwa pembunuh itu ada. Sejak Harriet meninggal pada tahun 1966, Hendrik di setiap ulang tahunnya, selalu menerima bingkisan yang berisi figura dengan sebuah bunga yang telah diawetkan didalamnya. Hadiah yang dulu selalu diberikan oleh Harriet. Hendrik yakin si pembunuh masih berkeliaran disekitarnya, memanfaatkan momen ulang tahun tersebut untuk menyiksanya secara mental selama berpuluh-puluh tahun.
Kasus yang sebenarnya tidak menarik sama sekali bagi Blomkvist. Namun ketika ia diberi harapan akan bukti besar terkait kebiadaban Wennerström, Blomkvist menerima tantangan tersebut.
Untuk menyelesaikan pekerjaannya, Blomkvist bersedia menempati sebuah rumah tamu yang terletak di Hedeby. Ia membawa semua perlengkapannya ke tempat tersebut, menandatangani kontrak untuk satu tahun pekerjaan dan sekaligus berjanji tidak akan membuka mulut pada siapapun terkait keberadaannya di lingkungan Vanger. Merampungkan buku tentang riwayat keluarga besar Vanger, adalah alasan yang ia gunakan ketika ada orang yang bertanya tentang pekerjaannya di sana. Namun jauh sebelum itu semua, Hendrik Vanger telah mempekerjakan seorang detektif ulung dari Milton Security bernama Lisbeth Salander, untuk melacak dan mencari tahu sedetail-detainya tentang sosok Blomkvist. Setelah yakin dengan laporan yang ia terima, Vanger segera meminta Blomkvist untuk bertemu dengannya. Tentu saja membawa kenangan masa kecilnya di tempat tersebut, memberi poin tambahan untuk menaklukkan Blomkvist pada keinginannya.
Maka dimulailah penyelidikan tersebut. Ratusan laporan, tak terhitung banyaknya foto, pengamatan mendalam mulai menjadi bagian dalam keseharian Blomkvist. Ketika menemui jalan buntu dan membutuhkan seorang asisten, Vanger mempertemukannya dengan Salander. Duo maut yang pada akhirnya mampu menguak sebuah rahasia besar dalam keluarga Vanger. Ketidaksenangan diantara sesama Vanger, misteri hilangnya Harriet, pertengkaran keluarga yang seakan tiada akhir, memang menjadi alasan yang tepat bagi Hendri Vanger untuk mempekerjakan Blomkvist.

Fakta yang akhirnya ditemukan oleh Blomkvist dan Salander adalah:
1.     Harriet Vanger tak pernah dibunuh, bunuh diri, meninggal tepatnya. Ia sukses menjadi seorang pengusaha peternakan biri-biri di Australia. Ia memang sengaja melarikan diri pada September 1966 tanpa diketahui oleh keluarga besarnya yang pada saat itu tengah mengadakan pertemuan keluarga di Hedeby.
2.     Pelariannya hanya melibatkan Anita Vanger, sepupu yang ia percaya dan sangat ia sayangi. Pada Anita lah Harriet menceritakan segala hal. Sebuah cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Hendrik di hari “kematiannya”.
3.     Alasan terbesar Harriet meninggalkan Hedeby adalah fakta bahwa ayah dan kakak kandungnya adalah pembunuh berdarah dingin. Ayahnya, Gottfried Vanger, adalah pembunuh berantai dari tahun 1949. Ia telah membunuh puluhan wanita, memperkosa mereka terlebih dahulu. Kegilaan ayahnya tersebut diturunkan pada putranya, Martin Vanger. Bahkan di akhir cerita, Martin mengaku kepada Blomkvist bahwa ia juga telah menjadi santapan ayahnya selama bertahun-tahun. Pun begitu halnya dengan Harriet.
4.    Pada tahun 1965, setelah berhasil memperkosa puterinya sendiri, Gottfried yang sedang mabuk berat, dibunuh oleh putrinya dengan cara ditenggelamkan. Sayang, aksi tersebut dilihat oleh Martin. Dan ia menjadikan hal tersebut untuk memaksa Harriet mengikuti segala kemauannya.
5.     Harriet merasa hidupnya terancam. Ketika terjadi kecelakaan besar di sekitar tempat tinggalnya pada tahun 1966 itu, ketika semua mata terfokus pada kecelakaan tersebut, ketika ia tak memiliki pilihan lain selain melarikan diri, Harriet pun menghilang seperti di telan bumi. Sejak saat itu, Martin melanjutkan tradisi pembunuhannya yang sangat mengerikan di gudang bawah rumahnya. Gudang yang ia jadikan alasan untuk menyimpan dokumen-dokumen pekerjaannya. Gudang yang sesungguhnya berfungsi sebagai bilik kematian.

Selain kehidupan pribadi Blomkvist dan masing-masing keluarga Vanger, buku ini juga mengupas kehidupan si gadis bertato naga, Salander. Sayangnya di buku pertama ini, kisahnya belum dijadikan kisah utama. Sehingga seperti yang saya bicarakan di bagian awal tadi, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentangnya.
Buku yang terdiri dari empat bagian ini juga menampilkan empat fakta menarik yang dituliskan di halaman depan masing-masing bagian. Ini dia:
1.     Delapan belas persen perempuan Swedia pernah mendapat ancaman dari seorang pris setidaknya satu kali.
2.    Empat puluh enam persen perempuan di Swedia pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.
3.     Tiga belas persen perempuan di Swedia pernah menjadi korban kekerasan seksual yang semakin lama semakin buruk di luar hubungan intim mereka.
4.     Sembilan puluh dua persen perempuan di Swedia yang pernah mengalami kekerasan seksual tidak melaporkan insiden kekerasan terakhir pada polisi.

Fakta yang sangat mencengangkan! Miris. Sebagai perempuan, saya sedih sekali setiap kali membacanya. 

ini Stieg Larsson yang fenomenal itu.

Untuk kesempurnaan, saya beri lima bintang pada buku ini. Plok plok plok. Tunggu resensi dua buku berikutnya ya teman-teman..

Salam!


Rabu, Januari 22

Menulis Cinta

Diposting oleh Orestilla di 15.07.00 1 komentar


Lagu pertama yang saya kupas di laman ini adalah Bilur milik Sarasvati. Ada yang bilang lagunya aneh, musiknya serem, liriknya bikin bulu kuduk merinding. Apapun itu, yang penting saya cinta. Dan jikalau cinta alasannya, tak ada yang bisa mengarahkan hati saya untuk tak lagi mendengarkannya.
Oke. Kali ini “lagu aneh” yang lain. Judulnya? Menulis cinta. Ada cerita lucu perkara lagu ini. Beberapa hari yang lalu, ketika sedang bosan dengan rutinitas, ketika kedua mata saya entah karena apa begitu mengantuk hanya dengan menatap lautan kata, saya memutuskan untuk mencatat lirik lagu ini di sebuah kertas, membingkainya dalam potret kamera dan menjadikannya display picture di app bbm yang saya miliki. Hasilnya? Ada banyak kekeliruan pastinya. 

“Saii..sumpah lo..itu puisinya keren bangeeettt..”
“ilaaaa..aku terharu baca puisi yang di dp kamuuu..”
“kakak kalonya udah nulis, beuh..nancep!”
“aaaa..ila, kamu ratunya kalo udah masalah yang beginian. Minta DP nya ya.”
“diks..kaka paste Dp ya..”
dan bla bla bla bla.

Iya. Emang saya yang nulis lirik itu di kertas tapi narasinya sudah tercipta lebih dulu. Dan itu tentu saja bukan puisi.

Mari saya perkenalkan dengan pemiliknya.
Lagu Writing Love ini diberikan oleh seorang teman yang dulu juga memperkenalkan saya dengan Sarasvati. Mungkin tau bagaimana tipikal saya yang seringkali menyukai hal yang tak disukai orang lain, pun begitu sebaliknya, membenci sesuatu yang terlalu orang lain cinta. Hahaha. Aneh? Biar. Saya sudah terlalu sering mendengarnya. Toh perihal musik, itu sudah sepantasnya sesuai dengan indera pendengaran kita masing-masing bukan? Lagu yang saya suka, belum tentu kamu puja. Sedianya saya juga begitu.
Jadi lagu ini ditembangkan oleh Ubit dan musical compositionnya Dian HP. Musiknya asik, suara penyanyinya cakep, liriknya..ah jangan tanya lirik deh. Saking cintanya, saya menamakan satu folder pribadi yang saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan amatir saya dengan judul “Writing Love”, menulis cinta. Dan tadaaa..ini dia. 

You ask me to write down the word love
I didn’t know the first letter nor the rest
I took the entire alphabet upside down
But graves merely fraud words
Don’t ask me to write down love anymore
These letters of mine isn’t enough
Do not even suffice for you name
Because love is you
Whom I can not sight
Except in my heart beat

Kau minta aku menulis cinta
Aku tak tau huruf apa yang pertama dan seterusnya
Ku bolak balik seluruh abjad, kata-kata cacat yang ku dapat
Jangan lagi minta aku menulis cinta
Huruf-huruf ku kau tau bahkan tak cukup untuk namamu
Sebab cinta adalah kau, yang tak mampu kusebut
kecuali dengan denyut

Nah. Biar lengkap, temen-temen bisa ikut menikmati lagu ini disini. Hayuk atuh sama-sama kita dengar. Dan jika setelahnya ada yang nelangsa, jangan salahkan sayaaaa..

Salam!

Senin, Januari 27

Stieg Larsson - The Girl who Played with Fire

Diposting oleh Orestilla di 10.01.00 0 komentar



Berbeda 121 halaman dari buku pendahulunya, The Girl who Played with Fire [buku kedua trilogi Millenium], sesuai dugaan saya, memang menguak rahasia besar Lisbeth Salander, si gadis bertato naga.
Buku ini dimulai dengan kematian seorang jurnalis bernama Dag Svensson, yang tengah menyelidiki industri perdagangan wanita di Swedia. Svensson berencana untuk menerbitkan bukunya melalui Millenium. Dalam penyelidikan tersebut, Svensson banyak dibantu oleh data-data yang juga dikumpulkan oleh kekasihnya, Mia Johansson, yang sedang menyusun disertasi berjudul From Rusia with Love, Perdagangan Manusia, Kejahatan Terorganisasi dan Respons Masyarakat. Wanita yang ikut tewas tertembak bersamanya. Pada waktu yang hampir bersamaan, Nils Bjurman, wali Lisbeth Salander, juga ditemukan terbunuh di apartemennya. Sidik jari yang ditemukan di senjata ketiga orang itu mengarah pada satu orang: Lisbeth Salander.
Kepolisian setempat segera melakukan pergerakan. Richard Ekstrom, jaksa penuntut yang sangat berpengalaman ditunjuk untuk memimpin investigasi pendahuluan. Ia dibantu oleh Inspektur Kriminal Jan Bublanski. Dalam penyelidikan tersebut juga turut andil detektif kenamaan dari Milton Security dan penyelidikan pribadi oleh Mikael Blomkvist. Hanya Blomkvist yang percaya Salander tidak bersalah. Kepercayaan tersebut bertambah kuat dengan keterangan yang diberikan oleh Salander melalui email yang ia kirimkan pada Blomkvist. Pernyataan bahwa ia sama sekali tidak terlibat dalam kedua pembunuhan tersebut. Sementara Salander harus bersembunyi, Blomkvist berupaya menemukan bukti-bukti yang bisa membersihkan nama rekannya.
Sekali lagi, Mikael Blomkvist, wartawan kriminal, dan Lisbeth Salander, si gadis Bengal ahli hacking, bertemu dalam kasus yang mengancam hidup mereka.
Tak mereka sangka, penyelidikan membawa mereka terlibat dalam sebuah konspirasi besar yang melibatkan banyak pihak, termasuk badan intelijen Swedia. Bahkan, mereka menemukan rahasia kelam yang berhubungan dengan masa lalu Salander. Apa itu?
1.   Salander, dan saudara kembarnya, Camilla, lahir di dalam keluarga yang sangat berantakan. Ibunya yang begitu jatuh cinta pada sang suami, merelakan dirinya dianiaya secara fisik dan psikis. Hal yang pada akhirnya membuat perempuan itu harus mendekam di panti rehabilitas dan mulai kehilangan ingatannya secara perlahan.
2.    Salander dianggap berpenyakit mental, psikopat. Sebuah anggapan yang hanya diterima begitu saja oleh masyarakat karena disuap oleh berita berbagai media. Salander sendiri memiliki kelebihan langka yaitu ingatan fotografis. Ia akan dengan sangat mudah merekam segala sesuatu yang ia baca dalam waktu singkat. Kelebihan yang membuatnya tidak mudah melupakan seluruh kejadian buruk yang telah dialaminya.
3.     Pembunuh yang sedang dicari oleh kepolisian adalah seorang lelaki raksasa yang mengidap sebuah kelainan genetik, yang tidak akan pernah merasakan nyeri pada tubuhnya. Lelaki bernama Niedermann. Di akhir cerita, kita akan mengetahui bahwa lelaki ini adalah saudara tiri Salander.
4.     Sementara Alexander Zalachenko, lelaki yang dicurigai setelah bukti-bukti yang ada meragukan keterlibatan Salander, adalah ayah kandung Salander yang berusaha ia bunuh dengan sebuah bom pada tahun 1991. Selang beberapa waktu sebelum ia dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa karena ditengarai berpengaruh buruk pada lingkungannya. Zala sendiri adalah agen penting Uni Soviet yang melarikan diri dan meminta suaka di Swedia. Pihak Swedia sendiri akhirnya menerima banyak informasi rahasia dari Zala. Sesuatu hal yang menjadi rahasia militer Swedia yang paling besar.

Mikael Blomkvist dan Lisbeth Salander harus mengungkap kebenaran sebelum orang-orang yang tak ingin rahasia itu terbongkar, berhasil menemukan dan membungkam Salander untuk selamanya. Berkat ketajaman instingnya, Salander berhasil menemukan rumah pertanian yang dijadikan oleh Zala sebagai tempat persembunyian. Disanalah akhirnya Salander berhasil memuntahkan kemarahannya langsung kepada sang ayah, walau untuk itu semua, ia harus merelakan beberapa butir peluru bersarang di tubuhnya yang kurus.
Banyak yang berpendapat bahwa buku kedua ini lebih tajam dan menusuk dibandingkan buku pertamanya. Sejauh yang saya baca memang demikian. Halaman demi halaman menguak rahasia yang sebelumnya tak sedikitpun mampir dalam pemikiran kita. Kegigihan dan ketangguhan Salander memberikan pencerahan bahwasanya perempuan, selemah apapun pandangan dunia padanya, sesungguhnya memiliki kekuatan yang tersembunyi.
Yang membuat saya berdecak kagum adalah kelihaian Stieg Larsson yang sama sekali tidak mempertemukan Blomkvist dan Salander secara “langsung” dalam kisah ini. Memang keduanya hanya berkomunikasi melalui email. Dan pertemuan singkat hanya terjadi ketika Blomkvist menemukan Salander di rumah pertanian milik Zala. Saat itu Salander sudah terombang-ambing antara hidup dan mati.

Tidak ada orang yang tidak bersalah. Yang ada hanyalah perbedaan derajat tanggung jawab [ page 573 of 901]



Judul


:


The Girl who Played with Fire
Penulis
:
Stieg Larsson
Jumlah halaman
:
901
Penerjemah
:
Nurul Agustina
Penerbit
:
Qanita

Selamat membaca.
Salam!


Kamis, Januari 23

The Girl With The Dragon Tattoo - Stieg Larsson

Diposting oleh Orestilla di 07.47.00 2 komentar



Tak cukup 48 jam untuk menyelesaikan 780 halaman milik Stieg Larsson yang tentu saja memikat. Saya memang selalu beruntung karena dipertemukan dengan karya-karya hebat seperti ini. Dan bagi saya, buku ini (termasuk dua sekuelnya) adalah buku langka. Kenapa? Karena saya sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mendapatkannya. Hasilnya seringkali nihil, bahkan ketika saya langsung memesan ke penerbit Qanita. Kemudian takdi mempertemukan saya dengan seorang penjual buku online. Dari beliau lah saya berhasil menyatukan ketiga buku ini untuk saya lahap sendiri. Saya tentu cukup maruk jika hanya menikmatinya seorang diri. Maka disinilah saya, bersama (semoga) ratusan blurbs yang akan selalu saya bagikan pada teman-teman semua.
Oke. Bagi yang belum pernah baca kaca Larsson, saya akan beberkan beberapa fakta menarik tentang penulis yang satu ini. Fakta yang sebenarnya bisa diketahui siapa saja karena saya dapatkan dari “halaman penulis”. Stieg Larsson meninggal pada tahun 2004, hanya beberapa saat setelah mengirimkan naskah The Girl with The Dragon Tatto, dan dua sekuelnya, The Girl who Played With Fire dan The Girl who Kicked The Hornet’s Nest. Ketiga novel yang dikenal sebagai Millenium Trilogy ini langsung menjadi fenomena. Memukau pembaca di seluruh dunia, menyabet penghargaan dan dua kali diadaptasi ke dalam film.
The Girl with The Dragon Tattoo adalah buku pertama yang akan membuat kita tertantang untuk menyelesaikan buku kedua dan ketiga. Girl. Gadis. Maka ketika pertama kali membuka halaman pertama buku ini, otak saya langsung mencari keberadaannya. Pada awalnya saya berpikir, tokoh ini lah yang akan dibahas mendalam dalam ratusan halaman yang ada. Namun prediksi saya salah. Dan jika saja boleh jujur, ada banyak pertanyaan tentang gadis bertato naga yang tidak terjawab hingga saya menyelesaikan buku ini. Mungkin di buku berikutnya? Kita lihat saja nanti.
Cerita diawali dengan tampilan masalah seorang jurnalis investigarif sekaligus pemilik majalah Millenium, Mikael Blomkvist. Blomkvist menggegerkan dunia bisnis ketika menerbitkan sebuah artikel yang mengupas kebejatan seorang ahli keuangan dan pengusaha besar bernama Hans-Eric Wennerström. Blomkivst menyadari kesalahan terbesarnya. Ia ditipu oleh seseorang untuk mendapatkan bukti-bukti yang ia kemukan dalam artikel tersebut. Dan tentu saja, ia harus rela dipenjarakan karena telah mencemarkan nama baik pengusaha tersebut. Walaupun Blomkvist sendiri yakin, ia tidak salah dalam menilai.
Kekalahannya di meja persidangan, membuat Blomkvist berkeinginan untuk menenangkan dirinya dari rutinitas. Pada saat itulah ia dikenalkan dengan seorang renta berumur 72 tahun, Hendrik Vanger, seorang pengusaha dan bekas pimpinan kelompok perusahaan Vanger. Vanger adalah raja pada masanya, seorang tokoh kunci dalam industri Swedia. Namun reorganisasi, krisis dan kompetisi akhirnya menghapus nama besar Vanger dalam percaturan bisnis. Saat ini perusahaan tersebut dipimpin oleh Martin Vanger, cucu lelaki dari kakak tertua Hendri, Richard Vanger. Dari perkenalan pertama mereka, Blomkvist mendapat keterangan bahwasanya dulu, ketika ia masih berumur 3 tahun, Blomkvist dan keluarganya pernah tinggal di kawasan tersebut. Ayahnya bekerja pada Vanger.
Vanger membawanya ke Hedeby untuk mengungkapkan kasus kematian adik perempuan Martin yang bernama Harriet Vanger. Kasus yang sudah ditutup secara resmi puluhan tahun yang lalu. Kasus yang meninggalkan luka mendalam pada Hendrik hingga ia dinilai telah terobsesi dengan kejadian tersebut. Kasus yang tak pernah terpecahkan selama hampir 37 tahun. Kasus yang tidak meninggalkan bukti apa-apa, bahkan mayat sekalipun. Walaupun sebagian besar orang beranggapan bahwa Harriet mati karena bunuh diri dan kemk ungkinan mayatnya tenggelam, tidak menyurutkan niat Hendrik untuk membuktikan bahwa pembunuh itu ada. Sejak Harriet meninggal pada tahun 1966, Hendrik di setiap ulang tahunnya, selalu menerima bingkisan yang berisi figura dengan sebuah bunga yang telah diawetkan didalamnya. Hadiah yang dulu selalu diberikan oleh Harriet. Hendrik yakin si pembunuh masih berkeliaran disekitarnya, memanfaatkan momen ulang tahun tersebut untuk menyiksanya secara mental selama berpuluh-puluh tahun.
Kasus yang sebenarnya tidak menarik sama sekali bagi Blomkvist. Namun ketika ia diberi harapan akan bukti besar terkait kebiadaban Wennerström, Blomkvist menerima tantangan tersebut.
Untuk menyelesaikan pekerjaannya, Blomkvist bersedia menempati sebuah rumah tamu yang terletak di Hedeby. Ia membawa semua perlengkapannya ke tempat tersebut, menandatangani kontrak untuk satu tahun pekerjaan dan sekaligus berjanji tidak akan membuka mulut pada siapapun terkait keberadaannya di lingkungan Vanger. Merampungkan buku tentang riwayat keluarga besar Vanger, adalah alasan yang ia gunakan ketika ada orang yang bertanya tentang pekerjaannya di sana. Namun jauh sebelum itu semua, Hendrik Vanger telah mempekerjakan seorang detektif ulung dari Milton Security bernama Lisbeth Salander, untuk melacak dan mencari tahu sedetail-detainya tentang sosok Blomkvist. Setelah yakin dengan laporan yang ia terima, Vanger segera meminta Blomkvist untuk bertemu dengannya. Tentu saja membawa kenangan masa kecilnya di tempat tersebut, memberi poin tambahan untuk menaklukkan Blomkvist pada keinginannya.
Maka dimulailah penyelidikan tersebut. Ratusan laporan, tak terhitung banyaknya foto, pengamatan mendalam mulai menjadi bagian dalam keseharian Blomkvist. Ketika menemui jalan buntu dan membutuhkan seorang asisten, Vanger mempertemukannya dengan Salander. Duo maut yang pada akhirnya mampu menguak sebuah rahasia besar dalam keluarga Vanger. Ketidaksenangan diantara sesama Vanger, misteri hilangnya Harriet, pertengkaran keluarga yang seakan tiada akhir, memang menjadi alasan yang tepat bagi Hendri Vanger untuk mempekerjakan Blomkvist.

Fakta yang akhirnya ditemukan oleh Blomkvist dan Salander adalah:
1.     Harriet Vanger tak pernah dibunuh, bunuh diri, meninggal tepatnya. Ia sukses menjadi seorang pengusaha peternakan biri-biri di Australia. Ia memang sengaja melarikan diri pada September 1966 tanpa diketahui oleh keluarga besarnya yang pada saat itu tengah mengadakan pertemuan keluarga di Hedeby.
2.     Pelariannya hanya melibatkan Anita Vanger, sepupu yang ia percaya dan sangat ia sayangi. Pada Anita lah Harriet menceritakan segala hal. Sebuah cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Hendrik di hari “kematiannya”.
3.     Alasan terbesar Harriet meninggalkan Hedeby adalah fakta bahwa ayah dan kakak kandungnya adalah pembunuh berdarah dingin. Ayahnya, Gottfried Vanger, adalah pembunuh berantai dari tahun 1949. Ia telah membunuh puluhan wanita, memperkosa mereka terlebih dahulu. Kegilaan ayahnya tersebut diturunkan pada putranya, Martin Vanger. Bahkan di akhir cerita, Martin mengaku kepada Blomkvist bahwa ia juga telah menjadi santapan ayahnya selama bertahun-tahun. Pun begitu halnya dengan Harriet.
4.    Pada tahun 1965, setelah berhasil memperkosa puterinya sendiri, Gottfried yang sedang mabuk berat, dibunuh oleh putrinya dengan cara ditenggelamkan. Sayang, aksi tersebut dilihat oleh Martin. Dan ia menjadikan hal tersebut untuk memaksa Harriet mengikuti segala kemauannya.
5.     Harriet merasa hidupnya terancam. Ketika terjadi kecelakaan besar di sekitar tempat tinggalnya pada tahun 1966 itu, ketika semua mata terfokus pada kecelakaan tersebut, ketika ia tak memiliki pilihan lain selain melarikan diri, Harriet pun menghilang seperti di telan bumi. Sejak saat itu, Martin melanjutkan tradisi pembunuhannya yang sangat mengerikan di gudang bawah rumahnya. Gudang yang ia jadikan alasan untuk menyimpan dokumen-dokumen pekerjaannya. Gudang yang sesungguhnya berfungsi sebagai bilik kematian.

Selain kehidupan pribadi Blomkvist dan masing-masing keluarga Vanger, buku ini juga mengupas kehidupan si gadis bertato naga, Salander. Sayangnya di buku pertama ini, kisahnya belum dijadikan kisah utama. Sehingga seperti yang saya bicarakan di bagian awal tadi, ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentangnya.
Buku yang terdiri dari empat bagian ini juga menampilkan empat fakta menarik yang dituliskan di halaman depan masing-masing bagian. Ini dia:
1.     Delapan belas persen perempuan Swedia pernah mendapat ancaman dari seorang pris setidaknya satu kali.
2.    Empat puluh enam persen perempuan di Swedia pernah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.
3.     Tiga belas persen perempuan di Swedia pernah menjadi korban kekerasan seksual yang semakin lama semakin buruk di luar hubungan intim mereka.
4.     Sembilan puluh dua persen perempuan di Swedia yang pernah mengalami kekerasan seksual tidak melaporkan insiden kekerasan terakhir pada polisi.

Fakta yang sangat mencengangkan! Miris. Sebagai perempuan, saya sedih sekali setiap kali membacanya. 

ini Stieg Larsson yang fenomenal itu.

Untuk kesempurnaan, saya beri lima bintang pada buku ini. Plok plok plok. Tunggu resensi dua buku berikutnya ya teman-teman..

Salam!


Rabu, Januari 22

Menulis Cinta

Diposting oleh Orestilla di 15.07.00 1 komentar


Lagu pertama yang saya kupas di laman ini adalah Bilur milik Sarasvati. Ada yang bilang lagunya aneh, musiknya serem, liriknya bikin bulu kuduk merinding. Apapun itu, yang penting saya cinta. Dan jikalau cinta alasannya, tak ada yang bisa mengarahkan hati saya untuk tak lagi mendengarkannya.
Oke. Kali ini “lagu aneh” yang lain. Judulnya? Menulis cinta. Ada cerita lucu perkara lagu ini. Beberapa hari yang lalu, ketika sedang bosan dengan rutinitas, ketika kedua mata saya entah karena apa begitu mengantuk hanya dengan menatap lautan kata, saya memutuskan untuk mencatat lirik lagu ini di sebuah kertas, membingkainya dalam potret kamera dan menjadikannya display picture di app bbm yang saya miliki. Hasilnya? Ada banyak kekeliruan pastinya. 

“Saii..sumpah lo..itu puisinya keren bangeeettt..”
“ilaaaa..aku terharu baca puisi yang di dp kamuuu..”
“kakak kalonya udah nulis, beuh..nancep!”
“aaaa..ila, kamu ratunya kalo udah masalah yang beginian. Minta DP nya ya.”
“diks..kaka paste Dp ya..”
dan bla bla bla bla.

Iya. Emang saya yang nulis lirik itu di kertas tapi narasinya sudah tercipta lebih dulu. Dan itu tentu saja bukan puisi.

Mari saya perkenalkan dengan pemiliknya.
Lagu Writing Love ini diberikan oleh seorang teman yang dulu juga memperkenalkan saya dengan Sarasvati. Mungkin tau bagaimana tipikal saya yang seringkali menyukai hal yang tak disukai orang lain, pun begitu sebaliknya, membenci sesuatu yang terlalu orang lain cinta. Hahaha. Aneh? Biar. Saya sudah terlalu sering mendengarnya. Toh perihal musik, itu sudah sepantasnya sesuai dengan indera pendengaran kita masing-masing bukan? Lagu yang saya suka, belum tentu kamu puja. Sedianya saya juga begitu.
Jadi lagu ini ditembangkan oleh Ubit dan musical compositionnya Dian HP. Musiknya asik, suara penyanyinya cakep, liriknya..ah jangan tanya lirik deh. Saking cintanya, saya menamakan satu folder pribadi yang saya gunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan amatir saya dengan judul “Writing Love”, menulis cinta. Dan tadaaa..ini dia. 

You ask me to write down the word love
I didn’t know the first letter nor the rest
I took the entire alphabet upside down
But graves merely fraud words
Don’t ask me to write down love anymore
These letters of mine isn’t enough
Do not even suffice for you name
Because love is you
Whom I can not sight
Except in my heart beat

Kau minta aku menulis cinta
Aku tak tau huruf apa yang pertama dan seterusnya
Ku bolak balik seluruh abjad, kata-kata cacat yang ku dapat
Jangan lagi minta aku menulis cinta
Huruf-huruf ku kau tau bahkan tak cukup untuk namamu
Sebab cinta adalah kau, yang tak mampu kusebut
kecuali dengan denyut

Nah. Biar lengkap, temen-temen bisa ikut menikmati lagu ini disini. Hayuk atuh sama-sama kita dengar. Dan jika setelahnya ada yang nelangsa, jangan salahkan sayaaaa..

Salam!

 

ORESTILLA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea